"Arinn.." aku merasa seperti ada yang memanggilku, ku alihkan perhatianku untuk mencari sumber suara mencoba memastikan apa benar ada yang memanggilku atau tidak.
"Arinn.." kali ini panggilan tersebut semakin kencang yang menandakan memang benar ada yang memanggilku.
"Kamu dimana sayang??" panggilan itu berubah dan mataku menangkap sesosok makhluk di kejauhan yang berjalan semakin mendekat. Ahh Kak Julian sedang mencariku.
"Arinn.." Kak Julian terus memanggilku namun aku tidak memberikan respon sama sekali, tiba-tiba ide iseng muncul di pikiranku untuk mengisenginya.
Perlahan aku bangkit dari dudukku dan mencari pohon yang bisa menyembunyikan tubuhku. Bersiap untuk mengejutkannya ketika Kak Julian sudah dekat dengan posisiku saat ini. Sambil bersembunyi aku mendengar panggilannya semakin dekat. Tanpa bisa dicegah aku tersenyum dengan fakta kalau Kak Julian mencariku. Perhatian kecilnya ini mampu menghilangkan pikiran-pikiran negatifku tadi.
"Boooo.." kagetku ketika sudah melihat punggungnya di depanku
"Astagfirullah.. Arinn.. kamu kemana aja sihh.." ucapnya dengan nada kesal plus cemas, aku hanya bisa membalasnya dengan cengiran lebar
"Yeayy.. Rin berhasil.." seruku dengan tawa tertahan, mencoba menahan tawa akibat ekspresi wajahnya yang sangat lucu.
"Rin.. candaan kamu gak lucu yaa.. kakak pikir kamu menghilang entah kemana..." gerutunya yang langsung memelukku dengan erat.
"Kakk.. gak bisa napas.." ucapku sambil menepuk pelan tangannya yang memelukku
"Kamu kemana aja?? Jangan pernah menghilang lagi dari pandangan kakak ya Rin.." ucapnya lagi setelah melonggarkan pelukannya namun tetap tidak melepasnya
"Tenang aja kak.. tadi Rin lagi pengen jalan-jalan aja.." jawabku membalas pelukannya. Bodohnya aku yang sempat berpikiran buruk tentang kehidupan selanjutnya, kenapa aku bisa berpikiran seperti itu padahal Kak Julian dengan sangat jelas menunjukkan perasaannya padaku, apa lagi yang kurang. Tidak ada.
"Lain kali kalau mau pergi bilang-bilang, walaupun kakak gak bisa nemenin setidaknya kakak tahu kamu kemana... jangan buat panik kakak ya Rin.." ucapnya saat kami kembali ke caravan kami sambil bergandengan tangan. Ternyata aku berjalan cukup jauh dari caravan kami. Pantas saja Kak Julian sepanik itu saat mencariku.
"Iya kakk.. gak akan Rin ulangi lagi kok.." balasku mencoba menenangkan Kak Julian yang sepertinya masih kesal.
Sekembalinya kami ke caravan, kami mencoba untuk menonton tv sambil menunggu waktu sarapan. Kemarin saat check-in kami diberitahu waktu sarapan bersama. Aku ingin bermain game ku saat Kak Julian menjauhkan hp itu dari jangkauanku.
"Kak.. kenapa hp Rin ada disana??" tanyaku berusaha untuk mencari jawaban dari perilaku anehnya ini.
"Kakak sebenarnya gak mau kamu main hp kalau lagi ada kakak disamping kamu, beda cerita kalau kamu sedang bercengkrama dengan teman-temanmu atau mengurusi kerjaan kamu.. tapi kalau kerjaan kamu Cuma main game doing.. mending ngobrol sama kakak aja yuk.."jawabannya hampir membuatku tertawa. Kenapa Kak Julian bertindak seperti anak kecil begini? Apa yang salah kalau aku bermain game?
"Oke deh kak.. tapi bentar dulu.. Rin mau liat notif lainnya.." ucapku dengan kekehan pelan.
Selesai mengecek pesan-pesan tidak penting itu, Kak Julian kembali memelukku dari belakang dan kami menonton tv dalam diam. Sesekali mengomentari acara tv tersebut. Ketika waktu sarapan tiba, kami berjalan menuju area resto. Sepanjang perjalanan Kak Julian banyak berceloteh tentang patung-patung hewan yang ada di pinggir jalan. Celotehannya lebih mirip lawakan garing dan tentu saja dengan selera humorku yang juga garing aku pun tertawa bersama Kak Julian.
Selesai sarapan yang di bumbui oleh tawa ringan dan celotehan ringan, kami kembali ke caravan masih dengan bergandengan tangan. Sepertinya kontak kecil seperti ini sudah bisa kuatasi dan hasilnya aku bisa bersikap normal. Sesampainya kami di caravan, Kak Julian mengizinkan ku untuk mandi terlebih dahulu dan kami bersiap untuk menjelajahi taman safari di hari kedua ini. Tidak butuh waktu lama bagiku untuk mandi, selain karena suhu udara yang cukup dingin untukku kehadiran Kak Julian di balik pintu itu membuatku sedikit salah tingkah. Selesai mandi dan memakai baju didalam kamar mandi, aku berjalan keluar dengan handuk menutupi kepalaku. Walaupun aku tidak keramas namun tetap saja aku terbiasa menutupi kepalaku.
Kak Julian mengomentari kecepatan mandiku dan langsung memasuki kamar mandi. Kak Julian pun tidak memerlukan waktu lama untuk mandi, bedanya dia keluar dari kamar mandi hanya berbalutkan handuk. Kaget, aku langsung keluar dari kamar dan duduk diatas tempat tidur tingkat yang berada diluar kamar. Untung saja aku telah siap, hanya tinggal memasang jilbab saja. Aku mengomentari kecerobohan Kak Julian dari luar dan Kak Julian hanya mentertawakan tingkahku dari dalam kamar. Dengan berasalan lupa membawa baju ganti ke dalam kamar mandi, dia dengan seenaknya saja keluar dengan berbalut handuk.
"Sudahlah Rin.. kakak kan udah minta maaf... lagian kamu harus membiasakan diri.. kalau gitu terus kapan kakak bisa deket-deket kamu..." ucap Kak Julian ketika mendapatiku masih cemberut di atas tempat tidur tingkat sekeluarnya dia dari dalam kamar.
"Kakak tuh yaa.. Rin gak biasa tahu liat pemandangan kayak gitu.. untung aja Rin gak teriak.." dumelku masih kesal dengan sikapnya itu, lagi pula aku dapat mendengar nada jahil didalam suaranya.
"Oke okee.. kakak minta maaf yaa... yuk... siap-siap lagi.. kita check out dulu.. abis itu kita lanjut jalan.. gimana??"
"Awas aja kalau diulang.."
Kami merapihkan tas bawaan kami lalu berjalan menuju lobi untuk check out dari penginapan ini. Setelah check out, kami melanjutkan perjalanan kembali. Kali ini kami mencoba atraksi yang berbeda dari kemarin, dimulai dari Various animal show yang menunjukkan pertunjukkan beragam binatang, dilanjutkan ke sea lion show yang menunjukkan beragam atraksi menakjubkan dari singa laut, hingga menonton di safari theater. Pertunjukkan hari ini pun cukup menakjubkan dan menyenangkan.
"Rin.. kita naik itu yuk.." ucap Kak Julian sambil menunjuk balon yang ada diudara
"Emang itu bisa dinaikkin kak?" tanyaku bingung
"Itu kan balon udara Rin.. jadi pasti aja bisa lahh.. yuk.." jawabnya dan dengan entengnya menarikku mendekati atraksi itu.
Setelah mengantri untuk menaiki balon udara yang kosong, akhirnya aku dan Kak Julian menaiki atraksi itu bersama dengan 4 orang lainnya. Balon udara tersebut berkapasitas 6 orang per balon dan dapat mengudara selama kurang lebih 10 menit. Selama berada diatas aku sama sekali tidak merasa takut, padahal balon udara tersebut cukup tinggi. Selain karena ada Kak Julian yang dengan setianya menemaniku dan menjagaku agar tidak terjatuh, pemandangan diatas dapat menyihirku.
Setelah turun kami memutuskan untuk langsung pulang, dikarenakan besok Kak Julian sudah kembali bekerja. Perjalanan pulang menjadi perjalanan yang tidak bisa kulupakan, Kak Julian dengan kerecehannya membuat perjalanan pulang menjadi lebih menyenangkan. Semua pikiran burukku dan ketidakpercayaan diriku lenyap tak bersisa ketika aku bersamanya. Mungkin aku telah benar-benar jatuh cinta padanya tanpa syarat. Hanya dia yang mampu membuatku begitu percaya diri berdiri diatas kedua kakiku sendiri, hanya dia yang mampu membaca pikiranku dan menebak semua yang kuinginkan.
つずく
YOU ARE READING
Arin's Love Story (END)
Teen Fiction'Teman abang? gak salah denger tuh? gue bakalan nikah sama temen abang gue sendiri?' hal itulah yang sering terlintas didalam pikiranku ketika mengetahui perjodohan tak berujung yang selalu dilakukan oleh abang dan ibuku. hingga akhirnya mereka memu...