~Happy reading~
.
.
.
.
Kita mundur ke beberapa menit sebelumnya...
Galeri Seni Daegu...
.
Lukisan itu sangat besar. Satu juta kali lebih baik daripada yang ada di rumah bekas peninggalan keluarga Hwangi.
Jimin duduk di depan lukisan sang nenek di Galeri Seni Daegu selama sekitar dua jam. Dia terlalu terpaku, terlalu terpanas, oleh alisnya jernih, matanya yang gelap, tatapannya yang magis, seperti dewi terindah yang pernah turun ke muka bumi. Sapuan kuas Hwangi tak tertandingi. Jimin tadi dengar seorang guru seni memberitahu murid-muridnya. Lalu mereka semua pindah ke miniatur kota Daegu tahun 1200-an di sebelah sana.
Lukisan Kim Saehyun pasti telah dilihat oleh ratusan orang. Mereka semua tersenyum kagum. Atau hanya duduk sambil melongo.
"Bukankah dia cantik?" Seorang wanita berambut hitam di samping Jimin. "Ini lukisan favorit saya dibanding yang lain."
"Aku juga." Jimin mengangguk.
"Aku ingin tahu apa yang dipikirkannya?" Wanita itu merenung. "Si cantik dalam lukisan itu."
"Kurasa dia jatuh cinta." Jimin memandang ke mata Saehyun yang bersinar. "Dan dia benar-benar bahagia."
Wanita itu mengangguk setuju. "Kau benar."
Untuk sesaat mereka berdua terdiam, sama-sama mengagumi lukisan.
"Saya sering datang melihat lukisan ini di jam makan siang, kantor saya dekat dari galeri. Kalau lagi ada masalah saya sering kemari untuk menghibur diri. Saya punya posternya di rumah. Putriku yang membelikannya untukku. Tetapi tidak ada yang bisa mengalahkan yang asli."
Tiba-tiba ada benjolan di tenggorokan Jimin, tetapi dia berhasil tersenyum kembali. "Tidak. Anda benar, tidak ada yang bisa mengalahkan yang asli."
Keluarga Jepang mendekati lukisan. Jimin bisa melihat si ibu menunjukkan kalung itu kepada putrinya. Mereka berdua tersenyum gembira, mencoba menirukan pose yang sama, lengan terlipat, kepala agak rebah dan dimiringkan sedikit.
Saehyun dipuja oleh semua orang. Puluhan, ratusan, ribuan. Dan dia tidak tahu sama sekali jika dirinya dikagumi. Berhasil memunculkan senyum di wajah orang-orang yang mengaguminya.
Berulang kali Jimin telah memanggilnya sampai suaranya serak, berulang kali, keluar jendela, di sepanjang jalan. Tapi dia tidak muncul. Atau dia tidak mau muncul? Tiba-tiba Jimin berdiri, melirik jam di pergelangan tangannya. Jimin harus menemui manajernya sekarang.
Jimin berjalan kembali ke resepsionis, menulis namanya di buku daftar tamu, menunggu di antara kerumunan anak-anak sekolah dari Prancis yang berkerumun, hingga sebuah suara dari belakang menegurnya "Nona Park?" Jimin berbalik dan melihat seorang lelaki dengan kemeja ungu menghampirinya, dia punya janggut yang tumbuh memenuhi separuh wajahnya, berseri-seri ramah. Bapak itu mirip Santa Klaus, apalagi perutnya gendut.
"Hai." Jimin menyalami tangan bapak itu. "Saya Park Jimin."
"Lee Sang-Eun. Ikut saya." Dia menuntun Jimin melewati pintu tersembunyi di belakang meja resepsionis, menaiki tangga, dan masuk ke kantor sudut yang menghadap ke Sungai Geumho. Kartu pos dan reproduksi lukisan ada di mana-mana, menempel di dinding dan menghiasi layar komputernya yang sangat besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Isn't He Handsome? [KookMin]
FanficPasti nyebelin banget rasanya. Dari yang tadinya gak bisa lihat hantu jadi bisa lihat hantu. Dan hantu pertama yang dilihat Jimin adalah hantu mendiang neneknya waktu muda, Kim Saehyun. Permintaannya: 1. Temukan kalungku 2. Temukan pembunuhku 3. Tem...