"Bikinin caption, dong!"
Bang Jack mengaduh keras sebelum merepet kesal, "Aduh, Bhum, kamu nggak liat sebentar lagi shift-ku mulai? Kebiasaan, nih. Bikin sendiri, ah! Aku mau beres-beres dulu."
"Ih, Bang..." rajukku, "cuma caption bikinan Bang Jack yang bisa tembus seribu likes di Instagramku. Ayo, dong. Please, please, please..."
Kugenggam lengannya erat-erat, tak berniat melepaskannya sampai apa yang kuinginkan kudapatkan. Yang lengannya kugelayuti hanya menatapku jijik—karena siapa yang bakal tidak muak ketika melihat seseorang yang mestinya berumur tujuh belas tanpa rasa malu bersikap seperti lima?—sebelum menghela napas kesal.
"Aku bersumpah demi Tuhan kalau kau bertingkah menggelikan seperti itu lagi akan kubanting kameramu. Mana, coba kulihat foto yang nanti akan kauunggah."
Merasa was-was karena ancamannya, yang meski kuanggap tak serius, tetapi tetap saja membuat hatiku jeri ketika mendengarnya, kuserahkan kameraku.
"Bagus," ucapnya singkat, kemudian meraih ponselnya di kantung celana.
Tipikal Bang Jack; irit bicara, pelit pujian. Padahal ketika kuperlihatkan ke Tiarma dan Kitkat, sambutannya luar biasa. Saking hebohnya sampai-sampai timbul rasa curiga kalau sebenarnya mereka berbohong demi menyenang-nyenangkan hatiku. Tapi, tidak. Mereka benar-benar menilai kalau fotoku yang satu ini sangat, sangat bagus.
Diambil ketika kami memutuskan untuk membolos dan pergi ke hutan pinus di daerah Bogor, tepatnya di Kecamatan Pamijahan, Desa Gunung Bunder. Foto yang kuambil sampai telentang dan mengotori punggung jaket kesayanganku itu adalah foto pohon-pohon yang menjulang tinggi mengelilingi tanah lapang tempatku berbaring. Pucuk-pucuknya saling bertemu di satu titik, sedang angin dengan cempala memainkan daun-daunnya. Matahari di sudut lewat sinarnya yang menghunjam menerobos sela-sela dahan dan batang, semakin membuat foto itu terlihat dramatis.
Mungkin karena Bang Jack berzodiak Taurus. Kau tahu? Kata Tiarma, Taurus itu sosok yang kalem dan sangat berhati-hati, persisten, serius, serta luar biasa fokus. Tetapi boleh jadi yang dimaksud 'kalem' oleh penulis kolom astrologi itu adalah 'manusia-yang-luar-biasa-pelit-dalam-berkata-kata- juga-kikir-pujian-yang-akhirnya-membuatnya-terlihat-seperti-teman-yang-sangat-sangat-tidak-suportif-serta-orang-paling-cuek-dengan-sekeliling'.
Atau barangkali Bang Jack hanya menjadi... yah... diri Bang Jack sendiri.
Pujasera* di lantai paling atas Depok Town Square, salah satu mall besar di Depok, sedang ramai-ramainya. Padahal hari ini hari Senin, hari yang seharusnya dibenci semua umat, hari di mana orang-orang kembali bekerja atau bersekolah atau beraktivitas lainnya setelah selama akhir pekan lepas dari kepenatan-kepenatan. Buat apa mereka sore-sore begini wara-wiri di pusat perbelanjaan? Bukannya memilih untuk pulang cepat lalu berisitirahat karena besok masih ada hari yang lain, hari di mana mereka masih harus tetap memeras otak dan menguras keringat?
Tetapi kurasa 'pulang cepat dan beristirahat' akan sulit termakbulkan pada setiap hari Seninnya Bang Jack. Maksudku, melihat antrean di depan Rumah Steak—tempat Bang Jack bekerja paruh waktu selama tujuh jam, enam hari dalam seminggu—membuatku meringis. Membayangkan mesti mengurus pesanan orang-orang yang mengular di depan kasir, dan kurasa-rasa panjang antrean itu sama sekali tidak berkurang karena akan selalu dan selalu ada orang yang datang setelah ada orang yang pergi, membuat perutku bergolak tak mengenakkan.
"Karena aku tak punya waktu untuk membuat caption yang baru, kau pakai saja kata-kata penulis ini," jelas Bang Jack tiba-tiba, sukses membuyarkan lamunanku tentang pujasera berlangit-langit tinggi ini dan tentang kehidupan Bang Jack yang tak usai-usai membuatku kagum. "Yang satu berbahasa indonesia, punya pensyair terkenal dari Makassar, Khrisna Pabichara, diambil dari salah satu puisinya dalam buku 'Pohon Duka Tumbuh di Matamu' berjudul 'Belantara Rindu'."
KAMU SEDANG MEMBACA
Whatever Float My Boat
Ficção AdolescenteTak ada salahnya untuk cari aman sendiri. Sungguh. Maksudku, pada akhirnya, dirimu dan hanya dirimu sajalah yang bisa kauandalkan, bukan? Ya, kan? Kau setuju, kan? Pun tak ada salahnya memanfaatkan kebaikan orang lain demi keuntunganmu, selama tak a...