Jangan percaya pada kami. Percayalah padaku.
Kata-kata itu terus terngiang di kepalanya. Kata yang dulu ia anggap sebagai kata sambil-lalu. Kata yang tidak ia hiraukan.
Seharusnya ia tidak menganggap kata-kata itu hanya sebagai kata sambil-lalu. Seharusnya ia menghiraukan kata-kata itu. Seharusnya ia mempercayai laki-laki brengsek itu. Seharusnya ia tidak mempercayai mereka. Jika saja ia melakukan semua itu, ia tidak akan berada di sini, kebingungan, ketakutan, dan kehilangan.
Ia terus melangkahkan kakinya tanpa arah, melewati pohon-pohon besar yang membentang di sekelilingnya. Dengan suara yang serak ia terus memanggil nama pria brengsek dan teman-temannya. Ia tidak peduli dengan napasnya yang terengah-engah, ia tetap berjalan menembus hutan. Walaupun ia terjatuh beberapa kali, ia tetap melangkahkan kakinya dan memanggil nama mereka. Ia tidak peduli jika ia terluka yang ia pedulikan adalah laki-laki brengsek dan teman-temannya yang meninggalkannya. Ia tetap berjalan dan memanggil, walaupun kakinya sudah terasa sakit dan suaranya hampir tidak dapat ia dengar. Ia tetap menembus hutan, walaupun hari sudah senja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloody Love #2 (Vampire ver.)
VampireIa tidak percaya hantu. Ia juga tidak percaya pada sihir, ilmu hitam, kutukan, pemanggil arwah, kartu tarot, paranormal, cerita legenda ataupun mitos tentang adanya werewolf ataupun vampire__atau segala macam tetek bengek "dunia lain" lainnya. Ia me...