#JN ; prolog

44 5 1
                                    

June Aadimas Loka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

June Aadimas Loka.

Ceria, easy-going, dan friendly adalah kepribadian yang sudah melekat erat di diri gue.

Gue selalu menjadi happy virus diantara teman-teman gue. Bukannya membangga-banggakan, tapi emang bener iya.

Gue adalah orang pertama yang akan teriak "LUUURR DIEM-DIEMAN AJA ADA APA SIH LAGI DI GREBEK APA??" saat Nayyaka dan Nata perang dingin,

dan orang pertama yang selalu jadi penghangat suasana di tiap hal. Saking banyaknya gue jadi males nyebutin.

Karena mulut gue yang selalu banyak cingcong, gue cuma punya mantan satu. Itu juga pas gue nembak, dijawabnya bukan “iya.” tapi “yaudah deh.”

Iya, gue pernah dibilangin sama Nata, pas dia lagi di kantin, ada segerombolan cewe gibahin gue, bilang, “June ganteng ya, sayangnya aja, bacot. Kayaknya, kalo gue sama dia, kuping gue mateng tiap hari.”

Hhhhhh, yang ganteng sabar.

Orang-orang selalu bilang, gue akan dapet cewek yang berisik, selera humornya rendah atau bahasa halusnya receh, dan banyak cingcongnya sama kayak gue sebagai azab atas segala keberisikan yang mereka terima atas semua omongan gue.

And well, they're wrong.

Dia nggak berisik, nggak receh, dan juga nggak banyak cingcong.

Iya, nggak.

TAPI BERISIK BANGET RECEH BANGET BANYAK CINGCONG BANGET.

Dalila.

I'm very grateful to fall in love with her. Gue seneng banget, di dunia ini, ternyata gue nggak bacot sendirian.

Kalau gue dipanggil happy virus, dia selalu dipanggil happy pill sama temen-temennya. Tapi sebenernya gue juga penasaran itu temen-temennya happy darimana orang dia juga kerjaannya nyerocos doang?

Dia itu ceria. Gue selalu suka memperhatikan dia diam-diam setiap dia berjalan di koridor bareng temen-temennya. Setiap ada yang nyapa dia, dia bakal selalu bales dengan senyuman lebar. Nyengir sih, gak senyum.

Dan juga dia itu jahil. Kelas gue letaknya depan-depanan dengan kelas dia, yang bikin gue bisa merhatiin dia diem-diem setiap dia lagi diluar kelas, jahilin temen-temennya. Dicolekin kek, nginjekin sepatu kek, nyubit-nyubitin kek, banyak dah, namanya juga bocah. Iya, dia itu jahil banget, tapi Ya Tuhan, gue sayang banget.

Dia juga perhatian. Tapi perhatiannya bukan yang kayak, “awww, lo gak papa kan?” pas temennya nyungsep di lapangan. Bukan yang kayak “SEMANGAAAAAT, AYO PASTI BISAA” pas temennya lagi tanding futsal. Tapi dia yang kayak “ah gimana sih lo guling-guling mulu gajelas kayak cacing kremi.” tapi lukanya dibersihin. Yang kayak “lo tadi nendang gembel banget asli lama-lama gak usah lah lu pake celana futsal gua sarungin aja sini.” tapi habis itu langsung ngasihin pocari sweat. Tsundere tsundere gitu najong.

Dan yang terakhir, dia itu lucu. Gimana enggak lucu? Tinggi dia sedada gue. Dulu, gue sempet ngira dia orang batak. Abisnya dipanggil 'tet', gue kira nama dia Butet. Taunya, kuntet.

Selalu tertawa. Riang gembira. Kecil. Gemes. Lucu. Dibanding mendeskripsi dia, gue lebih kayak deskripsiin Trio Kwek Kwek.

Waktu gue bareng Dalila berjalan begitu cepat. Gue dan Yiya sudah bersama kurang lebih empat tahun. Empat tahun kerasanya cepet banget, rasanya kayak 1440 hari.

Kisahnya dimulai sejak gue kelas 3 SMA, hingga sekarang di semester-semester (hampir) akhir kuliah. Semuanya sama aja, dia masih jadi anak kecil yang bisa gue uyel-uyel tiap saat.

Hanya aja... pikiran gue dan dia sudah nggak bisa kayak anak kecil lagi. Hubungan ini akan dibawa kemana, pertanyaan itu sudah saatnya kami jawab.

Persetan dengan kisah cinta Nata dan segala ketakutannya, Ian dan segala kesunyiannya, Fardhan dan segala ketidakpekaannya, Arkan dan segala keraguannya, Senaya dan segala ketidakjelasannya, Nichol dan segala kesibukannya, Rakha dan segala keletihannya, Nayyaka dan segala keapatisannya.

Mulut gue udah cukup berbusa untuk menceramahi mereka untuk berjuang. Susah, udah pasti. Tapi mereka pasti bisa melakukannya. Mereka bisa berusaha. Gue bisa apa?

Sebuah dinding tebal antara Rosario dan Kiblat. Bagi June Aadimas Loka, ini terlalu berat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 13, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

quo vadis? ° exo auTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang