Adel sekarang sedang menangis sesenggukan dikamarnya. Ia masih tidak percaya dengan apa yang terjadi pada beberapa menit lalu.Kenyataan yang baru saja ia ketahui membuat hatinya menangis.
Adel memeluk erat boneka beruang berukuran sedang berwarna coklat tua. Boneka ini pemberian Gilang pada beberapa bulan lalu
"Yang ini manis! "Ucap Gilang sambil menunjukkan boneka beruang ukuran sedang dengan warna coklat tua yang terdapat pita merah kotak kotak dilehernya
"selera lo bagus juga ya!jangan jangan lo suka boneka?"tanya adel sedikit curiga
"Ih ya enggak lah!lagian gue liat ini boneka manis ya gue ambil lah!"jawab gilang membantah
"Lagian lo tau dari mana boneka itu manis?emang lo jilat?"ucap adel lagi yang tak henti hentinya bertanya
"Lo cerewet banget sih!lagian gue kan cuman bilang boneka ini manis,gue tau ya karna gue lihat wajahnya!"jawab gilang yang sudah kesal "sama kayak lo manis!"ucapnya lagi pelan
Adel semakin terisak sambil mengeratkan pelukannya pada boneka itu, seketika memori itu berputar di otak nya.
Tak banyak memang kenangan manisnya dengan Gilang, namun itu semua mampu membuat hatinya teriris jika ia mengingatnya. Kenangan singkat yang mampu membuatnya tersenyum tapi juga terasa perih saat bersamaan.
Ia memang bukan tipe cewek tegar yang akan terlihat biasa saja jika sedang putus cinta, tapi ia juga bukan seperti cewek alay kebanyakan yang akan menyayat pergelangan tangannya seolah lelaki hanya satu didunia.
Ia kecewa
Ia sakit hati
Bayangkan saja jika kalian sudah terlalu jatuh hati pada orang yang dulu sangat menyebalkan di hidupmu,sekarang kau begitu menaruh harapan padanya tetapi malah dikecewakan dengan cara seperti ini.
Adel marah
Bukan marah pada Gilang ataupun Dellia, apalagi marah pada takdir yang seolah olah mempermainkan kisah asmaranya.
Ia marah pada dirinya sendiri.Ia marah karna terlalu bodoh menaruh hati pada seorang lelaki, lelaki yang sangat ia sayangi. Terlalu bodoh ia hingga bisa percaya sepenuhnya hingga menyerahkan seluruh harapannya pada Gilang.
Adel merasa bersalah seolah-olah ia yang baru saja menghancurkan hubungan orang lain, bukan hubungannya yang telah dihancurkan. Adel malu pada dirinya sendiri, ia merasa ialah pihak ketiga disini, hubungan Gilang dan Dellia pasti sudah berjalan lama, pasti karna kehadirannya membuat hubungan kedua orang itu menjadi merenggang.
"Hiks.. Gue terlalu bodoh" Adel masih terisak dengan keadaan sambil memeluk boneka beruang. Rasa lapar yang sedari tadi ia rasakan seolah tergantikan dengan rasa sakit yang lebih dominan di hatinya.
Ia tidak perduli dengan keadaannya yang sekarang sudah acak acak kan, yang ia butuhkan sekarang adalah menumpahkan seluruh airmatanya demi menyalurkan rasa kecewa dan juga sakit di hatinya.
Adel mengubah posisinya menjadi terlentang menatap langit-langit kamar nya. Ia juga bisa merasakan pipinya yang sudah sangat basah oleh air mata dan juga matanya yang terasa bengkak.
Adel menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih tulang dengan pandangan menerawang. Dan saat itulah kenangan singkatnya bersama Gilang kembali berputar di otak nya.
"coba lihat deh bintangnya makin jauh makin kecil ya" Ucap Gilang
"Iya, tapi makin jauh makin kelihatan indah" Jawab adel sambil ikut menatap langit malam berbintang
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Ketua Kelas Vs Sekertaris ✔
Roman pour Adolescents[Beberapa part diprivate follow dulu sebelum membaca] Bagi adel, gilang adalah sebuah bencana yang harus ia hindari. Manusia paling menjengkelkan yang pernah Adel kenal, Gilang selalu saja mengganggunya, tidak disekolah maupun dirumah, Gilang selalu...