7.perubahan sikap.

86 10 0
                                    

"cepat masuk!" ucap Ragha dingin saat melihat aku yg belum masuk kedalam mobilnya.

Astaga, apa yang kau pikirkan Venia? berharap bahwa Ragha akan membukakan pintu mobil seperti saat menjemputmu tadi? kau sungguh bodoh!

Dengan cepat aku masuk ke mobil nya dan di ikuti dengan dirinya di bangku kemudi.

Suasana di dalam mobil ini begitu mencekam. bahkan untuk menggerakkan tubuhku saja rasanya susah.
Aura amarahnya terlalu cepat untuk menerjang semua tubuh ku dan seperti biasa, aku akan langsung peka untuk merangsangnya.

Ku layangkan pandangan ku ke jendela kaca. untuk sekedar menetralisir jantungku yang tak karuan akibat ketakutan.

Tiba tiba mobil sport ini berhenti. dengan cepat ku alihkan pandangan ku menatap nya.

"Turun!" ucapnya dingin.

"Ha?" tak percaya rasanya, bahkan ini masih jauh dari toko ku. belum lagi tidak akan ada taxi yg lewat di sini.

"Apa kau tidak mendengar ku?! ku bilang turun!!" Ucapnya marah. bahkan nada bicaranya sudah naik satu oktav.

"Tapi ini masih jauh dari toko ku Ragha. setidak nya antar aku sampe halte bis, atau tempat keramaian yg di lewati taxi" lirih ku meminta.

"Kau ingin mengatur ku ha?" Geram nya.
Jika sudah begini, aku harus apa?

"B-bukan Ragha, aku hanya__"

"Ku bilang turun!" perintahnya lagi. namun kali ini di Sertai dengan mata kilatnya yg bisa membunuh ku seketika.

Aku malas jika harus berdebat dengan nya. toh, dia benar dan aku yg salah.ini mobilnya, dan sampai kapan pun seorang bawahan tidak akan pernah bisa meminta tolong pada seorang atasan.

"Aku turun" ucap ku lirih.

Ku kemasih tas ku dan aku turun dari mobil itu. mungkin aku akan berjalan sampai ke tempat keramaian. selepas aku turun, dia langsung menancap gas dan berlalu meninggalkan ku sendirian.

Ku tatap sekitar. jalanan ini sepi sekali. hanya lampu jalan yg meneranginya.
Ku tepak kan kaki ku untuk berjalan, namun rasanya sakit jika harus berjalan sejauh itu menggunakan heals ku ini. tak ada pilihan lain selain membukanya.

Perjalanan ku rasanya masih panjang.
Tapi hari mulai mendung. nampak dari awan hitam yang mulai menutupi rembulan malam.

Tiba tiba secerca tetesan hujan mulai turun dan membasahi ku di jalan ini.
Aku suka hujan, namun itu 15 tahun yang lalu, saat aku masih bisa merasakan kasih sayang seorang ayah. Setelahnya, aku bahkan menganggap hujan adalah bencana. dimana dulu ayah meninggalkan ku di depan sebuah toko saat hujan sedang turun, petir menyambar nyambar dan aku benci hal itu.

Tiba tiba kilat memancar, petir mulai bergemuruh saat itu. sedikit ku tepikan diriku ke dekat trotoar. petir masih setia bersaut sautan, sedangkan aku berjongkok sambil menelungkup kan kepala memeluk lutut ku, aku takut. sekelebat memory saat ayah membuang ku kembali terlintas. sudah 2 kali aku di buang di saat hujan turun dan aku semakin membenci hujan karena berada di bawahnya selalu membuatku lemah.

Aku ketakutan, belum lagi bajuku yg lumayan terbuka, aku sungguh sangat kedinginan. mulutku bergetar, bibir mulai pucat dan seketika nya tak tau apa yg terjadi.

🌹🌹🌹


Mata ku perlahan mulai mengerjap, saat ku tangkap sebuah sinar terang menyalah di atas ku.
Ohh, ternyata itu hanya cahaya lampu. ku lihat sekilas, aku berada di ruang bernuansa putih dengan semua peralatan megah dan mewah.

Tunggu, apa aku sudah berada di surga.
Apa ibu ku menjemput ku?
Seharusnya aku masih di trotoar saat ini.
Lalu kenapa aku berada di tempat seperti ini.

Kembali ku lihat baju yg ku kenakan.
Aku memakai baju piyama berwarna putih.
Piyama ku bertangan pendek namun bagian kaki nya panjang. persis seperti pakaian rawat inap rumah sakit mewah.
Tapi yg ini bernuansa putih.

Oh Tuhan, mungkin benar, ibu sudah menjemputku. dia rindu pada ku, sekaligus marah pada ayah yg meninggalkan ku begitu saja.

Namun entah mengapa, ini seperti bukan surga. tiba tiba saja pintu di buka dan aku terkejut melihat siapa orang yg ada disana.

"Ragha" aku tak percaya itu dia.

"Kenapa?" tanya dingin.

"Eh, a-apa k-kau yg membawaku ke sini?" aku bertanya dengan sangat hati-hati. takut seandainya dia bisa marah pada ku.

"Ia" ucap nya singkat.

"T-tapi kenapa?" aku bertanya lagi,seperti belum menemukan jawaban atas semua perasaan mengganjal dalam hati ku.

"Kenapa?', apa kau sudah gila. jadi maksudmu aku akan diam saja, melihat mu pingsan di trotoar. aku masih punya hati" ucap nya tak kalah kaget dengan pertanyaan ku.

"B-bukan nya ini surga?" tanya ku polos.

"Huh! surga bodoh! kau sepertinya ingin mati cepat cepat ya?" ucapnya seperti mengejek.

"Jangan, bisa bisa mommy ku stress, karena dia kehilangan calon menantu kesayangan nya yang SPESIAL!" Ragha berbicara pada ku sambil menekan kata 'spesial' nya itu.
Jujur, aku sungguh ingin menangis. namun ku urungkan, mengingat dia sangat benci pada ku.

Jadi aku hanya bisa diam saja.

"Kenapa diam?" tanya nya.

"K-kau tidak mengajak ku bicara, jadi ku pikir aku harus diam" ucap ku lugu. terserah kalian mau bilang apa. tapi menurutku jawaban ku tadi luar biasa benar.

"Huh! siapa peduli! terserah. sebaiknya istirahat. karena besok mommy akan mengajak mu pergi, entahlah aku tak tau kemana. yg jelas aku tak ikut campur. kau boleh memakai apartemen ku untuk menginap" ucap nya menjelaskan namun sungguh aneh mimik nya dalam menjelaskan.

"Nyonya tau aku disini?" tanya ku lagi yg entah untuk ke berapa kalinya.

"Maksudmu dia tidak tau! bahkan aku baru 5 menit meninggalkan mu, dia sudah menelfon ku untuk bertanya apa aku sudah mengantar mu dan tak menurun kan mu di jalan. kau memang paling bisa meng-hipnotis mommy dan Daddy ku untuk tunduk pada mu. pake pelet apa? belinya dimana? dasar!!" ucapanya itu seakan menohok tulang rusuk ku, lantas menusuk hati dan jantungku. bagaimana bisa dia menuduhku seperti itu.

Aku tak percaya, selain tega dia juga suka berkata semena mena. aku tidak sabar lagi. aku sudah tidak kuat dengan semua perilaku dan gunjingan nya pada ku. emosi ku sudah tidak bisa ku tahan lagi.

"Anda, boleh meninggalkan saya di jalanan, anda boleh marah pada saya, anda juga boleh membenci saya. tapi satu hal yg anda harus tahu tuan Ragha. bahwa saya tidak suka di tuduh. karena semua pandangan yg anda katakan tentang diri saya, semuanya itu salah. jadi saya mohon tolong jangan bicara sesuatu yg akan membuat saya sakit hati. saya tidak menyalahkan pandangan Anda, karena saya yakin, anda berbicara seperti itu hanya karena Anda tidak tau kebenarannya. jadi saya meminta dengan sehormat hormatnya, anda bisa sedikit menghargai saya, setidak nya hargai saya sebagai seorang perempuan yg lemah. saya juga tidak meminta harus menikah dengan anda" ucap ku tak kuat menahan emosi. ku pakai bahasa formal untuk mengisyaratkan bahwa aku benar benar tersinggung dan sudah marah.

Dia hanya diam, menatap ku tak suka. terserah. yang pasti aku tidak akan mau di tindas lagi oleh nya.

"Sudah pidatonya?" tanya nya menyindir.
Aku hanya bungkam.

"Kalau sudah, lekas tidur. jangan jadi wanita cerewet yang manja. aku tidak pernah suka dengan wanita seperti itu" ucap nya kembali dingin. setelahnya dia langsung pergi meninggalkan kamar ini.

Apa dia bilang? wanita cerewet yg manja?
Yg benar saja. bahkan aku sudah memperingatkan nya, tapi kenapa sepertinya dia tidak menggubris perkataan ku sedikitpun.
Bahkan menurut ku itu adalah perkataan terkejam yg pernah aku keluarkan.

______________________________________________

Tbc..

Yuhu..

Uda lah,vote aja lah..
Komen juga..

VENIA [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang