13.celaka?

69 4 0
                                    

"sayang, Mom dan Dad pamit pergi dulu ya. jaga dirimu baik baik" ucap mom berpamitan pada ku.

"Baik mom" kata ku sambil mengecup kedua pipinya dan memeluknya.

Hari ini kami sedang ada di bandara, mengantarkan Mom dan Dad yang akan pergi ke paris.

"Oh ia, jangan lupa. saat Mom pulang nanti, sudah ada  jabang bayi di sini" ucap mommy menunjuk perut ku.

Ragha yang melihat itu hanya memasang senyumnya.

"Mom, jangan bicara vulgar disini" ucapku memperingatkan.

"Mom tidak berbicara vulgar. itu kenyataan. mom menginginkan cucu dari kalian" pinta mom pada kami.
Aku hanya tersenyum kecut Dan diam, sama dengan ku ragha juga jadi salah tingkah dan menggaruk tengkuknya.

"Ehhh, kenapa suasana nya jadi canggung begini sih. sudah kita harus berangkat. Venia, Ragha jaga diri kalian baik baik ya. jika ada sesuatu kabarin Mom dan Dad" pesan Daddy pada kami.

Aku mengangguk sambil memeluknya.
Ragha juga melakukan hal yang sama.

"Baiklah baiklah. boy apa mom harus memperingatkan mu juga untuk menjaga Venia dan melindunginya?" tanya Mom pada Ragha.

"Tidak perlu mom, aku pasti akan menjaga dan melindungi istriku" ucapnya lembut pada Mom. jujur aku seperti melayang mendengar ucapan istriku dari dalam mulutnya.
Apa ada rona merah di pipiku?

"Baiklah, kalau begitu jadi lah anak nakal yang baik hati" pesan Mom lagi padanya.

"Mom, aku bukan anak nakal" ucap Ragha tidak terima.

"Sekali anak nakal, tetap anak nakal" tegas Mom. aku dan Dad hanya terkekeh mendengarnya.

"Baiklah, kalau begitu kami pamit dulu. selamat tinggal" pamit mom sambil menyeret kopernya.

Jujur, air mata ku tumpah saat mom pergi.
Aku tidak akan punya teman lagi dan pasti akan sepi.

Aku pasti merindukan kalian, lirih ku.

"Kau berbicara apa barusan? jangan manja dan ayo pulang" ucap Ragha dingin.

Baiklah, ini saatnya untuk bersabar sebesar besarnya.

Kuatkan dirimu venia.

🌹🌹🌹

"Kemasi barang mu, kita akan pindah besok pagi" ucap Ragha dingin saat kami sudah selesai makan malam.

Aku tersedak karena baru saja dia mengatakan hal itu bertepatan dengan aku yang hendak menelan ayam bersambal.

Rasanya sakit sekali. tenggorokan ku seperti terbakar, perih..

Aku meringis dan memandang Ragha untuk sedikit meminta rasa ibanya terhadap ku.
Tapi dia hanya memandang ku datar, seolah tidak terjadi apa apa dengan ku.

Aku berusaha meraih air putih yang ada dia atas meja lagi, namun rasa perih ini semakin mengikat, sehingga aku kalang kabut dan tak dapat mengambil napas panjang.

"Uhuk uhuk" batuk ku semakin menjadi.

Akhirnya aku kehabisan napas dan pingsan.

🌹🌹🌹

Ragha poV..

Sekarang aku telah resmi menikah Dengan Venia, si gadis lugu kalangan bawah yang entah kenapa Mommy bisa kepikiran untuk menjodohkan nya pada ku.

Aku sempat bingung apa yang di lihat mom dari dirinya.
Tapi kalau boleh jujur, sebenarnya dia cantik, dia juga manis. tubuhnya sangat proporsional dan seksi. dia mempunyai lekukan tubuh yang nyaris sempurna.
Matanya biru menyala, rambutnya lurus dan di bawahnya sedikit bergelombang murni berwarna emas original tanpa di cat, pipi cubby ,dan yang paling penting bibir manisnya yang tipis dan berwarna pink itu sangat menggoda. pernah aku berpikir ingin mencumbu bibir itu dan melumatnya, namun rasa ego ku mengalahkan hasrat ku.

Sejujurnya Venia tidak salah. tapi aku terlanjur kesal, karena dengan semudahnya dia menerima tawaran dari Mom untuk menikah dengan ku. aku bahkan belum mengenal dia.

Aku selalu bersikap kasar padanya. bukan tanpa alasan, tapi karena dia sudah merenggut masa bahagia ku.
Mom memang benar, aku tidak akan bisa membawa wanita sesuai keinginan Mom dalam 3 hari.
Belum lagi, aku sedikit sulit membuka hati ku karena Irene, cinta pertama ku meninggalkan ku begitu saja dan menikah dengan laki laki lain saat kami akan melaksanakan pertunangan.

Namun aku heran dengannya, mengapa dia sangat kuat padahal aku telah menyakiti perasaan nya bahkan mengancam nya.

Mengapa dia tidak mengadukan ku pada Mom atau meminta cerai saja dari ku. entahlah, terserahnya.

Tapi ingat, yang pasti dia telah memilih langkah untuk menikah dengan ku, itu artinya dia sudah siap menanggung semua resiko dan konsekuensinya.

Dan hari ini, adalah hari dimana hanya ada aku dan dia di meja makan untuk pertama kalinya.

Mommy dan Daddy pergi ke Paris untuk mengurus sedikit masalah perusahaan cabang yang hampir bangkrut.

Sebenarnya aku senang karena aku bisa sedikit bebas, namun entah mengapa ada rasa bersalah di hatiku saat aku meminta pindah dari mereka, aku seperti anak durhaka yang tidak tahu berbalas Budi pada mereka.

"Kemasi barang mu, kita akan pindah besok pagi" ucap ku dingin saat kami sudah selesai makan malam.

Namun entah dia terkejut, atau apa. tapi sepertinya itu membuatnya tersedak.

Aku bukan lah orang yg ahli dalam membaca bahasa tubuh,tapi yang ku lihat dia tampak kesakitan dan pasti itu sangat perih.

Dia berekspresi seperti sedang tercekik.aku memasang wajah bingung,sebenarnya aku ingin membantu,namun bingung harus membantu apa.

Sampai dia pingsan dan hampir tersungkur ke lantai,namun tidak saat aku berhasil menangkap nya.

Ku papah dirinya ke kamar,lalu aku menelpon dokter keluarga.

Selang 15 menit,dokter itu datang dan memeriksa venia. Dokter mengatakan bahwa tenggorokan venia luka akibat dia terlalu memaksakan batuk saat tersedak.

Jujur,aku kecewa dengan diri ku.dia begitu karena aku yang tidak mengerti situasi.
Baru sehari dia tinggal berdua dengan ku,tapi dia sudah celaka,apalagi hari berikutnya.
Dan aku merasa bersalah karena tidak bisa menepati janji ku pada mom untuk menjaganya.

Namun tunggu,apa aku baru saja mengasihani dirinya?
Apa aku baru saja mengatakan jika aku merasa bersalah?
Oh tidak tidak,seharusnya aku senang.
Dengan begitu,perlahan lahan penyiksaan ku terhadap nya akan berjalan lancar.
Bukan kah memang itu tujuan ku.
Jika benar,lantas mengapa aku kasihan.
Tidak,aku tidak boleh tertipu oleh pesona nya itu.
Rencana tetaplah rencana.
Dan aku sudah menjalan kan nya.

______________________________________________

Voment..

VENIA [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang