Prolog

955 76 11
                                    

'Semua ini terjadi begitu saja dan tiba-tiba. Bahkan aku tidak tahu berawal dari mana? Dan kenapa? Aku dan dia.... Ukh-'



Malam itu, masih sama dengan malam-malam sebelumnya. Setelah selesai makan malam, Kunihiro bersaudara melakukan tugasnya masing-masing. Si sulung membersihkan meja makan, dan si bungsu mencuci piring. Suasana rumah cukup tenang, dan damai. Sebelum suara gebrakan pintu disertai suara tawa menggelegar di rumah sederhana tersebut.

BRAK!!

"Kakaka~ Yo, anak-anakku! Ayahmu sudah pulang~"

Itu Ayah, Kunihiro bersaudara. Yang baru pulang dari meditasinya dalam sebuah gua, di hutan Aokigahara.

Si sulung hanya melirik sekilas pria berbadan kekar yang kini berdiri di ambang pintu dapur memamerkan deretan giginya. Setelahnya, dia melanjutkan aktivitasnya. Yah, dia memang seperti itu orangnya. Terkesan tidak peduli. Sangat berbeda dengan si bungsu-

"Selamat datang, Ayah~ Bagaimana meditasimu satu minggu ini?"

-Yang selalu ceria dan -over- peduli pada siapapun. Bahkan pada hewan sekalipun.

Yamabushi Kunihiro, sang kepala rumah tangga berjalan mendekati kedua putranya, kemudian merangkul mereka penuh kasih sayang. Saking sayangnya, Yamabushi hampir mencekik mereka.

"A-Ayah... Ka-mi tidak bisa ber-nafas... Uhhuk!!"

Horikawa Kunihiro. Si bungsu membuka suara setelah melihat wajah Kakaknya pucat dan hampir membiru.

"Oh, maafkan Ayah," Reflek Yamabushi melepaskan 'rangkulan mautnya'. "Ayah hanya merindukan kalian berdua, kakaka~"

Seketika kedua saudara yang hampir pingsan itu, langsung menghirup udara sebanyak yang dibutuhkan paru-paru mereka.

"Oh, iya putraku. Ayah ingin kalian menemui seseorang di ruang tamu." ucapnya penuh semangat. "Tapi, sebelum kalian menemuinya. Tolong buatkan teh dan siapkan camilan untuknya."

Setelah mengatakan hal itu, Yamabushi berjalan ke ruang tamu.

"Siapa yang datang?" tanya si sulung.

"Mungkin Doudanuki-san dan Tonbokiri-san." Horikawa mengendikkan bahu tak ambil pusing. Kemudian mulai menyiapkan apa yang diminta sang Ayah.

Sementara si sulung masih terdiam di tempatnya. Pemuda 17 tahun itu tampak memikirkan sesuatu.


Horikawa dan Kakanya mematung begitu mereka sampai di ruang tamu. Kini mereka sudah duduk manis diantara Ayah dan tamunya. Ekspresi mereka sangat sulit di terjemahkan dengan kata-kata, ketika melihat tamu yang dimaksud Yamabushi beberapa menit lalu.

Seseorang yang duduk berseberangan dengan Yamabushi saat itu bukan Doudanuki atau Tonbokiri. Dia tidak berbadan kekar, apalagi memiliki otot 'sempurna' seperti anggota geng 'otot pecinta alam' Yamabushi.

"Ah, apa mereka putramu yang kau ceritakan waktu itu, Yamabushi-san?" Tanya si tamu.

"Kakaka~ Iya, mereka berdua memang putra kandungku meski tidak mirip denganku." Yamabushi tergelak. Tidak peduli dengan tatapan aneh dari kedua putranya.

Kunihiro bersaudara masih setia bergeming, dan memperhatikan tamu Ayah mereka dari kepala sampai kaki.

Menurut mereka, seseorang ini sedikit unik. Dia memiliki rambut sangat panjang dan hampir menyentuh lantai. Wajahnya putih mulus seperti wanita- Ah, bisa jadi dia memang seorang wanita. Dan yang membuat Kunihiro bersaudara bertanya-tanya adalah-

Yamanbagiri StepBrother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang