Kadang, apa yang kita harapkan beberapa kali memang bisa menjadi kenyataan.
Esa yang tengah sibuk mengamati rekam medis Quiesha harus menghentikan kegiatannya karena terganggu sosok yang disebutnya sahabat.
"Sibuk ga lo hari ini?"
Esa membuka kacamata yang bertengger dipuncak hidungnya dan menggeleng singkat.
"Gue perlu bicara sama lo."
"Tentang?"
"Apa aja, gue rasa kita terlalu sibuk dengan urusan masing-masing. Lo yang sibuk dengan Quiesha dan gue yang sibuk dengan keluarga gue termasuk Quiesha."
Esa tersenyum tipis, mengerti kemana arah pembicaraan Ray kali ini."the point is Quiesha right?"
"Tadi malem dia cerita ke gue, she was worrying if you really falling for her."
"Terus?"
"Sean bilang engga apa-apa, selagi lo bisa bertahan nanti dengan sakitnya jawaban Quiesha. Gue bukannya mematahkan hati lo, tapi dari cerita Quiesha tadi malem ke gue dan Sean, terlalu jelas kalo dia ga akan buka hati buat siapapun."
"Hubungannya sama gue?" Tanya Esa sekenanya. Pria itu tampak acuh tak acuh mendengar penjelasan Ray.
"Sa, gue udah bilang dari awal untuk engga jatuh cinta sama Quiesha kan?"
"... gue ga bisa memilih kemana hati gue akan jatuh."
Ray menghela nafas kasar, sifat keras kepala dan acuh Esa memang tak ada duanya. Sahabatnya itu memang terlihat sangat teramat tegar dari luar, tapi di dalam Esa sangat rapuh. Beberapa kali Esa akan terlihat mirip dengan Quiesha, sama-sama memiliki kisah hidup yang pahit. Kehilangan orang tua di usia mudanya, hanya saja Quiesha lebih beruntung mendapat keluarga baru, sedangkan Esa? Dirinya hanya berakhir dengan orang kepercayaan orang tuanya.
Untuk urusan percintaan sekilas mereka mirip. Sama-sama kehilangan cinta pertamanya, namun lagi-lagi Quiesha jauh lebih beruntung. Quiesha pernah merasakan bahagia menjalin hubungan dengan orang yang dicintainya. Sedangkan Esa? Lelaki itu harus menelan pil pahit karena cinta dalam diamnya. Sekarang ketika kesempatan besar itu datang, kenapa bertubi-tubi alasan menghampiri agar dia mundur?
"Lo emang ga bisa milih kemana lo akan jatuh, tapi lo yang punya kendali penuh atas itu. Berhenti nyakitin diri sendiri, you loved her for 7 years, it's enough! Gue akan sangat bahagia Quiesha menerima lo dengan tangan terbuka, tapi malangnya she rejected you, you deserved someone better Sa."
"Thankyou for worrying me Ray. But i can't falling for others. She's my one and only."
"Sa. Gue ga mau salah satu orang yang gue sayang berakhir menderita lagi dan lagi. Kenapa lo batu banget sih di kasih tau."
"..."
"Kemungkinan Daffa bangun meningkat jadi 85%, itu yang perlu lo tau."
"Bagus dong?"
"Whatever. Gue udah ngasih tau lo, gue udah memperingati lo. Tentang nanti gimananya elo, it's yours."
Esa hanya tersenyum melihat kepergian Ray. Ada banyak cara untuk mencintai, salah satu memastikan orang yang kita cinta bahagia walaupun tidak bersama bukan?
☁️☁️☁️
Entah sejak kapan Starbucks NYU Langone Medical Center menjadi tempat perkumpulan baru bagi dokter-dokter itu.
Tadi, Sean menghubungi Anya dan Ray bahwa dirinya dan Naya akan berkunjung, sekalian untuk meluruskan kesalah pahaman diantara mereka. Tidak enak rasanya hubungan pertemanan rusak karena masalah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby,Good Night! (Completed)
FanfictionCukup. Hanya itu. Cukup bahagia, cukup tertawa. Hingga kecewa dan sedihpun tak akan terlalu terasa dalam dan menyakitkan. ''Harusnya dulu, gue ga memaksa keadaan untuk di samping dia setiap waktu'' Dan ketika katanya keajaiban itu hanya datang sekal...