"Bodoh! Harusnya tadi aku nggak cium dia!!" Rutuk Rio saat keluar dari kamar Fifah.Berdasar informasi, nafsu seorang lelaki memang lebih cenderung ditampakkan jika dibandingkan dengan perempuan yang lebih banyak lihai menyembunyikan.
Apa lagi Rio.
Shalat bisa dibilang setahun sekali, puasa ramadhan bolong-bolong, ngaji juga tidak pernah. Nafsu cowok itu sangat sulit dikendalikan. Alhasil, Fifah yang sedang terlelap tidur seketika terbangun dan dikejutkan oleh sebuah kecupan lembut yang mendarat di bibirnya. Sontak Fifah jengkel begitu tahu pelakunya Rio.Seribu penyesalan memenuhi relung hati Rio sebab imbasnya berdampak pada hari-hari berikutnya. Fifah jadi menjaga jarak dengan Rio, Fifah jarang berbicara dengan Rio, dan tidak pernah ada lagi senyuman yang Fifah tujukan untuk Rio. Entah saat berpapasan atau tak sengaja bertatap muka di rumah, Fifah lebih memilih menghindar. Bahkan beberapa hari ini, Fifah jarang bertemu Rio karena ia sering pulang dari sekolah hingga malam.
Ia memutuskan tidak lagi menyangkut pautkan Rio dalam setiap kegiatannya. Mau pulang malam atau tidak, Fifah lebih memilih pesan ojek online ketimbang harus dijemput Rio.
Dalam shalatnya Fifah pun berdoa, "Ya Allah ... Ampuni hambaMu. Hapuskan cinta ini hingga tidak ada rasa lagi selain rasa sayang terhadap saudara sendiri. Berikanlah yang terbaik untuk kami Ya Allah. Aamiin ...."
Deru motor pertanda seseorang datang membuat Fifah beranjak dari sajadah. Baru akan membuka kenop pintu setelah ia sadar ternyata tamunya adalah Rina, pacar Rio, Fifah urung. Ia membalikkan badan dan hampir menabrak dada bidang Rio yang ternyata sudah ada di belakangnya.
Rio menggapai kenop pintu. Terpampang jelas wajah gadis nan ayu dengan riasan make up sederhana namun sangat kontras pada warna merah di bibirnya. Rina. Di ambang pintu, rambut panjangnya dibirkan tergerai tersapu angin. Lalu aroma cologne gel menyeruak.
Dulu, Rina adalah kakak kelas Fifah yang hanya selisih satu tahun. Berhubung Fifah ada rasa dengan Rio, Fifah pun menjaga jarak dengan Rina.
"Assalamu'alaikum," sapa Rina seraya tersenyum.
"Wa'alaikumussalam," jawab Fifah dan Rio hampir bersamaan.
Meski terasa sakit, Fifah menyalami Rina layaknya ia berjumpa muslimah lainnya. Fifah mendapati Rio melalui ekor matanya bahwa sepupunya itu melakukan hal yang sama dengannya.
"Bukan mahram!" Ucap Fifah dalam hati.
Tanpa dipersilahkan untuk masuk karena sudah terbiasa bertandang ke rumah, Rina pun masuk kemudian duduk di sofa ruang tamu.
"Kamu abis shalat ya, Fah." Suara Rina menghentikan langkahnya yang hendak kembali ke kamar. Niatnya Fifah, dari pada ia sakit hati menyaksikan Rina bermesraan dengan Rio, lebih baik ia tadarusan. Toh, Al-qur'an adalah obat dari segala penyakit? Termasuk sakit hati.
"Oh hehehe ... ng ... iya sih,"
"Duuhh maaf yaa ganggu,"
"Hah? Ganggu? Ng-gak kok. Santai aja ..."
Fifah pun kembali ke kamarnya. Mengambil Al-qur'an, kemudian ia membacanya. Ia mengawalinya dengan bacaan Surat Al-Fatihah. Setelah itu ia buka lembaran demi lembaran guna mencari Surat An-anisa.
Dari ayat pertama hingga pertengahan ayat yang Fifah baca, konsentrasi Fifah terpecah menjadi dua. Sedari tadi ia tidak fokus dengan bacaan yang ada di hadapannya.
Maka dari itu ia mengakhiri tadarus kali ini dengan bacaan Shadaqallaahul'adziim.
Lantas ia meletakkan Al-qur'annya di tempat semula.Berkali-kali gelak tawa Rina dan Rio mengganggunya. Hingga membuatnya berpikiran, sepertinya Rina dan Rio sangat bahagia. Jangankan bercengkrama layaknya Rina dan Rio yang ia dengar tawanya saat ini. Berkomunikasi saja jarang. Keluh Fifah.
Lalu beberapa lama kemudian suara mereka lenyap menjadi keheningan. Membuat Fifah bertanya-tanya apa yang tengah mereka lakukan. Tentu hal itu mengingatkannya pada ciuman Rio."Apakah Rio juga melakukan hal itu pada kekasihnya?" pikir Fifah.
Di satu sisi karena keheningan itu terjadi sangat lama, membuat pikiran Fifah menjelajah kemana-mana.
"Apakah Rio hanya melakukannya padaku?" pikirnya lagi.
"Bukankah seorang lelaki yang mencintai perempuan tidak akan berbuat seperti itu? Jika benar demikian, berarti yang Rio lakukan padaku hanya untuk memuaskan nafsunya. Setega itukah ia padaku??"
Fifah sadar apa yang sedang ia pikirkan. Kontan ia mengucap istighfar dan memohon ampunan padaNya. Bahkan Fifah baru ingat bahwa ia belum membuatkan minum untuk Rina. Toh bagaimana pun juga Rina adalah tamu? Sementara dalam sebuah hadits, Fifah ingat bahwa tuan rumah harus memperlakukan tamu dengan baik. Entah itu disuguhkan makanan atau minuman.
"Tapi ..." Fifah berpikir lagi. Ia enggan merasakan sakit untuk yang ke sekian kali gara-gara melihat sejoli itu bermesraan.
Di sisi lain Fifah juga ingat untuk memperlakukan tamunya dengan baik. Bagaimana ini?
Sejenak Fifah memejamkan mata, menarik napas dalam-dalam. Tekadnya bulat.
"Bismillah ... Dengan izinmu Ya Allah, kulakukan ini karenaMu. Sembuhkan aku dari sakit hati yang akan menimpaku."
Fifah pun melipat mukena dan sajadahnya, selepas itu ia mengenakan jilbab lalu keluar kamar untuk membuatkan minuman dan membawakan beberapa makanan ringan di meja ruang tamu.
"Silakan Rina ... Maaf ya, lama."
"Ya ampun Fifah, nggak perlu repot-repot," ucap Rina demikian.
Fifah hanya membalasnya dengan senyuman lalu menghembuskan napas lega. Beruntung Rina dan Rio tidak bermesraan begitu ia menyuguhkan wejangan. Terima kasih Ya Allah ...
***
14 Desember 2018
💜Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Bagaimana part pertama ini readers? Adakah sesuatu yang ingin disampaikan? Kritik dan sarannya ditunggu. ☺
KAMU SEDANG MEMBACA
Dengan Cinta-Nya Kucintai Dirimu
SpiritüelRank 1 in Sholeha (06/02/2019) Rank 1 in Santri (27/02/2019) Rank 1 in smk (17/03/2019) Rank 1 in Pacaran setelah menikah (02/04/2019) Tuhan, sang Maha membolak-balikan hati semudah membalikan telapak tangan. Pada sebuah kehidupan di muka bumi, Tuha...