12. LUKA.

1.8K 163 68
                                    

"Sumpah lo, Tar? Nando nembak lo? Wah, gila sih serius nggak percaya gue." begitu komentar Lastri sewaktu kuceritakan padanya perihal Nando. Jangankan Lasti, aku saja masih tidak percaya kalau semua itu benar-benar nyata. Saat Nando mengamit tanganku lalu menyatakan perasaannya dengan sangat manis. Ah, sumpah semuanya masih berputar-putar di kepalaku hingga malam ini—membuatku susah tidur memikirkannya. Hingga larut malam aku masih setia memandangi foto-fotonya di instagram.

Aku jatuh cinta padanya jauh sebelum dia mendekatiku. Ya, mendekatiku. Entahlah itu seperti kurang tepat mengingat aku juga tidak tahu dibagian mananya Nando pernah mendekatiku. Nando hanya selalu datang saat aku dalam keadaan sempit, dan bisa kubilang itu hanya sebuah kebetulan. Beberapa waktu sebelum dia menembakku, dia juga terkesan menjauhiku. Sampai saat ini aku masih tidak tahu apa alasannya.

Tapi masa bodoh lah, yang penting sekarang dia milikku. Di dunia nyata, bukan lagi di dunia khayalan yang hanya menyisakan hampa. Dia yang kuidolakan dan kukepoi siang-malam ternyata juga menyimpan rasa yang sama sepertiku.
Siapa coba yang tidak bahagia? Aku yakin kalian yang ada luaran sana pasti akan merasa bahagia juga saat dia yang kalian idam-idamkan, akhirnya kalian dapatkan. Apalagi dengan cara tak terduga seperti yang aku alami.

Aku men-scroll ke bawah, kulihat ada beberapa perubahan pada feed instagram Nando. Beberapa foto telah dihapus, dan hanya menyisakan 20 postingan yang semuanya hanya berisi fotonya sendiri dengan berbagai pose. Membelakangi kamera, bersandar di tembok, sedang memegangi bola dan beberapa video saat dia bermain basket.

Aku kaget, gelagapan sendiri saat tidak sengaja menekan love di postingannya beberapa bulan yang lalu. Hal yang selalu membuatku merasa gagal menjadi stalker. Niatku ingin membuka komentar, tapi jariku yang sedikit besar, meleber begitu saja pada icon "❤" Selang beberapa menit, ponselku berdering, menampilkan sebuah panggilan dari nomor Nando. Aku bangkit dari posisi berbaring, mengambil bantal untuk menutup wajahku. Rasanya aku tidak sanggup menatap layar ponselku sendiri. Aku malu ketahuan masih doyan stalking.

Setelah beberapa saat ponselku diam. Berganti dengan notifikasi pesan di aplikasi whatsapps.

Masih aja suka nge-stlak. Udah jadi pacar masih kepo aja ya?

Aku menelan ludah, menerima pesan singkat dari Nando. Rasanya pipiku memanas seperti ada yang mendidih di sana. Dengan jari yang masih gemetar aku membalas pesan Nando. Belum sempat terkirim ponselku kembali berdering, menampilkan nomor Nando di layar. Sekuat tenaga aku mengatur napas supaya nantinya tidak terdengar gugup atau kegirangan yang berlebihan. Panggilan pertama sengaja tak kuangkat karena gugup. Hingga panggilan kedua baru kuangkat.

"Halo." Aku mendekatkan ponsel di telinga. Jujur rasanya canggung sekali, meskipun ini bukan pertama kali kami bicara via telepon dengannya. Dulu juga pernah dia menelpon, sewaktu menanyaiku kabar pasca terkena lemparan bola. Tapi waktu itu tidak secanggung dan segugup sekarang.

Aku mendengar Nando berdehem dari  sebelum dia mulai bicara. [Pengin tanya lagi ngapain. Tapi akunya udah tahu kamu lagi ngapain.]

"Emang aku lagi ngapain?" pertanyaanku benar-benar bodoh.

[Nge-stalk instagram aku. Saking kangennya padahal baru tadi siang ketemu.]

Kalau saja aku tidak malu aku pasti akan menjawab. Bukan cuma malam ini, setiap malam juga aku pasti nge-stalk instagram kamu sebelum tidur, takut kamunya posting foto perempuan lain. Tapi untungnya aku masih punya rasa malu. "Enggak kok, nggak nge-stalk. Siapa yang bilang aku ngestalk instagram kamu?"

[Notifikasi yang bilang, katanya gini. "Utari sastrawijaya menyukai foto anda,"]

"Notifikasi kamu aja kali yang error. Aku nge-lovenya seminggu yang lalu kok," Jawabku sambil menggigit kuku jari.

Dia dan Ilusiku [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang