"Itu keputusan gila." Ucap Narendra tegas pada pria berkursi roda yang terlihat semakin ringkih diusia tuanya.
Narendra baru memulai praktiknya hari ini dan langsung dikejutkan oleh kedatangan Perwira Raksa. Sudah seminggu dia pusing bulak balik ke rumah sakit mengurus seseorang yang bahkan dia tidak tahu siapa namanya. Belum lagi masalah Hanin yang dia tinggalkan bersama Mentari diluar negeri sana. Semua bermula dari permintaam pria tua itu, dan sekarang pria tua itu datang dengan keputusan gila lainnya. Sepertinya dia terlahir kurang beruntung karena terikat ikatan darah dengan pria tua itu.
"Ini jalan yang terbaik untuk anak-anak itu. Mereka harus memiliki wali yang sah untuk kehidupan mereka ke depannya. Kau tahu seberapa berbahaya jika aku yang mengambil alih perawalian mereka. Setidaknya jaga mereka hingga mereka berusia cukup dewasa untuk mencairkan warisan mereka. Atau tidak sampai aku selesai mengalihkan warisan Arka atas nama mereka." Ucap Perwira Raksa
"Ini bukan hanya tentang Harta Rendra, ini tentang hidup kedua anak itu. Anak-anak itu harus diselamatkan dan memberikan orangtua baru bagi mereka adalah pilihan terbaik yang bisa kita lakukan." Ucap Perwira Raksa lagi sebelum Narendra bicara dan mendebatnya menyangkut keserakahannya akan harta.
"Apa yang mereka alami sekarang sudah cukup berat, tidak bisakah kau menjaga dan memberikan kehidupan lebih baik untuk mereka?" Tanya Perwira Raksa.
"Tapi tetap saja itu keputusan gila, apapun alasannya. Saya punya kehidupan sendiri begitupun wanita itu. Bagaimana mungkin meminta kami untuk bersama dalam sebuah ikatan hanya untuk mereka." Protes Narendra masih tidak setuju dengan keputusan Perwira Raksa.
"Kalau saja kau sudah menikah dan memiliki keluarga aku juga tidak akan meberikan ide ini. Kaulah..."
"Stop membahas tentang pernikahan karena sampai kapanpun aku hanya akan menikahi satu wanita." Ucap Narendra memotong ucapan Perwira Raksa.
"Okay maafkan aku...tapi aku tetap ingin kamu menolong mereka." Ucap Perwira Raksa mengalah.
"Kenapa tidak menitipkan mereka pada sebuah keluarga nyata yang akan menyayangi mereka?" Usul Narendra.
"Berapa banyak didunia ini yang mau membesarkan anak orang lain dengan sukarela? Terlebih dengan keadaan tidak baik-baik saja seperti anak-anak itu?" Tanya Perwira Raksa yang membuat Narendra tidak tahu harus menjawab apa. Jika banyak keluarga seperti itu didunia ini tentu saja tidak akan ada banyak kasus penelantaran anak didunia. Narendra menyadari perlu kesabaran tingkat tinggi untuk membesarkan kedua anak itu. Terlalu banyak hal buruk yang terjadi pada anak-anak itu dan bukan hal mudah untuk mereka bisa menjalani hidup normal seperti biasanya.
"Kita mungkin bisa membayar orang lain untuk menjadi orangtua mereka. Tapi bahaya tetap akan mengincar mereka karena tahu mereka masih berada dalam lindungan keluarga Raksa." Ucap Perwira Raksa lagi.
"Menurutmu, jika anak-anak di tangan Hanin, mereka akan terbebas dari bahaya?" Tanya Narendra sangsi.
"Aku tidak menjamin itu, tapi hubungan buruk Hanin dengan keluarga kita mungkin membuat mereka berpikir keluarga Raksa kehilangan anak-anak itu. Meskipun aku tidak begitu yakin karena dia juga tahu akulah yang meminta Hanin mencari anak-anak itu."
"Dia? Dia siapa?" Tanya Narendra.
"Kau tidak perlu tahu." Jawab Perwira Raksa cepat.
"Sebenarnya keburukan apa yang telah kau lakukan dalam hidupmu sehingga keturunanmu yang harus menanggungnya?" Tanya Narendra dengan nada dinginnya.
Perwira Raksa sedikit terhenyak mendengar pertanyaan dingin dari putranya. Pria tua itu tidak menyalahkan putranya karena semua bermula dari dirinya. Dialah yang salah sehingga Narendra tidak pernah mengenalnya sebagai seorang ayah. Semua berawal dari dirinya sehingga anak dan cucunya satu persatu mulai meninggalkannya. Dia mungkin bisa saja menghabisi seseorang itu, tapi dia tahu tidak akan sanggup melakukannya karena hatinya masih diliputi rasa bersalah. Dia membiarkan orang itu berlaku semaunya karena dialah yang menghancurkan hidup orang itu. Tapi dia tidak tahu jika orang itu juga terlibat dalam kematian keluarganya.
Deringan ponsel memecah kekakuan ayah dan anak itu. Narendra segera mengankat ponselnya saat melihat nama yang terpampang dalam layar ponselnya. Pria itu memejamkan mata untuk mengangkat panggilan dari si penelpon. Dia berusaha untuk menahan diri agar tidak jijik dan kelepasan mengumpat pada lawan bicaranya, yang berbicara menggunakan aksen menggelikan bagi pria dewasa yang 'normal' sepertinya. Salahnya karena menawarkan diri untuk membantu Hanin, hingga dia terjebak dengan makhluk jadi-jadian sejenis Jo.
Seminggu lalu, dia langsung ke rumah Hanin setibanya di bandara. Tidak ada siapapun dirumah itu hingga 10 menit kemudian seorang wanita muda datang. Wanita itu memperkenalkan dirnya sebagai salah satu karyawan yang dipercaya Hanin, bernama Sammy. Setelah tahu jika Narendra adalah orang yang bersama Hanin selama di Singapura gadis itu langsung mengajaknya ke suatu tempat.
Rumah sakit, itulah tempat yang ditunjukan wanita bernama Sammy itu. Narendra bertanya apa maksud semua ini tapi gadis itu hanya menjawab jika Narendralah yang lebih tahu. Dari nada bicaranya Sammy jenis orang yang tidak terlalu suka diajak bicara, karena itu Narendra memilih menurut saja mengikuti langkah gadis itu.
Jo dan tingkah tidak biasanya menyambut kedatangan Narendra dan Sammy. Narendra bahkan tidak sempat mengelak ketika pria setengah matang itu langsung memeluknya dan menceritakan betapa takutnya pria itu. Beruntung Sammy segera menarik kerah baju Jo hingga Narendra bisa bernafas lega. Setelah sedikit percekcokan kecil yang dinilai luci oleh Narendra antara Jo dan Sammy, barulah Jo menceritakan apa yang terjadi.
Menurut cerita Jo, malam hari ketika dia selesai menyalakan lampu di rumah Hanin, tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu dengan kasar. Jo langsung membukanya karena dia mengira mungkin Sammy dengan kesabaran tipisnya. Ternyata dugaannya salah karena yang datang adalah seorang pria muda yang menggendong anak kecil dalam dekapannya. Keadaan pemuda itu sangat mengenaskan dan kotor, belum sempat Jo bertanya kepentingan pria muda itu, si pria keburu ambruk.
Karena tidak tega, Jo menelpon ambulance untuk membawa pria muda itu ke rumah sakit. Apalagi keadaan anak balita dalam dekapan pria itu juga tidak baik-baik saja. Awalnya Jo berpikir pemuda itu hanya kebetulan lewat ke rumah Hanin. Tapi setelah sampai dirumah sakit dan tubuh pemuda dan anak itu dibersihkan, foto keluarga Hana ada diantara barang-barang mereka. Melihat foto itu Jo yakin memang tujuan mereka adalah menemui Hanin. Apalagi wajah balita itu mirip dengan balita dalam foto, dia yakin anak itu adalah anak yang sedang dicari Hanin.
Setelah mendengar cerita Jo, Narendra langsung mengambil alih perwalian kedua pasien itu. Menurut dokter dua pria berbeda usia itu kelelahan berat, kelaparan juga kekurangan cairan. Bahkan menurut dokter pria muda itu mengalami pendarahan internal diotaknya. Narendra tidak tahu harus berbuat apa karena pria muda itu belum sadarkan diri hingga saat ini. Dan anak kecil yang dibawanya, meskipun sudah sadar tapi anak itu terus menangis memanggil-manggil 'Abi', yang sayangnya sampai sekarang Narendra tidak tahu siapa yang dimaksud anak itu.
Narendra belum bisa mendekati anak itu karena anak itu menjerit jika ada orang asing yang mendekat. Hanya seorang perawat wanita berwajah oriental yang bisa mendekatinya hingga saat ini. Secara bergantian Narendra, Jo dan Sammy menengok keadaan dua orang itu. Karena saat itu Sammy tidak membawa ponselnya, jadilah Jo yang bertukar nomor dengan Narendra. Harus diakui pria jadi-jadian itu cukup membantu Narendra untuk menjaga kedua pasien itu dirumah sakit. Sayangnya dia juga harus menahan geram pada pria itu karena pria centil itu terlalu memanfaatkan nomornya. Pria itu sering menghubunginya bahkan saat tidak ada yang penting yang ingin Pria itu sampaikan.
"Gawat..." lengkingan dibalik telepon membuat Narendra sedikit menjauhkan ponsel pintar itu dari telinganya.
"Apa yang gawat?" Tanya Narendra.
"Pria muda itu...pria muda itu..." jawab Jo dengan nada panik.
"Kenapa dengan pria muda itu?" Tanya Narendra ikut panik.
"Kondisinya buruk...dokter sedang mencoba untuk menanganinya sekarang...." ucap Jo dengan masih nada paniknya.
Narendra langsung mengambil langkah seribu keluar dari ruangannya menuju rumah sakit tempat pria itu dirawat. Tidak dia pedulikan keberadaam Perwira Raksa yang bingung dengan tingkahnya. Dia tidak bisa membiarkan pemuda itu mati, karena dia yakin pemuda itu memiliki petunjuk untuknya menemukan apa yang terjadi sebenarnya pada keluarga Arka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can You Hear Me?
Misterio / Suspenso"Rintihan kesakitan itu terdengar nyata ditelingaku. Tatapan kosong dari anak perempuan yang meringkuk dalam ruangan itu benar-benar menghantui malam-malamku." Hanindiya Almira tidak tahu kenapa mimpinya akhir-akhir ini selalu sama. Parahnya mimpi b...