Sore ini, Gina dan Fanya sedang nongkrong di kafe dekat rumah mereka dengan Gina yang membawa laptop dan buku Biologinya. Katanya sih Gina mau belajar, tapi nyatanya gadis itu malah lebih banyak melamunnya. Fanya yang duduk di samping Gina lantas menjentikkan jarinya di depan wajah kakaknya itu.
"Woi, bengong mulu. itu diminum matcha-nya, tar keburu dingin," tegur Fanya.
Gina lantas tersadar dari lamunannya dan langsung menoleh ke arah Fanya. "Eh, iya iya."
Mereka berdua kini sedang duduk di kursi tinggi dengan meja panjang yang menempel langsung dengan jendela, sehingga mereka dapat melihat pemandangan di luar secara jelas. Setelah meneguk minumannya sekali, Gina kembali membuka buku catatan Biologinya.
"Mikirin apa sih lo? Berat banget hidup lo kayaknya," tanya Fanya.
Gina menghela napasnya berat. "Ya gimana gitu, kalo misalnya Ghana udah bosen sama gue dan dia diem-diem tinggalin gue? Atau bisa aja dia udah nemuin yang baru gitu, yang lebih dari gue."
"Ya enggak lah," Fanya memutar kursi beserta tubuhnya ke arah Gina. "Kan kemaren Kak Refo juga udah bilang kalo Kak Ghana nggak masuk sekolah dan dia juga nggak tau kabarnya gimana. Ya berarti dia bukan ngilang dari lo doang, tapi dari semua orang."
"Ya tapi kenapa gitu?" Gina memangku wajahnya dengan tangannya yang ia tumpukan ke atas meja. "Si Refo udah jawab?" tanyanya sambil menoleh ke arah Fanya.
Fanya menggeleng. "Belom."
"Lo lagi deket sama dia, ya?" tanya Gina sambil tersenyum jahil.
Mata Fanya melebar. "Enggak, ya. Sembarangan."
"Masaa? Buktinya cepet banget move on dari si Ghana. Ternyata gara-gara udah ada yang baru, toh," ledek Gina.
"Ya emang lo mau gue lama-lama move on-nya?" balas Fanya. "Lagian juga kan gue nggak ampe kayak lo yang cinta mati sama Kak Ghana."
Gina mendorong bahu Fanya pelan. "Apaan lo. Lebay banget," kekehnya.
"Tapi kok lo bisa terima Kak Ghana? Bukannya setau gue lo sukanya sama Kak Naufal ya?" tanya Fanya penasaran.
Gina terdiam sebentar, lalu menunduk. "Yah ...," Gina tersenyum samar sambil menaikkan kepalanya lagi. "Perasaan seseorang bisa berubah, kan?"
Fanya hanya diam mendengarkan.
"Lagian juga Naufal pasti menganggap gue sebagai sahabat, kan? Well, we are. Jadi untuk apa gue menganggapnya lebih?" lanjut Gina sembari kembali menunduk
Fanya mengembuskan napasnya pelan. "Emang ribet ya hidup lo."
Gina mengangguk. "Ditambah besok gue ulangan Bio dongggg, mana gue nggak bisa afalan gini lagi." Gina meletakkan kedua telapak tangannya pada pipinya, kemudian menoleh lagi ke arah Fanya setelah teringat sesuatu. "Eh ulangan Kimia lo gimana tadi? Bisa?"
Fanya mengangguk setelah menyesap ice lemon tea-nya. "Bisa dong, kan udah diajarin sama Kakak Gina."
Gina terkekeh sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, kemudian kembali menghadap ke depan. "Yaudah gue mau belajar lagi dah."
***
"Naufal Naufal Naufallllll!" panggil Gina sambil berlari ke arah Naufal yang sedang dikerumuni oleh teman-temannya. "Stroma itu apa sih? Gue lupa sumpah, padahal pas itu si Ibu pernah kasih tau."
KAMU SEDANG MEMBACA
G : GONE (Sekuel G & G)
Teen FictionTidak ada orang yang menyukai kehilangan. Tidak ada juga orang yang mencintai perpisahan. Tapi jika takdirlah yang memutuskan, apakah kita masih bisa melawan? [Lanjutan dari novel G & G. Untuk lebih mengerti alur cerita, silakan baca novel pertama t...