9

6.7K 254 8
                                    

Sudah hampir subuh namun mata Shakyra serasa enggan untuk terpejam. Ia tak tahu lagi harus bagaimana nanti ketika bertemu dengan orang tuannya.

Ini gila.

Ia tak pernah menyangka orang tuanya bisa memutuskan hal paling besar yang menyangkut kehidupan dan masa depan Shakyra.

Dan lagi Ryan seakan menerima perjodohan yang jelas-jelas diputuskan oleh satu pihak. Tentunya Shakyra harus menerimanya karna ia tidak mau membuat malu kedua orang tuannya di depan orang banyak.

Shakyra sangat frustasi saat ini. Ia butuh mengistirahatkan pikirannya walau sebentar.

**

"Shakyra sarapan dulu" Mira memanggil putri bungsunya.

Shakyra menulikan pendengarannya dan berjalan santai menuju pintu depan.

Mira yang menyadari tingkah Shakyra hanya bisa menghela napas. Ia tahu kalau keputusan yang diambilnya dan suaminya sangat mempengaruhi keadaan Shakyra sekarang. Tapi Mira harus melakukannya.

"Shakyra..." panggil Mira lirih.

Shakyra berhenti. Mira menghampiri putri bungsunya itu."Kamu mau kemana?"

"Mau kerumah Tias" jawab Shakyra singkat.

"Sarapan dulu ya, mama masakanin makanan kesukaan kamu loh" bujuk Mira berharap Shakyra luluh.

Shakyra bergeming lalu ia berbalik,"aku gak laper "

Ia langsung bergegas keluar rumah. Mira menatap putrinya itu dengan dengan rasa bersalah.

"Maafin mama nak" bisik Mira melihat Shakyra yang perlahan menjauh dari penglihatannya.

**

Tias tengah menghabiskan semangkuk bakso. Shakyra sengaja mengajak Tias keluar untuk menjernihkan pikirannya. Ia tak mau mengurung diri dikamar, ia butuh seseorang untuk mendengarkan keluh kesahnya.

"Lo serius dijodohin sama si Ryan itu??, dokter ganteng yang menembak lo diparkiran kan" tanya Tias yang telah selesai menghabiskan makanannya.

Maklum si Tias ini memang belum mengetahui berita tentang pertunangan Shakyra dan Ryan. Ia pulang saat Shakyra meninggalkannya yang pergi ke taman.

"Wahh gila sih itu mah, nyokap lo juga gak ngasih tau sebelumnya?" Lanjut Tias.

"Itu yang bikin gue kecewa sama mereka" Shakyra menjatuhkan kepalanya dimeja.

"Ck ck, saran gue sebaiknya lo kabur aja dari rumah. Ada kemungkinan perjodohan lo sama Ryan bakal dibatalin" usul Tias.

"Gak mungkin segampang itu kali Ti, gue yakin kalo pun gue kabur juga perjodohan gak akan batal"

"Ya gue sih cuma kasih saran aja ke elo"

"Apa gue harus ngomong ke Ryan supaya ngebatalin perjodohannya?" Ujar Shakyra yang diangguki Tias.

Shakyra merasa ini jalan satu-satunya agar ia terbebas dari jerat hubungan palsu ini. Ia segera mengirim pesan pada Ryan untuk bertemu nanti malam.

"Eh eh Ky, liat tuh ada kak Irina" tunjuk Tias. "Ngapain dia disini?"

Shakyra mendongak, "Ti kalo bego jangan kebangetan apa. Ini tempat umum, siapa aja bisa dateng kesini" sengit Shakyra.

"Elahh mbak gak usah ngegas juga kali" ujar Tias, mengaduk ngaduk minumannya sembari memanyunkan bibir.

Shakyra kembali menatap Irina yang tak jauh dari tempat ia duduk sekarang. Entah mengapa setiap ia melihat gadis berambut panjang itu emosinya selalu naik. Entah mungkin ia tidak suka dengan sikapnya atau mungkin karna semalam dia berada dekat dengan Ryan.

I Love You Pak DokterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang