《19A》 I Wish You would

3.4K 596 238
                                    

"We're a crooked love in a straight line down, makes you wanna run and hide but it made us turn right back around" — T. Swift, I Wish You Would

2 CHAPTER SEBELUM (END) GAME NIH!!!!!

3 chapter sebelum epilog ehehe

Oh iya, chapter ini isinya catch up dari apa yang terjadi 5 tahun belakangan, JADI BAKAL PANJANG. BANGET. Semoga ga bosen yaa ♡♡

𝖗𝖊𝖕𝖚𝖙𝖆𝖙𝖎𝖔𝖓

Guanlin hanya terdiam menatap wajah cantik Jihoon yang sedang tertidur di hadapannya saat ini.

Ah, bukan hanya di hadapannya. Lebih tepatnya, di kamarnya, di ranjangnya, dengan mengenakan salah satu sweaternya yang terlalu besar untuk tubuh mungil pria itu.

Jihoon.

Jihoon ada di hadapannya dan tidak menghindarinya.

Jihoon yang sama dengan Jihoon yang Ia cintai.

Jihoon yang sama dengan Jihoon yang menjadi patah hati terbaiknya.

Jihoon yang sama dengan Jihoon yang selalu Ia rindukan setiap hari dalam 5 tahun belakangan.

Ternyata Jihoon yang sekarang terlihat bahkan jauh lebih cantik jika dilihat dari dekat.

Dalam 5 tahun belakangan, yang Guanlin lakukan hanyalah bekerja, bekerja, dan bekerja. Menyelesaikan satu proyek film setelah yang satu selesai. Satu pemotretan setelah yang satu selesai. Satu kontrak commercial film setelah yang satu selesai. Selalu begitu berulang-ulang tanpa istirahat.

Semuanya berada pada tahap bahkan keluarganya pun mulai mengkhawatirkannya karena terus menerus bekerja tanpa istirahat. Bahkan publik pun bertanya-tanya mengapa Lai Guanlin yang biasanya hanya mengambil maksimal 1 proyek film dalam setahun bisa seperti ini.

But what can he do? Working is the only thing he can do so that at least he can forget about his heartbreak for a while.

Setidaknya, ketika sedang berakting Guanlin bisa melupakan fakta bahwa dia Lai Guanlin yang begitu mencintai Park Jihoon.

Bahwa dia Lai Guanlin yang selalu mengingat Park Jihoon dalam setiap napasnya.

Ah— bahkan, terkadang dalam aktingnya pun Guanlin mengenang Jihoon. Seolah pria itu mampu melepas topeng karakter yang Ia perankan.

Guanlin pernah menangis selama 3 jam penuh setelah filming hanya karena adegan yang Ia perankan mengingatkannya pada ketika Jihoon meninggalkannya. Semua kru yang ada di sana memujinya karena dianggap sangat mengerti perasaan karakter yang Ia perankan, tapi Guanlin tahu—

Itu perasaannya sendiri, bukan perasaan karakternya. Jihoon mampu melepas topeng yang Ia kenakan.

Tapi tentu saja, mereka pernah berpapasan—bagaimanapun mereka bekerja di industri yang sama. Sesekali, di tengah-tengah jeda istirahat pada filming-nya, Guanlin akan berpapasan dengan Jihoon yang sedang menelepon—entah siapa, mungkin kekasih barunya karena Jihoon terus menerus memanggilnya dengan panggilan "sayang" dan bertanya apakah si "sayang" itu sudah makan atau belum di depan toilet.

Reputation // pjh+lglTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang