19th - Mulai atau Tidak?

66 10 0
                                    

Sam Smith - Too Good at Goodbyes

***

Wulan mengetukkan jarinya di meja kantin Rumah sakit. Jam makan siang sudah lewat 45 menit, tetapi lelaki yang memaksanya bertemu belum datang juga. Baru gini aja udah gak on time gimana nanti?

Saat ia ingin menelungkupkan wajahnya di atas meja, seseorang menepuk pundaknya lembut. "Hai," sapa Akaash dengan senyumannya.

Wulan menatap Akaash datar dan mengalihkan pandangannya. Melihat hal itu, Akaash terkekeh pelan.

"Maaf, tadi tiba-tiba UGD kedatangan korban kecelakaan. Dokter yang lain masih pada sibuk semua, ya mau gak mau aku harus nanganin mereka dulu." Jelas Akaash.

Wulan diam menatap jari-jarinya di atas meja. Entahlah dia harus berkata apa.

Hatinya masih terpatri jelas nama Akaasha, honestly. Anggap dia perempuan gagal move on karena menghabiskan waktu untuk kuliah di Perancis dan berkutat dengan sketsa, tidak bisa melupakan segala hal tentang Akaash. Segala kesibukkannya hanya pengalihan bukan penghapusan.

Akaash melihat ada yang mengganjal di Wulan hari ini. Perempuan itu banyak melamun dan seperti ragu juga takut.

"Moon, ada apa?" tanya Akaash lembut.

Wulan menatap Akaash dalam. Ia menarik napas lalu menghembuskannya kembali. "Aku ingin ketemu anak Vero. Setelah itu, aku akan putuskan kita akan menikah atau tidak."

Pupil mata Akaash membesar ia terkejut dengan pernyataan Wulandari barusan. Perempuan itu sedang tidak main-main, kan?

"Untuk apa kita bertemu anak itu? Anak yang menyebabkan kita berpisah?" ucap Akaash dingin.

Wulan menghembuskan napas pelan. "Kamu pernah hampir membunuhnya, aku hanya ingin melihat anak itu, bagaimana wajahnya—

"Dan untuk apa kita melihat anak itu, Wulandari?"

Wulan kembali menatap Akaash. Ia sendiri merasa Akaash menyembunyikan sesuatu darinya. Tapi apa?

"Apa yang kamu sembunyikan, Kaash? Kita hanya melihat anak itu, bermain sebentar, lalu pulang. Yang bersalah disini, Veronica. Anaknya hanya pion."

Akaash membeku. Wulan terlalu mengenal dirinya

Wulan melihat perubahan ekspresi milik Akaash. Dan ia yakin ada hal yang belum ia ketahui.

"Baik. Ayo kita melihat anak itu. Setelah itu, kita langsung persiapkan pernikahan." Putus Akaash.

Wulan terkejut. Bukan itu rencana!

Ia hanya ingin melihat anak itu, pergi ke makam Veronica dan memutuskan menikah atau tidak.

Lalu untuk apa ia mengajukan syarat itu untuk menikah dengan Akaash?

Penasaran.

Iya. Rasa penasarannya terhadap kisah tujuh tahun lalu.

Asyik dengan lamunannya hingga ia tersentak saat tangannya ditarik oleh Akaash menuju parkiran.

Wulan terdiam. Akaash terlihat marah dan menyeramkan.

Dulu, lelaki itu tidak pernah marah kepadanya, hanya teguran-teguran kecil diselingi candaan.

Wulan merasa, Akaash yang sekarang benar-benar berbeda dengan Akaashnya yang dulu.

Hampir satu jam mereka berada dalam keheningan mobil. Mereka sampai di pelakiran sebuah rumah dengan tulisan Panti Kasih Harapan.

Angel'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang