01; pertemuan pertama

18 1 0
                                    

Aku berjalan menyusuri koridor, selama kurang lebih satu seperempat jam.

Membawa setumpuk buku, dengan sekumpulan berkas di atasnya. Mendatangai tiap-tiap kelas, mendata dari ujung timur hingga ke barat. Demi sebuah jawaban, dari pertanyaan, siapa yang ikut kemah bakti?

Aku mencatat daftar pesertanya, tak lupa identitas hingga meminta foto diri dari masing-masing peserta. Kemudian membuka berkas, mencari setumpuk data yang ternyata ada di paling bawah. Lalu dalam sekejap mengembalikannya ke posisi semula, dan secara berulang, mencari lagi berkas-berkasnya.

"Indah Ayu Kartika, lo masuk panitia ya. Jadi seksi giat sama anak-anak yang lain, ntar gue hubungi lagi buat tugas-tugasnya." ucapku kepada seorang adik kelas, namanya Indah.

Yang diajak bicara nampaknya bingung. Entah belum menangkap apa yang aku sampaikan, atau karena bertanya-bertanya kenapa harus gue?

Tak peduli, aku beranjak pergi ke kelas lainnya. Masih 9 kelas yang harus dimintai datanya satu persatu, dan ini sudah pukul 13.16 WIB. Pertanda lembur sore ini mah.

***

Pukul 14.25 WIB, akhirnya semua data siap kukumpulkan, sudah kumasukkan dalam satu stopmap tiap kelasnya. Berisi surat keterangan diizinkan maupun tidak, indentitas diri, foto diri, juga fotokopi akte dan kartu keluarga.

Kini posisiku sedang berada di ruang TU, mengetuk pintu kemudian mengucap salam. Meminta izin untuk masuk ke ruang kesiswaan untuk melaporkan data-data mengenai kemah bakti yang sedang kubawa. Namun ditolak-lebih tepatnya belum diizinkan masuk. Masih ada tamu wali murid dan rapat dengan kepala sekolah, katanya. Aku pun dipersilahkan duduk di kursi depan, yang biasa disebut kursi tunggu.

Kursi tersebut tidaklah kosong, ada orang di sana. Memakai jeans, kaos polos, kemudian ditutup dengan kemeja. Aku duduk di sebelahnya-selisih satu kursi.

1-2 menit, hening.

3 menit, belum menimbulkan suara.

Di menit berikutnya,

"Gue Danu, salam kenal." ucapnya sambil mengulurkan tangan, mengajak bersalaman.

Aku terdiam beberapa detik sebelum akhirnya menerima jabatan tangannya, "Gue Kinan."

"Lo Ketua OSIS ya?" tanya Danu.

"Tau dari mana?" jawabku.

Kemudian matanya turun ke arah dasi, pada sebuah pin bertuliskan "Ketua OSIS"

Aku hanya mengalihkan pandangan, berdeham. Tidak ingin terlalu larut dalam pembicaraan super awkward ini.

Danu malah tertawa, bisa dibilang terlalu keras karena terdengar jelas di telingaku, apalagi ini di ruang TU. Apa dia ga malu?

"Sorry sorry, gue ga bermaksud ngetawain lo, habis lo lucu tau ga." ucapnya, namun tak kuhiraukan.

Tak lama kemudian, ruang kesiswaan dibuka dari dalam. Keluarlah Bapak Kepala Sekolah, Guru Kesiswaan, dan seorang pria yang belum pernah kulihat, dari perawakannya sepertinya beliau adalah seorang wali murid.

Aku berdiri, Danu mengikuti. Lalu berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan senyum ramah saat mereka bertatapan denganku.

"Semuanya sudah lengkap, Pak. Administrasi juga sudah dilunasi, selamat anak Bapak diterima dengan baik di sekolah ini. Semoga kami bisa menjaga amanat Bapak." ucap Kepala Sekolah.

Spontan aku menengok ke arah Danu, dibalas dengan senyumnya yang sungguh menjengkelkan. Jadi Danu adalah murid baru di sini?

Lamunanku akan Danu dihentikan oleh seoarang pria yang tadi diajak bicara kepala sekolah, tiba-tiba berbalik badan dam mengajakku berbicara-ayah dari Danu.

"Ketua OSIS?" tanya beliau.

"Iya, Pak."

"Bagus, Danu ketemunya langsung sama Ketua OSIS nih. Titip Danu ya, kalau nakal jangan segan-segan dimarahi." ucapnya sembari tersenyum lebar-aku membalasnya.

[...]
[◽◽◽◽◽]

cerita baru lagi ahelah wkwk
selamat menikmati, pliss semoga yang ini lancar berjaya aamiin. jangan lupa vote dan comment ya!

deeper into youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang