DUSK 'TILL DOWN

17 0 0
                                    


                " Aduh gimana sih " keluh Nilam. Para santriwati yang bertabrakan atas sebuah usaha untuk melihat pamflet pendafatran Pencinta Alam Daerah. Sebagai salah satu program Pondok Pesantren Modern Al- Ikhlas adalah Organisasi Pencinta Alam Daerah yang bertujuan sebagai tali perekat silaturrahmi para pencinta alam dimasing-masing daerah , baik yang masih berstatus santri maupun alumni.
" Wah kita harus nyoba ini " celetuk Rere sambil menunjuk pamflet
" Ahaaa betul itu lah, siapa tau kita nampak kenalan baru , kan itu satu pondok " ucap Lia semangat

Masing-masing santriwan dan santriwati menadftarkan diri dimasing-masing perwakilan daerahnya. "Kak, saya daftar untuk daerah Pati " ucap Rere pada kakak senior panitia pendaftaran. "Saya juga lah kak untuk daerah Sragen sebagai kandidat ketua " tegas Lia. " Terima kasih sudah mendaftar dek tapi maaf untuk kandidat inti ditetapkan oleh panitia" ucap kak Nia . " Aku nak tetap berjuang kak tuk capai jadi ketua" tungas Lia.

Kringggg..... Kringggg... Kringggg ! Bel pulang sekolah berdering. Hari Sabtu ini menjadi agenda para panitia untuk berembug mengenai tes tulis sekaligus wawancara untuk perekrutan anggota baru Pecinta Alam Daerah (PAD Ponpes Al-Ikhlas). " Tegal, Pati, Semarang, Kendal, Sragen telah siap untuk perekrutan tapi kurang satu daerah yang belum siap yaitu Boyolali kurang satu kandidat yang pas untuk dicalonkan. " ucap kak Rizky sebagai ketua umum PAD Al- Ikhlas. " Boyolali akan segera siap!" singkat kak Rendy ketua PAD Boyolali dengan yakin.

Keramaian kantin madrasah sudahlah menjadi riuhan hangat samping kelas Nilam. "Nilam kau dicari senior" ucap Lia. "Siapa? Ada urusan apa? " tanya Nilam. Sontak satu kelas langsung menyorakkan dukungan pada Nilam, " Kau harus berjuang untuk menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya " mandat Rere pada Nilam. " Apa yang kau katakan?" heran Nilam. "Kak Nia berpesa padaku untuk menyampaikan amanah jika kau akan menjadi kandidat ketua PAD Boyolali" jelas Rere.

               Nilam yang berperawakan santai dengan dagelan dinginnya, merasa kaget dan tidak terima. " Apa yang mereka pikirkan ,sehingga aku yang menjadi kandidat kenapa tak mencari yang lain?" gerutu Nilam tak percaya. Dengan ketidakpercayaannya ia tetap kokoh akan pendiriannya dengan dalih bahwa ia tak menyuakai organisasi tersebut. Iapun memutuskan untuk langsung menemui kak Nia.
" Apa maksud kakak? Aku gak mau!" tegas Nilam
"Kau telah terpilih Lam, jadi percayalah jik kau bisa" jelas kak Nia
" Aku tak suka mengikuti organisasi itu kak! Memangnya agk ada yang lain apa selain aku?" ucap Nilam kesal
" Gak ada Lam, percaya deh. Sedikitlah mengabdi pada pondokmu agar hidupmu barokah" bimbing kak Nia
Ia terus memikirkan bagaimana dan apayang harus ia lakukan karena besoknya adalah perekrutan anggota baru sekaligus orasi dari masing-masing oleh maisng-masing kandidat inti dari masing-masing daerah.

" Sragen! Lia selalu dihati, pemimpin Sragen yang paling hakiki , go Lia go Lia go!" sorak para pendukung dengan antusias. " Habibah, Indy, Sari kalian dari Boyolali kan? " ajak kak Nia. " Males kak " tolak mereka " Ayolah dek, hanya meramaikan dari madrasah kita untuk mendukung Nilam sebagai kandidat " tegas kak Nia
" Ayo Nilam, apa kamu sudah siap?" tanya kak Nia
" Loh jadi aku kak? Kenapa aku? " keluh Nilam
" Sudahlah cepat ganti baju , kita sudah telat" ucap kak Nia

Aula Pondok Pesantren Al-Ikhlas telah ramai oleh amsing-masing pendukung daerahnya masing-masing.
"Silahkan masing-masing kandidat menempati kursinya amsing-masing karena oasi akan segera dimulai" ucap kak Rendy
"Kandidat nomor 1 saudara Zayn, kandidat nomor 2 saudara Jauhari, kandidat nomor 3 saudara Ken, kandidat nomor 4 saudari Mely, kandidat nomor 5 saudari Reina, kandidat nomor 6 saudari Nilam . masing-masing individu laki-laki memilih satu kandidat perempuan sebagaiwakil begitupun sebaliknya " jelas kak Rendy " Ini kandidat nomor 6 dimana, kursinya belum ditempati ? " tanya kak Rendy. " Ini calonnya Ren" ucap kak Nia dari kejauhan.

DUSK 'TILL DOWNWhere stories live. Discover now