[Tell me somethin', girl. Are you happy in this modern world? Or do you need more? Is there somethin' else you're searchin' for?]
Di luar tanah masih basah, tercium aroma pertikor menyeruak memantul dari tanah yang tadinya kering. Kipas angin masih belum bosan berputar, tampak ayunan kain gorden bertumbukan dengan angin yang menyelinap dari jendela yang terbuka.
Mataku masih asyik melihat oppa oppa yang berakting lugas. Memang segar pemandangan itu yah setidaknya vitamin A tersuplai dengan sendirinya. Waktu tak terasa sudah sore hari, tibatiba penaku terjatuh.
Waktu serasa terhenti. Saat itu aku menyadari banyak waktu yang terbuang. Betapa "me time" dengan menonton film hasil download merupakan salah satu faktor membekukan otak kreatif ini. Sementara kalau diingat-ingat, dahulu ketika masih suka menghabiskan waktu membaca, ada banyak karya yang telah dirampungkan. Ya iya, "Menonton adalah hiburan sedangkan membaca adalah menambah wawasan", begitu kata kawanku sambil senyum. Aku menghela nafas, Bagaimanapun juga setiap perjalanan seseorang pasti akan berbeda hasilnya dengan melalui proses yang berlainan pula.
Pena itu sudah berhasil aku raih, tubuhku masih tiduran di springbed yang tertutup quilt warna biru. Aku terdiam memikirkan sebuah nama. Tibatiba aku teringat pada seseorang. Aku pikir karena dia orang asing dan mumpuni di salah satu bahasa kuno, maka tak ada salahnya ku manfaatkan saja ilmunya. Singkat cerita aku berhasil menghubungi dia melalui saluran yang sangat popular di Indonesia, whatsapp. Kuutarakan maksudku, dan gayung pun bersambut. Sebut saja Guru. Beliau bertanya apa arti namaku. Nama Indonesia yang sejujurnya aku selalu kurang yakin dengan maknanya. Namun percayalah di manamana yang namanya orang tua pasti memiliki maksud baik manakala memberi nama anaknya. Sekalipun nama sederhana seperti Bejo. Pasti yang diinginkan agar anaknya sugih bejo alias selalu beruntung dalam kehidupannya. Kata almarhum Eyang, "Wong pinter iku kalah karo wong bejo (red. Orang pandai itu kalah dengan orang yang beruntung)". Dan generasi millennial sekarang ini kebanyakan hanya dengan modal googling untuk mencari arti namanya sendiri. Berhubung aku generasi tanggung nan plin plan, maka pilihanku jatuh pada ponselku. Bukan untuk mencari maknanya di google, tapi jariku langsung mendial kotak nomor telpon. Favorite - nomor ponsel ibuku. Ada sekitar 3 bunyi nada sambung berselang, setelah itu dari seberang terdengar suara khas milik ayahku. Rupanya kebetulan siang itu ayah berada di dekat ponsel ibuku. Tak sampai sepuluh menit pembicaraan itu berlangsung dan didapatlah arti namaku. Perjalanan penaku dimulai dengan nama pena yang bermakna serupa dengan nama asliku, "Kshanti" atau kṣānti dalam Bahasa Sanskrit. Dan temanku menambahkan satu kata lagi, Medhavini.
Kshanti Medhavini, nama pena itu lahir di Jakarta, 13 Desember 2018 tepat pukul tiga lewat sepuluh menit, sore hari.
Lalu apa yang kamu cari?
Catatlah, maka penamu akan selalu setia singgah di setiap penantianmu dalam sepanjang persimpangan hidupmu.
- Kshanti Medhavini -
YOU ARE READING
Pena[ntian]
Short StoryApa yang kamu cari? Catatlah, maka penamu akan selalu setia singgah di setiap penantianmu dalam sepanjang persimpangan hidupmu. - kshanti medhavini -