Jangan lupa vote and coments
"Harusnya aku sadar tentang sikapmu yang berubah seiring berjalannya waktu. Namun, bodohnya aku seakan menutup mata dan telinga... Mencoba berpikir bahwa hubungan kita baik-baik saja tanpa adanya orang ketiga diantara kita berdua"
~Catatan hati penulis~
Blue menatap ibu mertuanya yang saat ini sedang melipat tangannya didepan dada. Seakan tidak cukup Cecilia berjalan memutar mengamati Blue dan Gavyn dari atas sampai bawah dengan tatapan menilai
Mungkin dalam kondisi biasa Blue akan bersikap biasa saja dan tetap berdiri anggun mengabaikan tatapan mertuanya yang menurutnya sedikit menyeramkan ah tidak lebih tepatnya sangat menyeramkan dan kalian bisa garis bawahi hal itu.
Cecilia berhenti ditengah-tengah Blue dan Gavyn lalu menatap lurus tembok didepannya "Dari awal pernikahan kalian, aku tahu bahwa semuanya tidak akan berjalan mulus seperti yang aku harapkan"
Gavyn memutar bola matanya malas, sesungguhnya dia sangat malas untuk menonton drama yang diciptakan oleh ibunya. Dia melirik sekilas kearah Gladys yang saat ini sedang duduk disofa sambil memakan popcorn-nya. Setelah ini dia berjanji tidak akan memberikan uang kepada adik sialannya itu
Gavyn berdecak pelan "Sudahku bilang dari awal bahwa pernikahan ini tidak akan pernah berhasil"
"Diam kau anak laknat! Tidak bisakah kau mencintai isterimu sendiri?" ucap Cecilia "Apa yang kurang dari isterimu? Dia cantik, pintar, cerdas, anggun, bisa memasak dan yang paling terpenting dia juga baik"
Gavyn menghela nafasnya kasar. Wanita itu memang baik kepada semua orang minus untuknya "Apa mau mamah?"
"Setidaknya belajarlah untuk saling mencintai"
Gavyn tertawa pelan "Sampai kapan pun aku tidak akan pernah mencintainya"
Cecila mengepalkan tangannya "Apa yang kau katakan?!"
"Aku mengatakan yang memang seharusnya kukatakan sejak awal"
"Gavyn Peterson! Aku tidak pernah mengajarimu berbicara tidak sopan seperti itu!"
Gavyn memutar bola matanya malas dan dengan langkah santai dia berjalan menaiki tangga mengabaikan teriakan Cecilia yang memekikan telinganya. Seharusnya dari awal ibunya sadar bahwa dia tidak bisa mencintai Blueberry secantik apapun wanita itu dia tidak bisa mencintainya
Blue menghela nafasnya kasar dan setengah menunduk dia memohon pamit kepada Cecilia. Dari awal pernikahannya, dia memang sudah tahu diri bahwa sampai kapanpun Gavyn tidak akan pernah mencintai wanita sepertinya.
Blue menatap pantulan kaca didepannya. Dalam hati dia mencoba bertanya, memangnya apa yang kurang dari dirinya? Well, mungkin salah satu yang kurang dari dirinya adalah kenyataan bahwa dia tidak pernah dan tidak akan dicintai oleh suaminya.
Mungkin jika kebanyakan wanita yang berada diposisinya pasti akan meratapi nasibnya dan menganggap bahwa dirinya adalah pihak paling tersakiti.
Tapi tenang saja, Blue bukanlah sosok seperti itu. Dia bukanlah wanita menyedihkan yang harus mengemis-ngemis untuk mendapatkan cinta suami yang bahkan untuk belajar mencintainya saja tidak mau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr Gavyn
RomanceDont copy my story Namanya Blueberry , Kisahnya mungkin tidak semanis buah Cherry ataupun seabu-abu buah strawberry. Banyak hal yang dilaluinya setiap hari, bekerja adalah prioritasnya saat ini. Percayalah, dulunya semua bisa dimiliki oleh Blueberry...