prolog

14 0 0
                                    

June 23, 2017


Dingin malam ini sepertinya tidak sedingin hatiku saat melihat foto dirinya tersenyum manis di depan kamera. Pahit kopi yang ada digelas yang sedang ku genggam, tidak sepahit kenyataan bahwa dirinya bahagia dengan wanita pilihannya.

Di dalam foto itu.

10 tahun lamanya. Atau sudah berapa lama? Mungkin lebih dari sepuluh tahun. Sudah lama semenjak terakhir kali aku menghitung rasa suka atau cinta ini pada satu orang yang selalu menjadi hantu.

Hantu paling seram. Menyakiti dalam diam. Menusuk dengan pelan. Namun pasti membuat orang itu menjadi buta, bisu dan tuli pada dunia.

Tebak siapa orang bodoh yang menjadi buta pada dunia itu?

Aku.

Muak dengan kedua orang yang saling tersenyum manis, ku tutup laman instagramnya.

Kulanjutkan seruput kopiku, pelan. Agar ampasnya tidak kembali menyatu dengan air. Dering ponselku menghancurkan lamunanku.

"Yup?"

"Can't say anything nice to your best friend, huh?"

Aku terkekeh. "So sorry. I'm not in the mood because you know why. But how's your honeymoon with Randy?"

"Everything's great. Awesome. So, how's yours? I mean, your day."

Aku terdiam sejenak. Memikirkan kata yang tepat untuk menggambarkan perasaanku. Layla. Sahabatku semenjak SMP, dia tahu semua rahasia gelap... tergelapku. Sebab itu, walau dia sedang honeymoon dengan suaminya, dia tetap khawatir.

Ada alasannya mengapa hari ini hatiku begitu...

Sendiri?

Hatiku sedang berjuang, tertatih tatih saat belahannya telah hilang. Tentu hatiku merasa sepi. Seperti sang tuan yang telah kehilangan rasa cinta dan kepercayaannya pada orang. Terutama pada orang itu yang telah merusak semuanya.

"Lara?"

Sadar dari lamunan muram, aku menjawab. "Sorry. You know... It's never been easy on this date, especially this month, with this specific date."

Terdengar Layla menghela napas. "Lara Azalea Putri, ini udah lebih dari 20 tahun. Please, just move on! You, I wish I could be with you."

Me too, La. Me too.

Saat mataku terasa panas dan ada yang mengganjal di tenggorakkan. Saat itu aku tahu, aku harus menghentikan obrolan ini. And I did.

That night, I cried till I fall asleep.

That night, I was dreaming about him and I.

Dalam mimpiku, kami berada di satu tempat yang sama, coffee shop favorit kamu 4 tahun yang lalu, namun seketika rekaan adegan menyakitkan itu terulang.

Just like what Chris Martin says, "Tell me you love me, if you don't, then lie to me." And in my dreams, you did it, babe. Over and over again. 

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 15, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

another chanceWhere stories live. Discover now