"Love can often be like waiting from a train to arrive and then suddenly realizing you're standing on the wrong platform." - Michael Faudet
***
"Kita lagi ngobrol aja. Dia check-in tadi di hotel ini karena daerah Sudirman sampai Kuningan macet. Lagi ujan angin gede di sini, bahaya kalau Tetha maksain pulang."
"Terus kenapa lo kayak mau sembunyiin keberadaan Tetha di sana gitu dengan masuk kamar mandi?"
"Ya, ini yang gue takutkan, lo jadi salah paham kan akhirnya."
Rasi memejamkan matanya kuat. Rasa marah, bersalah karena berpikir yang tidak-tidak, juga menyesal bercampur membuatnya hatinya linu.
"Sorry." Ucap Rasi lemah.
"Hmm... it's okay, Baby"
Tok! Tok!
"Res?!"
"Iya, bentar, Tha!"
Rasi memutuskan memutus panggilan saja. Merasa sangat malu untuk melanjutkan pembicaraan sambil menatap wajah Tares.
Rasi: sorry, gue putus. Gue ngerasa gak enak ke lo dan Tetha. Gue butuh waktu. I love you.
Tares: gak usah minta maaf, you're my fiancee after all, you have right to be angry. Don't skip your meal and your medicine. Love you too, Ras.
Rasi menghela nafas panjang menatap Manhattan yang kini memutih tertutup salju. Ketakutan yang selalu bersembunyi dalam dirinya selama ini mengeruak keluar, menguat.
Harusnya ketakutan ini tidak pernah ada jika Rasi bisa sepenuhnya yakin pada Tares. Harusnya ketakutan ini sudah lama hilang jika Rasi bisa terus ingat apa yang selama ini seorang Antares Aradhana lakukan untuknya. Buat Rasi, Tares rela menolak tawaran project film besar juga karirnya di Indonesia yang sedang menanjak naik. Tares juga berani mengambil resiko besar dengan diam-diam tinggal bersama Rasi di sini.
Kenapa semua pengorbanan Tares itu masih kurang di matanya, hingga membuat Rasi sulit membuang ketakutannya dan bisa percaya sepenuhnya pada Tares?
Setahun terakhir Rasi terus mencari jawaban pertanyaannya itu, tapi sayang sampai detik ini tidak juga dia menemukannya. Dan sekarang ketakutannya malah seolah perlahan menjadi nyata.
Jaga hati lo di sana, Res. Please. Gue di sini juga akan berusaha jaga hati gue.
***
"Bira tadi ngebungin gue tapi hape guenya mati, lowbet banget."
"Oh." Tares buru-buru mencari charger ponselnya di laci nakas.
"Maaf ya gue tadi buru-buruinlo."
"Iya, nggak apa-apa. Nih."
Tares tidak ingin mengatakan yang terjadi di kamar mandi antara dirinya dengan Rasi tadi. Tares tidak ingin membuat Tetha merasa bersalah, mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Konstelasi (Hug Me)
General Fiction(Completed) Tidak semua yang singgah dalam hidup ditakdirkan untuk tetap tinggal. Ada yang memang singgah untuk memberi pelajaran hidup melalui cinta dan rasa sakit, ada yang singgah mengenalkan pilu juga rasa bahagia, ada pula yang singgah untuk se...