04. An Happy Life?

113 20 4
                                    

Jendela besar yang dari malam memang gordennya sengaja tidak ditutup memantulkan cahaya pagi yang menyegarkan kepada pasangan suami-istri yang resmi beberapa jam lalu. Sang Suami yang lebih dulu terusik dengan paparan sinar langsung, bukan hanya itu. Ia juga merasakan nafas teratur Istrinya di punggungnya. Pelan-pelan Seongwoo membalikkan badannya untuk menghadap Jiyeon. Menatap dalam gadis yang tengah bermimpi itu, bisa dibilang cukup lama dia menatap istrinya. Akhirnya Seongwoo menarik selimut Jiyeon lebih tinggi dan kemudian bangkit dari tidurnya.

----

"Pagi!" Sapa Seongwoo tanpa melihat Jiyeon yang sedang berjalan kearahnya.

"Mmm~ aku tidurnya lama banget ya? Ampe kamu udah selesai bikin sarapan." Seongwoo tersenyum menanggapi, lalu mempersilahkan Jiyeon duduk di seberangnya.

"Gak apa, kamu kan pastinya capek."

"Kan kamu juga capek."

"Aku gak capek-capek banget kok, hayu makan princess. Berdoa, semoga bisa dimakan ini." Jiyeon terkekeh lalu memakan sarapan yang telah di buatkan Seongwoo.

Tentu saja hal seperti sarapan berdua sudah biasa diantara Jiyeon dan Seongwoo. Tapi didalam diri, sesungguhnya Jiyeon masih belum percaya bahwa dia dinikahi oleh Seongwoo. Siapapun di dunia ini tahu pernikahan adalah hal serius. Sepanjang waktu setelah malam itu terjadi, Ia dan Seongwoo tidak pernah berbicara serius tentang apa yang akan terjadi setelah mereka menikah.
Entah ini baik atau buruk.

Selama menyiapkan proses pernikahan sampai sudah resmi pun, Jiyeon merasa hubungan mereka seperti biasanya. Seongwoo seperti biasanya, tapi yang jadi masalah. Jiyeon tidak bisa berpura-pura terus untuk menjadi -'biasa saja'- perempuan selalu meminta kejelasan kan? Apa Jiyeon salah?

Apa pernikahan ini salah?
Perlu di garis bawahi juga, semalam tidak terjadi apa-apa. Hanya tidur satu ranjang, dan Jiyeon bingung karena hal itu. Apakah Ia harus bersyukur karena sejujurnya belum siap dengan hal semacam itu.. lagi.. , atau malah harus memastikan sesuatu kenapa Seongwoo tidak menyentuhnya?

"Kei!" Suara Seongwoo tiba-tiba menginterupsi angan Jiyeon yang melayang.

"Emm?"

"Kok ngelamun? Kesambet?"

"Gak lah.. gak apa-apa."

"Beneran?"

"Iya."

"Yaudah, aku udah selesai makan. Mau ditungguin?"

"Oh, gak usah. Tinggal aja, nanti aku yang cuci piringnya." Seongwoo mengangguk lalu meninggalkan meja makan.

---

Pasangan ini sekarang hanya duduk di sofa panjang depan tv. Keduanya tengah sibuk memainkan hp, sebenarnya ini diawali oleh Seongwoo dulu yang bertelepon dengan seseorang. Karena bosan, Jiyeon jadi ikut.

"Trucknya datang jam berapa sih Ong?" Ya, mereka sedang menunggu mobil truck pengangkut. Karena hari ini juga Seongwoo dan Jiyeon akan pindah ke rumah baru. Bukan apartemen, tapi rumah di salah satu kawasan elite Seoul. Rumah ini merupakan hadiah pemberian Ayah Seongwoo. Alih-alih hadiah pernikahan, ayahnya memberikan rumah karena Seongwoo sudah mau memasuki dunia bisnis di perusahaan milik ayahnya itu, dengan syarat Seongwoo ingin menjadi pegawai magang terlebih dahulu. Ia ingin memulai dari nol, it's okay yang penting Seongwoo sudah masuk di perusahaan.

"Katanya sih jam 3" kata Seongwoo sambil melihat jam tangannya.

"Ngantuk." Jiyeon mendaratkan kepalanya ke lengan Seongwoo yang ada disebelahnya, lalu memejamkan matanya. Seongwoo sedikit membenarkan duduknya, sehingga kepala Jiyeon bisa berada di pundaknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Always O.S.WTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang