Sebuah SMS

2 1 0
                                    

Seorang pria sedang duduk di teras rumahnya. Wajahnya terlihat sangat serius, tatapan matanya terus menatap kearah smartphone di tangan kanannya. Layar gadget-nya menampilkan sebuah pesan singkat. Nomor pengirim pesan singkat itu terlihat sangat familiar, namun terasa sangat aneh. Nalarnya terus memikirkan apa saja kemungkinan yang mungkin saja terjadi sebagai penyebab pesan singkat yang masuk ke smartphone-nya itu. Namun, semakin dipikirkan semakin aneh, semakin dipikirkan semakin tidak rasional. Arus pikirannya telah mencapai kebuntuan, tidak ada lagi yang bisa dia pikirkan secara masuk akal mengenai pesan aneh ini.

"Nanti dateng ye ke tempat makan takoyaki di samping pom bensin jam 8 malam ini. Ada yang mau gua bicarain"

Waktu masih menunjukan pukul 16:49 di layar smartphone-nya. Masih ada beberapa jam lagi sebelum waktu yang tertera di pesan. Pria itu memikirkan baik-baik dua kalimat yang tertera dari pesan digital ini. Pesan ini mungkin tidak terasa aneh bila dikirim oleh teman terdekat yang nomornya sudah diketahui. Tentu saja bila pesan ini dikirim oleh nomor yang tidak dikenal, ia tinggal membalasnya dengan menanyakan siapa orang yang mengirim pesan tersebut. Namun, yang menjadi masalah adalah pesan ini dikirim oleh nomor yang terlalu familiar.

"Kenapa nomor pengirimnya itu... nomor gua sendiri?!"

Nomor pengirimnya, Budi Pramudi, merupakan nama pria itu sendiri. Ia sudah memeriksa berkali-kali tiap digit yang ada di barisan nomor tersebut. Dari digit pertama hingga digit ke dua belas, semuanya persis seperti nomor miliknya. Budi berpikir sejenak, dulu ia pernah mencoba mengirim pesan singkat ke nomor handphone-nya sendiri. Tentu saja pesan itu kembali lagi ke handphone miliknya. Tapi pesan ini, datang begitu saja ketika ia sedang asiknya main game di smartphone-nya. Ia sudah mencoba membalas pesan itu dan bahkan menelpon nomor tersebut, tapi semua pesan dan panggilannya itu kembali lagi ke smartphone-nya sendiri. Budi tidak pernah merasa menulis pesan seperti itu, apalagi mengirim ke dirinya sendiri. Lagipula, pesan itu terkesan seperti 'orang lain' yang mengirimnya, bukan dirinya sendiri.

"Sayang? Kamu lagi ngapain?"

Lamunannya buyar seketika, suara yang terdengar sangat familiar dan hangat di telinganya telah mengembalikan kesadarannya ke realita. Budi menoleh kearah sumber suara, istrinya yang terlihat sangat cantik di matanya sedang melihatnya dengan wajah keheranan.

"Ah... hmm... Eng-enggak kok, lagi bingung aja"

Budi menampakkan senyum kaku di bibirnya, mencoba menyembunyikan hal yang baru saja ia alami. Entah karena bingung menjelaskannya atau karena tidak masuk akal, ia terpaksa menyembunyikan sesuatu mengenai pesan aneh itu sampai ia berhasil menemukan petunjuk. Ekspresi istrinya itu berubah menjadi curiga, lalu melirik ke smartphone yang masih di genggaman tangan Budi.

"Hayo, kamu nyembunyiin apa dari aku? Kamu download yang 'begituan' lagi yaa..."

Antara merasa takut karena istrinya tahu kalau ia menyembunyikan sesuatu atau merasa lega karena istrinya tidak tahu apa yang sedang ia sembunyikan. Paling tidak Budi merasa tenang sedikit karena istrinya tidak berprasangka ekstrim seperti selingkuh. Meski begitu, ia merasa agak hina karena disangka mendownload sesuatu yang 'begituan' dari internet. Budi benci mengakuinya, tapi terkadang ia masih melakukan hal tersebut meski sudah menikah.

"Bukan itu say, kalo aku jelasin mungkin kamu enggak akan paham"

"Oh iya? Coba jelasin"

Budi tahu kalau hal ini akan terjadi cepat atau lambat, tapi ini terlalu cepat. Ia menghembuskan nafas sejenak, ia tidak punya pilihan lain selain bercerita kepada pendamping hidupnya ini. Ia mencoba menjelaskan semudah yang bisa dimengerti oleh nalar manusia sambil menunjukkan pesan singkat yang ada di smartphone-nya. Setelah penjelasan yang cukup padat, istrinya mulai menangkap apa yang dijelaskan olehnya. Sang istri hanya berpendapat kalau ada orang jahil yang mengirim pesan itu dengan nomor yang sama. Opini yang terdengar cukup kasar, mungkin saja benar seperti itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Diriku, Aku dan DirikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang