Let It Go

87 22 50
                                    

Song : Let It Go - Demi Lovato
Frozen Soundtrack

>>••<<

❄️❄️
The snow blows white on the mountain tonight
Not a footprint to be seen
❄️❄️

Aku menghangatkan diri di dekat api unggun yang kubuat, menatap langit yang dihiasi bintang yang berkelap-kelip menemani lentera malam.

"Kedinginan hm Clarinta?" Felicia mendekatiku.

"Sedikit,"

"Dingin bukan masalah bagi penyuka salju bukan?" Dia bangkit dan mengulurkan tangannya, "ayo kita buat boneka salju yang besar!" Serunya menggebu gebu.

Aku menerima uluran tangannya dan mengikutinya menghampiri Jovanka.

Aku, Jovanka dan Felicia membuat boneka salju bersama sama. Kami membuat wajahnya dari kerikil kerikil yang kami temukan, juga ranting untuk tangannya. Tak lupa, kamu juga memberinya syal serta topi.

"Selesai juga akhirnya! Fyuh ... Aku lelah!" Jovanka tiba tiba menjatuhkan diri ke hamparan salju dingin nan empuk itu.

"Tidak, masih ada yang kurang disini."

"Kukira sudah bagus," seruku.

"Belum," Felicia mendekati boneka salju itu dan mengalungkan sesuatu di sana, "ini baru bagus."

Aku melihatnya, sebuah kalung dari rangkaian daun dan bunga dimana ditengahnya ada sebuah tulisan "Jovanka, Felicia, Clarinta."

Aku senang melihatnya, tapi tidak sepenuhnya. Aku berharap ada tulisan yang berubah sedikit disana, yah harapan itu hanya bisa dikubur.

"Cantik sekali!" Seruku bertepuk tangan ke arah Felicia, dia membungkukkan tubuhnya berterimakasih.

>>••<<

"Baiklah, sampai jumpa Clarinta!" Seru mereka melambai padaku sebelum akhirnya berbalik dan pulang.

"Ah sial!" Aku mengusap kasar pipiku yang mulai basah. Aku benci dengan keadaan dimana akhirnya aku selalu menangis.

❄️❄️
The wind is howling like the swirling storm inside
Couldn't keep it in
Heaven knows i try
❄️❄️

Aku menatap refleksi ku di cermin setelah berganti pakaian, aku melepas rambut pirang palsuku yang menunjukkan rambut hitam pekat milikku. Aku menyisirnya, rasanya senang sekali.

Aku membuka laci dimana naskah ceritaku yang belum ku selesaikan berada, sebuah senyum terukir. Aku mengambil tumpukan naskah ceritaku itu serta penanya.

Dua kalimat baru tertulis, kegiatan ku terhenti karena gerakan spontan seseorang yang menarik kertas itu. Rasa takut kembali menjalariku.

"Menulis lagi hah?!"

"Aku hanya ... melanjutkannya saja Ayah."

Dengan gerakan cepat diliputi amarah, Ayah merobek semua naskah ceritaku. Aku menatap sedih pada sobekan sobekan kertas itu, rasa marah, benci, sedih dan kecewa bercampur aduk dalam hatiku.

Let It Go! [SONGFICT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang