Tiga Puluh Enam~

8 0 0
                                    

Fey terdiam, terkejut melihat Rey. Kaki kirinya sudah diperban. Terlihat beberapa temannya juga ada disana, termasuk Dena dan Rena. Fey mendekat walau Rey tetap menutup mukanya tak peduli. Patput dan Belva yang mengerti langsung menyuruh teman-teman lain untuk keluar ruangan. " Eh, ayo ke tribun lagi, ngucapin selamat ke temen-temen. " ajak Patput basa-basi. " DIHH, ENGGA! PA..... " kata-kata Dena diputus oleh Belva. " Shuttt, diem ish. Rame banget sih lo " kata Belva sambil menaruh jari telunjuknya kedepan mulut.

" Ihh, iyaiya! Tapi pacar gue gimana. Masa ditinggal sendirian, kan kasihan. " jelas Dena tak ingin Rey pergi. " Gue gapapa, juga lo bukan siapa-siapa gue. Sana pergi! Rame banget. " tiba-tiba suara serak Rey terdengar, ia menyuruh Dena pergi dengan posisi tangan masih menutupi mata.

Patput pun menarik tangan Dena sedikit kencang, ia juga mengode Dena dengan melirikkan matanya pada Fey beberapa kali. Fey hanya memasang muka datar memandang kepergian teman-teman Rey.

Beberapa menit berlalu, keheningan menyelimuti mereka, Rey juga belum tahu bahwa disana ada Fey. Fey sudah tak betah dengan kondisi hening ini. Maklum saja, Rey yang sehari-harinya tampak bahagia didepan Fey, orang yang suka berteriak membanggakan dirinya dan Fey didepan orang-orang, sekarang sedang terbaring tak tahu apa yang terjadi, hanya merasakan sakit kakinya.

Fey menarik nafas berat, ia pun membuka suaranya. " Hei, sakit? " tanya nya dengan nada ragu-ragu, ia bingung ingin bertanya apa. Rey yang merasa familiar dengan suara itu langsung mengalihkan tangannya dan membuka matanya lebar-lebar, Rey terkaget. Ia tak percaya gebetan nya sudah ada didepannya, hanya berdua di ruang perawatan. " Hah, Fey? Kok disini? " tanya nya bingung dengan tergagap. Fey tersenyum tipis, " Iya tadi kak Belva bilang kalo kakak sakit. Yaudah gue kesini. " katanya menjawab pertanyaan Rey. Rey hanya mengangguk sambil sedikit memalingkan wajah. " Yah, gue kira lo tau gue sakit makanya kesini. Ternyata disuruh Belva. " batin Rey merasa kecewa.

Keadaan hening kembali muncul. Fey hanya menatap lurus kearah kaki Rey yang diperban, ia tak tahu harus berbuat apa. " Fey, tadi lo liat gue hattrick kan? Gue harap lo liat sih, soalnya abis ini gue duduk ditempat tribun hehe. " harap Rey sambil menampakkan muka sok bercanda. Fey tahu Rey hanya menutupi rasa sakitnya itu dan tak ingin ada kecanggungan.

" Iya kak, gue liat. Gaya banget pas penalty tadi hahaha " tawa Fey mulai terlihat. Rey tersenyum bangga. " Ya iya dong, Reynaldi Azam gitu loh. " katanya dengan bangga sambil merapikan poni rambutnya ke belakang. " Mulai alay nya ewh. " canda Fey dengan raut wajah menggoda. Mereka tertawa bersama.

Setelah itu, Fey mengeluarkan sebuah barang dari dalam tas nya. Ia baru ingat akan memberikan hadiah jika Rey hattrick di pertandingannya. Rey yang melihat suatu barang sudah terbungkus rapi oleh kertas kado hanya mengernyitkan dahi. " Gini kak, gue kan pernah bilang, kalo lo bisa hattrick, gue bakal kasih lo hadiah kak. Nah ini hadiahnya hehe " jelas Fey sambil memberikan hadiahnya pada Rey. " Hah? Apaan? Lo minta hattrick tanpa ngasih gue hadiah pun bakal gue usahain Fey, gausah ginian kali. Ini juga buat sekolah. " katanya menolak hadiah itu. Fey menyipitkan matanya, merasa kesal dengan cowok tersebut. " Ish, kak! Gue tuh ya udah muter-muter mall buat nyariin ini. Gaada penolakan! Yang jelas, gue di mall sendirian bayangin! Udah gitu kaki gue capek lagi. Gue gasuka ke mall tau ga! Belain ini doang gue ke mall. Kurang apa coba ish. " omel Fey panjang lebar membuat Rey tertawa mendengar omelannya. Ya, jarang-jarang Fey berbicara sepanjang itu, suara indah yang jarang sekali ditemui Rey. " Dih, ketawa lagi. Nih ambil! " katanya sambil melempar hadiah itu pada badan Rey, tepat terkena pundak. Rey mengaduh, salah seorang pemain JP sempat menonjok pundaknya keras karna saat itu wasit tak memperhatikan, membuat ia merasa kesakitan. Sampai sekarang pundak kirinya itu masih terasa sakit.

Fey menoleh, ia baru sadar dengan perbuatannya. Ia pun mengelus pundak Rey pelan, " Eh eh, maaf kak. Gue gatau. Ini yang sakit ya? Sorry sorry. " kata Fey terlihat takut. Rey menggeleng, " Bukan, yang sakit tuh yang ini. " katanya sambil memindahkan tangan Fey keatas kepalanya. Berharap Fey mengelus kepalanya. Ekspektasi tak sesuai realita, Fey malah memukul kepala Rey sambil mendumel. " Dih, gue ngelemparnya ke badan lo kak, bukan ke kepala. Hih! " katanya geram. Rey memasang muka melasnya, " Iya sih, tapi barusan lo mukul kepala gue. Sakit tahu! " katanya kesal. Fey menoleh dan menatapnya tajam, " Hah?! Masa iya? Mana yang sakit? Maaf gue ga sengaja. " katanya lalu mengelus kepala Rey pelan. Rey kaget dengan sifat Fey yang tak jelas dari tadi. Rey memasang muka kesalnya. " Ih, tadi mukul-mukul sekarang ngelus-ngelus. Labil banget! " omel Rey sambil memeletkan lidahnya.

" Dihh, udah bagus-bagus gue minta maaf, masih aja ngeselin! " Fey membela dirinya sambil melepas tangannya dari kepala Rey. Rey tertawa. " Pegangin kepala nya aja, takut banget gue kesakitan. Tapi emang sakit dikit sih haha " katanya sambil menarik tangan Fey dan menaruhnya ke atas kepala Rey. Fey hanya memutar bola matanya, walaupun ia kesal dengan Rey, setidaknya ia sudah berjuang melakukan hattrick sampai kakinya cedera seperti ini.

Fey berdehem. " Hmm, jujur aja dulu gue anak karate, sampe lulus SMP. Gue takut kalo mukul orang nanti dikiranya keras, maklum aja hehe. " jelasnya masih mengusap kepala Rey. Rey hanya mengangguk pelan walau dalam hatinya ia berkata, " Keren juga nih cewek, bisa di abisin gue kalo salah ngomong sama dia. "

Fey berhenti, tak mengusap kepala Rey lagi. Ia menatap jam tangan merahnya. Sudah jam 14.00 ia pun menatap Rey. " Kak, udah jam dua nih. Ayo ke lapangan, 30 menit lagi Aldy main. " katanya dengan semangat. Rey yang awalnya tersenyum langsung berubah menjadi datar. Bagaimana tidak, akhir kalimat Fy berkata " Aldy main. " membuatnya sedikit kecewa.

Fey memandangi Rey malas. " Ish, malah diem. Ayo! " katanya sambil sedikit menarik Rey. Rey pun berusaha bangkit, tak lupa membawa hadiah dari Fey. Tiba-tiba, Rey menaruh tangan kanannya melingkari bahu Fey. " First, disini gaada tongkat. Second, gaada kursi roda, third gu.. " katanya sambil membuka jarinya satu persatu. Fey langsung memotong kalimat Rey, " Bilang aja minta di bantuin ish. Jalannya jangan kelamaan! " kata Fey mengerti maksud penjelasan Rey tadi. Rey hanya meringis. Ia tertawa cengengesan.

Selanjutnya mereka berjalan menuju lokasi tribun pertandingan.

Disisi lain, " Fey mana ya? Katanya jenguk bang Rey bentar, kok sampe sekarang belom balik ya... " batin Aldy sambil melakukan pemanasan dilapangan. Sesekali ia menoleh pada lokasi tribun tempat SMA Inmed duduk.

Live, Food, and Football. Lil Bit Love.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang