❤❤❤Fuzhou china open tengah berlangsung.
3 hari sudah kevin uring-uringan menahan leher belakangnya yang semakin hari semakin membengkak.
Ia menahannya sendiri, ia tak berniat untuk mengatakannya pada siapapun terlebih pada beberapa teman atlet nya, yang tau ia cedera hanya rachel, vinie, mbak wid dan mbak siska serta koh sinyo dan ci agnes.
"Kita sudah semi final vin, lo yakin bisa?" Tanya koh sinyo yang saat ini tengah menemani kevin mengompres lehernya.
"Bisa koh, masih bisa ditahan kok."
"Tapi kalo dilihat malah makin bengkak vin, lo yakin kalo dipaksain bakal nggak sakit, itu bahaya loh." Ucap agnes yang saat ini tengah melihat-lihat luka dalam kevin.
"Udah nggak pa-pa ci, tanggung sudah semi final." Sahutnya dengan cepat mengganti handuk kompresannya.
***
Selama beberapa hari, gue tau kevin nahan sakit, selama beberapa hari juga gue nggak berani ganggu dia. Gue datang dan nyapa cuma sebatas nanya kalo-kalo dia punya perlu, gue bakal usahain buat bantu.
Hari ini, mereka akan tanding di semi final, lawan mereka adalah perwakilan dari Jepang.
Kevin bilang, wakil Jepang bisa saja dengan sedikit lebih mudah dikalahkan jika mereka tetap pada ritme permainan mereka seperti saat mereka latihan.
Saat ini gue lagi jalan menuju court untuk mencari kevin, gue bawa koyo yang beberapa saat dia minta buat dibawakan.
"Kamu yakin nggak papa?" Gue nanya karena khawatir.
"Iya sayang aku udah nggak pa-pa, ini memar memang karena lagi masa penyembuhan kan." Sanggahnya.
Gue pengen percaya, tapi muka orang nahan sakit itu nggak bisa dibohongin, gue tau dia bilang kayak gitu cuma usaha supaya gue nggak khawatir dan sayangnya usahanya nggak berhasil.
"Maaf." Lagi-lagi gue nangis didepan dia dan parahnya lagi kami sedang di area court.
"Heyy hey sssttt chel, sudah." Dia berusaha buat nenangin gue sambil meluk dan membawa kebelakang agar tidak terlalu terlihat.
"Kamu jangan nangis lagi, aku bilang kan bukan salah kamu, aku nggak papa, coba lihat, nggak kayak orang sakit kan?"
Dia berusaha buat yakinin gue, tapi air mata sialan ini terus keluar bahkan hingga sesegukan.
Sebentar lagi partainya bakal tanding, dia harus kelapangan, gue harus bisa tenang.
"Kamu hati-hati, mainnya jangan kebanyakan gaya."
Dia tertawa, masih bisa ketawa walaupun tawanya hambar.
"Aku janji bakal hati-hati tapi nggak kalo harus main tanpa tengil."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pink Shuttlecock | Kevin Sanjaya ✔
Literatura Feminina(FOLLOW SEBELUM BACA) [COMPLETE] Rachel Ganesha harus rela dipindah tugaskan dari dokter di rumah sakit menjadi dokter untuk para atlet. Ia memang amat menyukai olahraga cabang badminton, tapi ikut berkecimpung didalam lingkaran olahraga tersebut t...