"Karena dari kopi kita belajar, bahwa rasa pahit itu bisa dinikmati"
☕☕☕☕☕
Aku menyapu pemandangan yang ada di cafe ini, Costa Cafe. suasana cafe ramai seperti biasanya. Tak ada yang berbeda, semuanya sama dari pertama kali aku menginjakkan kaki ke cafe ini. Hampir semua pelayan di sini sudah hafal dengan wajahku karena seringnya aku kemari.
Aku menyukai cafe ini. Bukan cuma karena kopinya yang lezat. Interior cafe ini sangat membuatku merasa nyaman dan betah. Walaupun cafe ini minimalis, tetapi dengan nuansa modern serta perpaduan warna yang terang, cafe ini berhasil membuat atmosfer desain interior cafe ini tetap lapang.
Aku meneguk espressoku lagi.
Aroma yang sangat kusukai menembus hidungku. Hangatnya espresso melewati liang tenggorokanku, menyisakan rasa pahit dan juga nikmat.Saat mataku melirik-lirik seisi cafe, mataku terhenti pada seorang barista yang sedang meracik kopi dengan gagahnya. Barista itu terlihat sangat mahir dalam pekerjaannya, ia juga memiliki aura yang berbeda. Lelaki itu bertubuh atletis, wajahnya yang tampan dan caranya menatap membuat siapa saja hanyut dalam tatapannya.
Aku mengerutkan alis bingung, sepertinya barista yang meracik kopi di cafe hari ini berbeda, kemana barista yang lama? Kenapa aku baru menyadarinya? Pantas saja rasa kopi espressoku kali ini berbeda, terasa lebih nikmat dari biasanya, seperti ditambah rasa yang istimewa. Semacam ditambah dengan perasaan tulus seorang barista itu sehingga menghasilkan cita rasa yang berbeda dan nikmat. Sepertinya seorang barista kali ini sangat professional.
Aku tersadar dari lamunanku, kemudian mataku kembali menatap laptop yang ada di depanku.
Aku harus mengirimkan tugas kuliah kepada Adit melalui e-mail. Sudah beberapa hari aku mati-matian untuk mengerjakan ini, bahkan jam tidurku tersita.Adit adalah pacarku, dialah laki-laki pertama yang berhasil merebut hatiku. Kami sudah berpacaran lebih dari satu tahun.
Aku sangat menyayanginya. Walaupun sifat dia berubah-ubah, tapi aku selalu menghiraukan itu dan berusaha untuk lebih mengerti dirinya. Dia lelaki yang dingin, tidak suka diatur, dan melakukan apapun yang dia mau. Dia juga baik dan romantis. Kadang-kadang dia menghampiriku dan membawakanku seikat bunga atau cokelat.*flashback on
Aku bertemu dengannya saat ospek hari pertama. Kami berada pada jurusan yang sama.
Waktu itu, aku melihatnya sedang dimarahin abis-abisan oleh senior yang ada di kampus. Sepertinya dia melakukan kesalahan, sehingga para senior itu terlihat sangat marah dan mengerikan.
Baru hari pertama ospek saja, dia sudah menjadi pusat perhatian.
Ah, lelaki itu sungguh gila, batinnku.Aku masih menatapnya, sepertinya dia diberi hukuman oleh senior itu. Kemudian dia mulai berlari dan meninggalkan senior itu.
Tampak sekali dari wajahnya, dia sangat kesal.
Ternyata dia diberi hukuman untuk berlari mengelilingi lapangan kampus ini. Tiba-tiba, aku merasa kasihan melihatnya. Apalagi lapangan kampus ini terbilang luas. Pasti sangat lelah jika harus mengelilinginya. entah berapa putaran yang disuruh senior-senior itu.Sepertinya hukumannya telah selesai, dia langsung duduk di lapangan yang beralaskan rumput. Keringat mengalir deras disekujur tubuhnya. Dia juga sedang seperti mengatur nafasnya kembali. Tentu saja itu sangat melelahkan. Ah, aku jadi merasa kasihan. Entah apa yang mendorongku untuk memberikan minuman yang ku beli tadi untuknya. Kakiku langsung berlari menuju ke arahnya.
Sekarang, aku tepat berada di depannya. Hatiku jadi berdebar hebat, aku jadi takut untuk memberikan minuman ini, apakah dia akan berpikiran aku adalah perempuan yang sedang cari muka dan berlagak sok kenal? Ah, aku takut sekali. Aku menatapnya, dia mendongak ke arahku, mata kami bertemu.
"Hhmm, s-sepertinya kau membutuhkan ini, ambillah ini untukmu." ucapku canggung. Belum sempat dia membalas ucapanku, Aku segara berbalik arah dan berniat pergi.
"Tunggu." ucapnya.
Aku segera berbalik arah lagi menghadapnya tanpa berani menatapnya.
"Siapa namamu?" sambungnya.
"Panggil saja Bella." ucapku pelan.
"Kau baik sekali, jarang ada orang sepertimu."
Aku hanya diam.
"Kenalin, aku Adit. Ku harap kita bisa berteman baik." ucapnya sambil mengulurkan tangan.
Aku mengangguk dan membalas uluran tangannya.
Semenjak saat itu, kami semakin dekat. Merasa cocok satu sama lain. Hingga pada akhirnya, Adit menyatakan perasaannya padaku. Disitulah hubungan asmara kami dimulai.*Flashback off
Oh iya, masalah tugas kuliah tadi, aku memang sering membantunya untuk menyelesaikan tugas.
Seperti kemarin, dia menyuruhku untuk mengerjakan tugasnya yang udah hampir masa kumpul.
Dia meminta tolong dan merayuku untuk membantunya, aku pun luluh. Lagian dia pacarku. Menurutku tak ada salahnya aku membantunya, lagian dia terlihat kesulitan untuk mengerjakan tugas-tugasnya. Aku pun begadang mengerjakan tugas yang dikejar deadline ini.Aku mencari file tugas yang akan ku kirim ke adit, tetapi agak kesulitan karena aku melupakan nama filenya.
Maklum, memory jangka pendek.
Itulah kelemahanku, mudah melupakan sesuatu.
Lama aku mencari file itu, akhirnya ketemu. Aku segera mengirim tugas itu ke e-mail adit.
Tugas itu akhirnya terkirim. Selesai sudah urusanku.Aku segera mengambil ponselku untuk mengabari Adit bahwa tugasnya telah aku kirim.
Aku meraih tas ranselku, mencari-cari keberadaan ponselku. Ternyata tidak ada sama sekali. Aku panik. Berusaha mengingat kembali dimana terakhir kali aku meletakkannya.
Ah sial, ternyata benda itu tertinggal di kelasku. Rasanya malas sekali untuk balik ke kampus itu.Dengan rasa malas aku segera bersiap-siap untuk mengambil ponselku.
Aku bergegas memasukkan laptopku ke dalam tas. Dan meneguk espresso terakhir. Kemudian aku berjalan menuju kasir untuk membayar espressoku, segera aku keluarkan beberapa lembar uang dari dompet saat seorang kasir cantik menyebutkan total yang harus aku bayar.
Aku pun melangkahkan kakiku lagi, saat aku lewat tepat di depan barista tadi, tak sengaja mata kami bertemu walau hanya beberapa saat. Tatapannya teduh membuatku merasakan sesuatu yang nyaman. Aku segera membuang pikiran tersebut dan keluar dari cafe itu.
A.N
Part 1 finish!!!!
Happy reading ^^
Jangan lupa vote dan komennya ya.
Makasih readers yang budiman udah baca cerita ini hahaha. Bubyeee 🐣
KAMU SEDANG MEMBACA
Secangkir Espresso
Teen FictionTentang secangkir espresso yang membawanya kepadaku. Apakah menurut kalian espresso adalah secangkir kopi yang pahit? Jawabannya benar. Tetapi, sepahit-pahitnya espresso selalu punya caranya sendiri untuk membuat sebagian orang tetap ingin mencicip...