"Secangkir kopi menyadarkanku, bahwa senikmat apapun rasa yang tertuang di dalamnya, dia tetaplah kopi. Punya sisi pahit yang tidak dapat disembunyikan."
☕☕☕☕☕
Langit jingga sudah berubah menjadi langit gelap. Lampu-lampu jalan menerangi setiap sudut kota ini. Aku segera melangkahkan kaki dari cafe dan menuju ke arah kampus yang tidak jauh dari cafe itu. Suasana malam disini sangat ramai, banyak anak-anak muda yang sedang berkumpul, bercanda dan tertawa. Para pedagang kaki lima juga memenuhi pinggiran jalan kota ini.Aku tiba di depan kampus, suasana kampus masih ramai dengan mahasiswa/i yang berkuliah malam.
Saat aku ingin melangkahkan kaki menuju ke kampus, aku melihat sekumpulan laki-laki yang sedang asik tertawa membahas sesuatu. Langkah ku semakin mendekat ke arah mereka. Mereka terlalu asik bercerita sehingga tidak menyadari kehadiranku. Langkahku terhenti, saat salah seorang diantara mereka menanyakan sesuatu."Dit, gimana dengan Bella? Apakah hubungan kalian baik-baik saja?" tanya salah seorang kepada laki-laki yang bernama Adit.
"Hubungan? Ah, maaf saja. Aku tidak pernah menganggap dia sebagai kekasihku." balasnya dengan angkuh."Bukannya kalian pacaran?" tanya yang lainnya.
"Ya, Tetapi itu hanya sekedar status. Aku bahkan tidak pernah memiliki rasa kepadanya. aku hanya memanfaatkan kepolosannya. Selama ini dia lah yang mengerjakan tugas-tugas kuliahku."
balasnya panjang dengan gaya yang sangat angkuh."Seperti biasanya, kau licik."
Ucap salah seorang temannya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya heran."Bukan licik, tapi cerdik."
"Hahhahahah dasar licik."
Suara tawa mereka pecah bersamaan.Aku terdiam beku mendengar perbincangan orang-orang di depanku ini, hatiku sakit. Mulutku
tak dapat berkata-kata lagi. Aku seperti tersambar petir. Air mataku bercucuran sangat deras. Aku hampir terjatuh, kakiku terkulai lemas. Hatiku tercabik cabik. rasanya seperti digores oleh sebuah silet yang sangat tajam.Tidak kusangka, lelaki yang selama ini aku percayai telah mengkhianatiku. Sepertinya tidak perlu aku jelaskan secara detail, bagaimana rasanya dikhianati.
Oh, duniaku seolah-olah hancur. Perih, menyesakkan, mengetahui yang sebenarnya.
Kau tahu sendiri kan bagaimana rasanya dikhianati?
Disaat kau memberikan seluruh hatimu untuknya dan melakukan apa saja asal dia bahagia. Ternyata yang dia balas hanya rasa sakit.Kau tahu apa yang aku rasakan? Aku merasa selama ini aku tak lebih dari seekor anjing yang penurut terhadap majikannya. melakukan apa saja yang majikanku katakan. menjadi seekor anjing yang setia, lalu dicampakkan ketika aku sudah tidak lagi berguna.
Bagaimana ini bisa terjadi? Kenapa aku dengan bodohnya percaya dengan laki-laki seperti dia. Dia seharusnya tak pantas mendapatkan hatiku.
Aku terjatuh, kakiku terasa sangat lemas. Tubuhku tak lagi kuat untuk berdiri.
Mereka melihat ke arahku. Betapa terkejutnya mereka saat melihat objek yang ada di depan mereka.
Lelaki yang bernama Adit itu terdiam bisu menatapku. Mataku yang bercucuran air mata menatapnya dengan tatapan sendu. Tatapan yang mengecewakan.
Dia mengacak rambutnya kasar lalu menghampiriku."Kau salah dengar. Aku bisa jelaskan ini semua. Ini tidak seperti yang terdengar." Ucapnya menggenggam tanganku.
Aku hanya diam. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutku. Aku kecewa.
Aku melihat bola matanya yang sendu, ia tampak khawatir. Tapi aku tak boleh lagi percaya dengan tatapan palsunya."Bel, ayolah. maafin aku. Aku ga bermaksud seperti itu. Aku bisa jelaskan ini." ucapnya lagi.
Dengan sekuat tenaga, aku berusaha untuk berdiri. Menegarkan diriku sendiri. Masih dengan perasaan kecewa dan air mata yang tidak henti hentinya.
Aku berdiri dan melangkahkan kaki, dia menarik tanganku. Langkahku terhenti."Bel, maafin aku" ucapnya lagi dengan nada parau.
Aku melepaskan tangannya tanpa menoleh sedikit pun ke arahnya. Aku langsung berlalu pergi memasuki kampus dan menuju ke kelas untuk mengambil ponselku.
☕☕☕☕☕
A.N
Gimana dengan part kali ini?
Maaf kalo feelnya kurang dapet:')
Jangan lupa tinggalkan vote dan komen ya:) makasih udah baca. 😽
KAMU SEDANG MEMBACA
Secangkir Espresso
Teen FictionTentang secangkir espresso yang membawanya kepadaku. Apakah menurut kalian espresso adalah secangkir kopi yang pahit? Jawabannya benar. Tetapi, sepahit-pahitnya espresso selalu punya caranya sendiri untuk membuat sebagian orang tetap ingin mencicip...