PROLOG

30.5K 989 195
                                    

Aku dedikasikan ini untuk sekumpulan emak-emak yang (mengaku) muda dan cantik 😂

Selamat membaca.

.

.

.

.

Sakura menatap sendu laki-laki yang terbaring di atas kasur dengan pergelangan tangan terbalut perban. Shimura Sai kembali melakukan percobaan bunuh diri. Yang ke... Entahlah, Sakura bahkan tak lagi mengingatnya.

“Kau akan terus seperti ini?” Sakura bertanya sarkatis. Jujur ia lelah dengan semua ini.

Sai tak menjawab. Dia memejamkan matanya, menghindari tatapan kecewa dari wanita yang selama ini terus menemaninya.

“Kali ini apa lagi?” Lelaki itu masih bungkam. “Shimura Sai!”

Sakura mengeram kesal. Dia tak akan peduli lagi dengan si brengsek pembuat masalah ini. Tangannya meraih tas tangan miliknya dan beranjak dari kursi. Dia berniat pergi.
“Pernikahan.” Gumam Sai. Sakura menghentikan langkahnya. “Ayah memintaku menikah, Saku.” Suaranya tertekan dan terluka. Dia mulai menangis. “Aku tak bisa.”

Sakura memejamkan matanya. Lalu menoleh pada lelaki yang kini meringkuk menyedihkan di atas kasur. Sekarang dia harus bagaimana?

***

Sakura hanya sesekali bergabung dalam kebisingan yang dibuat Tenten maupun Naruto. Dua manusia itu akam selalu membuat keributan dimana pun mereka berada. Shizune yang duduk di sampingnya terlihat sudah malas untuk memperingatkan mereka. Untung saja tak ada pasien di dalam UGD hari ini.

Sakura menatap layar ponselnya, mengecek sesering yang ia bisa untuk menemukan satu pesan dari Shimura Sai. Sakura memintanya untuk memberi kabar setiap jam padanya.

“Ada sesuatu yang penting, sensei?” Shizune tampaknya menyadari gerak-gerik Sakura.

Sakura tersenyum tipis dan menggeleng. Dia memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku snelli. Shizune juga tampaknya tidak berniat mengorek lebih dalam, jadi kepala perawat UGD tersebut kembali pada laporan pasien di mejanya.

Lalu terdengar suara teriakan Naruto karena tamparan di dahi yang diberikan Tenten. Sebenarnya apa yang mereka mainkan?

“Sakura, kau berniat ikut dengan kami nanti malam? Naruto mengajak kita bersenang-senang.” Tenten menghampiri meja perawat dan berdiri di depannya. Naruto menyusul di belakangnya. Dahinya memerah parah.

“Ikutlah dengan kami.” Lelaki itu ikut membujuk. Tapi kedua tangannya sibuk mengusap dahinya tersebut. “Oh shit, Tenten! Tanganmu itu terbuat dari apa sih?”

Tenten tertawa bangga dan mengecup telapak tangannya dan bersorak layaknya juara champion.

Sakura menggeleng tak percaya jika dua manusia ini merupakan dokter dari UGD tersebut dan bukannya pasien yang mengalami gegar otak.

“Jadi bagaimana? Bergabung?” Tenten menanti jawabannya.

Sakura menggeleng dan dijawab oleh seruan protes dari dua manusia itu.
“Ayolah Saku. Kau tidak bisa hanya berada dalam lingkaran setan ini. Kau perlu sesekali berinteraksi dengan dunia luar.” Ucap Tenten yang disetujui Naruto dengan anggukan semangat.

Sakura memutar matanya jengah. “Aku hanya tidak ingin.” Setidaknya sampai masalah Sai selesai.

Naruto mencibir dan Tenten mencebik. Baru saja mereka akan mulai lagi argumen, Shizune melempar Naruto dengan kertas kosong dan mengomel.

I LOVE YOU (PROLOG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang