one

17 5 0
                                    

   "Heh cupu. Lo liat sepatu baru gua, kotor gegara lu."

Sebuah tatapan tajam membuatmu gak bisa berkutik, kamu hanya menunduk dan menggigiti bibir.

   "Sekarang, gua mau lo jilat sepatu gua."

Matamu membelalak, kaget akan perintahnya yang terbilang keji, "G-gak mau!" Kamu berusaha mengelak.

   "Lo berani sama gua? Hm?"
Ia menunjuk sepatunya, memberi isyarat, untuk segera membersihkannya dengan lidahmu, sudah pasti itu menjijikan bukan?

   Mulutmu berkata tidak, tapi tubuhmu gak bisa menolak.
Siapa yang berani menentang seorang pembuli brengsek bernama Kang Daniel itu? Gak ada.

   Wajahmu tinggal beberapa senti lagi dengan sepatu hitamnya, jujur, sepatunya gak kotor, hanya saja ada sebuah goresan tanah liat diujungnya.

    "Cepet."

    Gak kerasa, matamu berair, tapi kamu gak mau mengeluarkannya setetes pun, buat apa kamu nangis? Yang ada, makin dibilang lemah. Lagi pula, kamu gak pernah nangis di depan Daniel.

    Kamu menjilatnya.

    Badanmu bergidik jijik, lidahmu gak lagi sebersih kemarin,  hanya karena ulah si tolol ini.

    Hanya satu sapuan, kamu kembali berdiri, dan berlari meninggalkan Daniel dengan rasa malu. Dan marah.

    Bahumu bergerak naik turun mengikuti irama tangisan, kini, kamu sedang berdiri didepan cermin besar ditoilet, kamu gak hentinya kumur-kumur sampai mulutmu terasa sakit.

   "Dasar brengsek! Orang gila! Mati aja sana! Gak guna!"
Kamu bicara sendiri, memukul-mukul westaffle dengan kasar.

   Bukan sekali dua kali, tapi hampir setiap hari dia seperti ini, mendorongmu sampai jatuh, jambak rambutmu, bahkan ngeludahin kamu didepan seluruh siswa sekolah, memalukan banget.

   Apalagi, kamu gak punya satupun sahabat, bahkan teman ngobrol pun gak ada. Entah apa yang bikin mereka semua jauhin kamu, yang pasti, kamu sendirian.

  
  Walaupun Daniel seperti itu, ia cukup terkenal dikalangan perempuan, kamu bingung, buat apa mereka suka sama orang dengan prilaku buruk seperti itu, bodoh.
    
   Yang lebih memalukan, Daniel adalah anak dari pemilik sekolah ini. Ya, itulah kenapa kamu gak pernah sekali-kali membentaknya, apalagi ngelaporin dia, karena itu sama aja kamu masuk kandang harimau.

     "Eugh. Laper. Gak bawa uang jajan lagi ah. Shit."

Kamu mengorek-ngorek saku, berharap ada satu atau dua lembaran kertas berharga didalamnya.

    Oke, buat hari ini, kamu memutuskan untuk gak jajan, dan nahan rasa laper sampai jam satu nanti.

    Kamu berjalan lesu keluar toilet, mata kamu sembab, dan kamu masih sesenggukan.

    Sorot matamu memandang ke ujung lorong, hatimu gak bisa tenang, menyebutkan beribu sumpah serapah buat Daniel.
   

   

    "Woi."

  Suara yang gak asing.
       Si tolol.

  Kamu tetap berjalan tanpa menoleh kebelakang sedikitpun. Berlagak seakan masa bodoh padanya.

   "Woi. Tuli?"

  Langkahmu terhenti, kamu memutar badanmu dengan paksa. Kepalamu menunduk lagi.

   "Beliin gua sandwich."
Ucapannya menggema dipenjuru lorong, gak tau kenapa, sepi banget.

   "M-maaf. Bukan babu lo."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 24, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BADDY 🕸 KDNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang