It's Sweet?

8.1K 271 4
                                    

Hallo Everyone, Mina-san, Yeoreobun.
Mind balik lagi.

aku udah tau sebenernya ceritaku gak selaris cerita Wild, karna konten dia lebih menarik gitu, hahaha nakal emang yang baca, udah pada cukup umur belum tuh?

tapi mau gimana lagi, aku nya seneng nulis cerita cerita pendek kalo lagi senggang. walaupun yang baca sedikit, ya gak papa lah, masih ada yang baca juga udah seneng.

ada yang baru lagi nih, udah lah gak apa.
.
.
.
enjoy!

_________________________

"Zan mau yang manis manis nih, jajan yuk?" ajak Lidya tiba tiba disela sela kegiatannya yang sedang menatap langit langit ruang tamunya, lalu duduk merapat untuk merayu Zandy agar mau pergi. Pria itu sedang bermain di ponselnya tak menjawab.

Lidya yang tadi membelakanginya dan bersandar pada lengan kiri Zandy, kini menyamakan duduknya. Dilihatnya pria itu sedang dalam permainan tembak. Lidya menusuk pelan pipi Zandy berkali kali, "Sahutin aku" ucapnya manja, pria itu menggumam.

Lidya ikut melihat pada layar ponsel, "Itu tuh sebelah sana ada orang" sahutnya memberitahu. "Itu orang biasa, target aku bukan itu" jawab Zandy tanpa menoleh, matanya masih fokus. "Dia nyamar, gak percaya? Coba aja tembak" balasnya lagi.

Zandy menoleh, "Mau jadi pacar aku?" tanyanya pada Lidya dengan senyum lembut. gadis itu terkekeh, "Bukan tembak gitu. Sana coba, aku yakin dia targetnya" balas Lidya mengembalikan wajah Zandy mengarah ke ponsel dengan menangkup kedua pipi nya.

Zandy tau ini cara halus gadis itu agar dia berhenti main, dia pun menembak yang bukan targetnya, lalu layar menampilkan keterangan misi gagal.

Zandy menoleh lagi pada Lidya dengan wajah sedih, gadis itu malah tersenyum memperlihatkan gigi nya, "Hehe, gerak geriknya mencurigakan, aku pikir dia" katanya. "Yaudah gak usah badmood, jajan ice cream yuk" lanjutnya mengambil tangan Zandy, membawanya untuk berdiri.

Pria itu tertawa kecil, menuruti Lidya, mereka pergi untuk membeli ice cream juga beberapa cemilan. Dapat semua yang diinginkan, mereka balik kerumah.

"Kamu mau ice nya?" tanyanya yang berjalan menuju dapur untuk mengambil gelas. "Engga, aku ini aja" jawab Zandy mengangkat sebungkus kripik kentang. "Tolong gelas kosong ya Li, pakai es batu" lanjutnya membuka botol cola.

Lidya datng dengan semangkuk ice cream nya, dan segelas panjang es batu. Mereka asik dalam menonton tv yang menayangkan film bertema action.

"Zan, cobain deh" ucapnya menyodorkan sesendok ice untuk pria itu. Zandy menoleh, membuka mulutnya, dua detik setelah ice itu didalam mulutnya, ada rasa meletup. "Kamu tambahin permen tadi?" tanyanya, Lidya saat disupermarket tadi melihat permen entah apa disebutnya, permen itu jika terkena air akan meletup, lebih terasa jika sudah didalam mulut.

"mau lagi? Aku tambahin dulu ya" ucapnya hendak berdiri.

"bentar" ucap Zandy membersihkan bibir Lidya dengan ibu jarinya. Gadis itu tertegun karna jarak mereka terbilang dekat hanya untuk membersihkan.

Zandy tersenyum, lalu menjilat ibu jarinya yang tadi membersihkan ice cream dari bibir Lidya. Gadis itu tersenyum juga, lalu mengambil sendok, mengoleskan seluruh bibirnya dengan ice cream ditangannya. Dia berpikir untuk mengerjai Zandy agar membersihkan itu dengan kedua tangannya.

Pria itu menghela nafas sejenak melihat senyum Lidya melebar. Zandy mengambil mangkuk ice cream itu, lalu diletakkan di meja. Kedua tangannya terulur, tangan kanannya lebih dulu mengusap sudut bibir didepannya, kembali menjilat ibu jarinya.

"Ah, terlalu lama" ucapnya dan langsung mendekatkan wajahnya, menjilat lembut bibir didepannya, membersihkan ice cream yang mengelilingi. Lidya terkejut, ingin memundurkan kepalanya, namun Zandy menahan.

Mata mereka saling memperhatikan, Lidya memperhatikan Zandy yang menjilatnya serius, Zandy memperhatikan bibir Lidya dimana saja ice itu berada.

Itu terlalu lembut, sampai terasa lama untuk Lidya padahal jika hitungan jam Zandy baru tiga detik melakukannya. Zandy hanya serius membersihkan, namun nafas Lidya menarik perhatian Zandy untuk berhenti sejenak. Pria itu melihatnya, mata mereka bertemu.

Entah gerakan dari mana, dagu Lidya terangkat, menyatukan bibir mereka, dan mulai memejam saat bibirnya tergugah untuk bergerak. Gadis itu mengulum Zandy lebih dulu, lembut dan dan santai. Ini pertama kalinya sejak mereka memiliki hubungan dan beberapa kali melakukannya.

Zandy yang terdiam saat Lidya memajukan dagunya, tersenyum tipis merasakan kuluman dari Lidya. Gadis polos itu sudah berani mengulum nya duluan.

"Eh" tersadar karena merasakan senyum Zandy, Lidya membuka mata seketika dan mendorong kekasihnya juga spontan menutup mulutnya dengan kedua tangan. Zandy mengangkat kedua alisnya, lalu tertawa pelan. Menarik Lidya untuk dipeluknya gemas.

"Kamu yang usil, tapi kejebak sendiri" ucap Zandy mengelus kepala Lidya yang menyembunyikan wajah dipelukannya. "Lagian kamu bersihin nya begitu" balasnya masih belum menunjukkan wajah.

Zandy tertawa masih gemas dengan Lidya, "Dari pada tangan aku lengket, itu lebih efektif juga" ucapnya.

"Hei , katanya mau tambah ice cream. Apa mau lanjut yang barusan aja? Aku gak nolak deh" lanjut Zandy mengingatkan.

Dengan cepat Lidya menjauhkan tubuhnya, namun belum menunjukkan wajah pada Zandy. Dia menunduk, dengan cepat pula berdiri membawa mangkuk ice cream.

Zandy tersenyum melihat itu, Lidya belum berubah, gadis itu masih saja malu walau mereka sudah beberapa kali melakukannya.

_________________________

segitu aja, gak panjang emang.
.
.
.
oke, bye.
.
.
.
Thank you, Arigatou, Gomawo:*
See you next my write^^

Sweet Moment (Oneshoot) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang