Chapter 2 - Truth or Dare?

7.2K 448 23
                                    

He interested.

Aku bisa mengatakan seperti itu walau ekspresi tidak terbacanya yang terlihat. It doesn't matter!

"Aku kira kamu melarikan diri," aku tersenyum tipis saat mengucapkan kalimat itu.

Tidak ada perubahan dari ekspresinya, masih tidak terbaca olehku. Okay, sekali lagi, tidak masalah.

"Gin and tonics, aku menyukainya. Kamu?"

Pembicaraan ringan, itu yang aku lakukan sekarang. Apa itu aneh? Dia masih menatapku dengan tatapan yang sama, entah apa maksudnya.

"Same," well, suara sexy-nya kembali terdengar. Awal yang baik. Entah dia hanya tidak ingin mengeluarkan banyak kata atau memang menyukai minuman itu. Oh, anggap saja dia berbicara jujur.

"Perfect. Tell me," sesaat aku berhenti tanpa melepaskan tatapanku pada matanya.

Mungkin aku belum bilang jika dia memiliki mata yang jarang dimiliki makhluk Adam di dunia ini. Ya, mata abu-abu yang begitu menggoda. Maksudku, tidak mudah untuk memalingkan pandanganku darinya.

Seperti menunggu kalimatku, dia masih terdiam, "Truth or dare?" ucapku pelan juga dengan senyum.

"You own the game."

Oh, aku menyukai jawabannya. Di saat yang sama aku tertawa kecil. I don't care jika dia masih memperlihatkan ekspresi yang sama.

"Dare game."

"Perfect."

Mungkin dia termasuk laki-laki dengan ketenangan tingkat tinggi hingga tidak ada perubahan apa pun darinya. Okay, aku anggap itu sebagai tantangan.

Jangan mengira ini adalah permainan yang sering aku lakukan sebelumnya. Itu salah besar, aku bahkan baru pertama melakukannya hingga jantungku berdetak begitu cepat dan aku berusaha keras untuk menenangkannya.

"Really dare game," ucapku lagi tanpa menghilangkan senyum di bibirku.

1st chuckle.

2nd chuckle.

Tawa kecilku masih terdengar. Kulakukan dengan dengan sedikit menggigit bibir bawahku yang aku yakin pasti terlihat sexy sekarang. Ya, aku mencoba membuatnya merubah ekspresinya walau sepertinya sulit.

Beberapa kalimat ringan aku ucapkan dan seperti sebelumnya, dia hanya terdiam tanpa mengalihkan pandangannya sedikit pun dariku. Serasa aku akan menghilang begitu saja jika dia melepaskan pandangannya dariku. Lagi, aku masih tidak mengerti arti tatapannya. Biarlah!

Aku terus berbicara hal ringan, mencoba untuk membuat suasana nyaman di antara kami hingga tanpa aku sadari, dia mulai menggeser posisi duduknya. Tidak lagi lurus menghadap meja panjang di depan kami, namun mengarah tepat ke arahku arahku yang refleks mengikuti gerakannya hingga kami berhadap-hadapan. Mirroring, ya seperti itu. Apa ini artinya dia sudah mulai nyaman berbicara denganku. Oh, hanya aku yang berbicara lebih tepatnya dan dia hanya menjadi pendengar yang baik.

"Well, kembali pada dare game," sesaat aku berhenti, so, apa kamu ingin mendengarnya?" ucapku lagi, tidak dengan tangan yang diam seperti sebelumnya, namun tangan kecilku mulai memegangi kaos laki-laki asing itu di depanku.

"Sepertinya menarik," ucapnya masih saja datar.

Okay, mungkin aku tidak melakukan hal yang biasa dilakukan gadis tidak bermoral di luar sana, hingga dia belum bereaksi.

"Hanya permainan kecil," sesaat aku berhenti, lalu mencium rahang sexy-nya juga tersenyum tipis, "sedikit hangat, hmm, mungkin juga sedikit...."

The Hot Rebel - #hackerseries 2.1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang