Haloha, apa kabar? Semoga sehat selalu ya!
Semoga suka ya sama ceritanya
Happy reading ❤️Nakula selalu mandangin dirinya di depan kaca riasnya sepulang sekolah, ia selalu mengulang pemikirannya yaitu, keberuntungan tidak pernah ada.
Berkali-kali Nakula merasa kecewa akan sesuatu, bermimpi tinggi tapi mimpi akan tetap menjadi mimpi. Begitulah pemikirannya.
Berusaha sebaik mungkin walaupun hasilnya menyakitkan, banyak pemikiran yang ada di pikirannya.
Nakula melirik jam dindingnya waktu menunjukkan jam 14.30, dan segera saja dia mengganti pakaiannya dan mencuci wajah dan bersiap berlatih dance.
Setidaknya itu saja keahlian yang ia miliki, dan yang membuatnya bangkit.
•••
"Papa, Nakula berangkat" Nakula meraih tangan papanya dan berpamitan, "Mama, Nakula berangkat. Nanti pulang latihan aku bantu masak" pamit Nakula dan sang Mama tersenyum simpul menanggapi.
"Maaf Pa, kadang Mama terlalu pilih kasih kepada Nakula. Mama terkadang kesal dengan Nakula karena tidak bisa seperti Sade" sesal Natalia.
"Dia memang bebal dan kita bertugas membimbing anak itu" Shindu menepuk pucuk kepala sang istri dan berjalan menuju meja makan.
"Nakula" Guam Natalia dan menengok ke lantai atas tepat di kamar Sahadewa yang terlihat terbuka.
•••
"Naku, ajarin gue gerakan yang tadi sumpah puyeng gue lihat yang lain sudah bisa gue aja yang belum!!" Pekik Nigel dari kejauhan dan berlari menghampiri Nakula.
"Terus Lo dari tadi kemana?" Tawa Nakula seketika pecah melihat Nigel yang sibuk melihat junior yang sudah bisa melakukan gerakan dance yang dia maksud.
"Gue gak bisa!" Rengek Nigel.
"Sini-sini gue ajarin, biasanya paling gampang nangkep tarian. Sekarang jadi paling lama" kekeh Nakula dan mulai mempersiapkan musik.
"Kalian bisa dance sekarang ya, ni ada yang gak bisa. Kalau sudah siap banget maju ya!"
Nakula adalah ketua Club dance di sekolahnya, dia dikenal ramah walaupun jika sedang mood buruk dia akan menjadi pribadi yang berbeda.
Dia jarang memanggil dirinya kakak, semua dianggap sama. Dan dia sangat sopan kepada senior, jika seniornya buruk barulah dia berulah buruk juga.
"Udah ada yang siap?" Tanya Nakula dan masih sepi. "Yah jangan malu malu dong, kakak seniornya mau. Atau junior?" Tanyanya sekali lagi.
"Kamu aja dulu Naku, kita pada capek nih. Ehe" Misya si senior menunjukan wajah memelasnya dan membuat Nakula menuju ke tengah lapangan.
"Iya aku deh" dengusnya. Dan Misya menghidupkan musik.
Nakula menari dengan bahagia, dan di ikuti oleh sorak oleh anggota saat Nakula melakukan suatu gerakan.
Tapi seketika tarian gadis itu berhenti, saat melihat dua sosok yang begitu ia kenal berjalan bersama.
Sorot matanya begitu tajam tapi setelahnya ia menghela nafas, "paling jurnalis"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nakula
Teen FictionHiatus sebentar ya💌 Nakula, hidupnya bisa dibilang sedikit lebih berantakan dari pada saudaranya Sahadewa. Ia berbanding terbalik dengan adiknya, dia merasa bosan jika dibandingkan dengan adiknya. Segala hal selalu ada pada adiknya, keberuntungan...