"Menurutku cinta adalah perihal luka yang tertunda, hanya tinggal menunggu waktu sakitnya saja."
- Kevin☕☕☕☕☕
Ada apa denganmu? Ohh maaf, aku jadi bercerita panjang tentangku."
"Tidak, aku hanya mengingat sesuatu."
"Apa? Cerita saja. Sepertinya kau butuh seseorang buat meluapkan masalahmu"
"Tidak, aku tidak ingin merepotkanmu"
"Aku malah senang mendengarkan ceritamu. Sama sekali tidak merepotkanku."
"Menurutmu, apa itu cinta?"
Ucapku canggung."Kau bertanya padaku mengenai cinta? Kau bertanya pada orang yang salah.
aku tidak tau apa itu cinta. Bagaimana rasanya mencintai dan dicintai layaknya anak muda yang sedang dimabuk asmara.""Ah, benarkah? Apakah kau tidak pernah merasakan sesuatu yang aneh, saat berdekatan dengan seorang gadis? Maksudku, seperti perasaan saat dimana hatimu bergejolak, dan bergetar hebat. Atau pertanda lainnya yang merujuk pada ketertarikan?" ucapku panjang.
"Aku tidak tahu, rasanya belum ada satupun seorang gadis yang bisa mencuri perhatianku."
"Jangan-jangan..."
Aku ragu untuk melanjutkan ucapanku dan menatapnya dengan tatapan aneh."Tatapanmu horror sekali, kau mau mengatakan aku seorang gay?"
"Tidak, aku normal. Hanya saja, aku belum menemukannya. Dari sekian banyak perempuan yang mendekatiku, tak ada satupun yang membuatku tertarik. Mereka tak lebih dari perempuan yang menggilakan materi, atau hanya sekedar fisik." sambungnya lagi.
"Maaf, aku tidak bermaksud begitu. Kalau sudut pandangmu seburuk itu, sampai kapanpun kau tidak akan menemukan seorang gadis. Ubahlah pola pikirmu dalam menilai sesuatu. Tak semua perempuan begitu."
"Entahlah, aku hanya mengikuti apa kata hatiku. Bagiku, cinta adalah disaat aku sedang meracik kopi. Menyeduhnya dengan hati-hati, memberikan rasa yang tulus, sehingga para penikmatnya tidak melupakan kopiku. Hanya saat sedang meracik kopi aku merasa nyaman. Kau tahu? Rasanya sangat bahagia ketika seseorang puas terhadap seduhan kopiku."
Sepertinya barista di depanku ini sangat menggilai pekerjaannya. Dia sangat mencintai pekerjaannya. Menurutnya, cinta adalah memberikan secangkir kopi terbaik untuk para penikmatnya. Memberikan rasa nikmat yang tidak akan dilupakan peneguknya.
"Sepertinya kau hanya tinggal mengubahnya" ucapku.
"Maksudmu?"
"Anggap saja kopi itu adalah seorang gadis, yang kau jaga dengan hati-hati dan kau beri dengan rasa yang tulus. Sehingga dia tidak akan melupakanmu. Kemudian kau akan merasa bahagia ketika kau bisa membuatnya tersenyum bahagia."
"Aku hanya memberikan itu kepada satu gadis yang benar-benar akan menjadi akhir perjalanan cintaku. Beda dengan kopi, aku memberikan seduhan terbaik untuk siapa saja yang menjadi penikmatnya."
"Kau lelaki yang aneh, tapi unik" ucapku tersenyum.
"Benarkah? Dimana letak unikku?" tanyanya bingung.
"Kau tahu? Disaat banyak anak muda yang candu akan cinta, melakukan segala hal demi mendapatkan cintanya, kau malah tak peduli akan hal itu. Menurutku, Itu unik."
"Begitukah? Padahal aku hanya menuruti apa kata hatiku."
"Iya, begitulah."
"Omong-omong, aku baru kali ini bicara banyak dengan seorang perempuan. Kecuali mamaku."
"Ah benarkah?" tanyaku kaget.
"Sepertinya kau tidak percaya. kau tahu? Mamaku saja selalu mencoba memperkenalkan aku dengan seorang gadis, aku tidak tahu gadis dari mana itu."
"Lalu kenapa kau tidak mencoba berkenalan dengan gadis pilihan mamamu?"
"Aku tidak suka dijodohkan. Seperti aku tidak bisa mencari pasangan hidup sendiri saja. Kalau aku mau, sudah dari dulu aku melakukannya."
"Hahaha, kau lucu sekali. Tentu saja mamamu melakukan itu, mamamu khawatir kau tidak bisa mencari pasanganmu sendiri, apalagi kau belum pernah membawakan seorang gadis untuknya."
"Hmm sepertinya kau benar juga."
"Tentu saja, cobalah untuk lebih membuka hatimu terhadap orang-orang di sekitarmu. Tetapi jangan salah memberi hati. Jangan sepertiku yang salah menjamu seseorang yang ternyata hanya berniat singgah, seharusnya aku hanya memberikannya kopi tetapi aku terlalu baik memberikannya hati."
"Oh, jadi itu kah masalahmu? Itu yang menyebabkan malam ini kau terlihat menyedihkan?"
"Hmm ya. Kau tahu bagaimana rasanya dikhianati oleh orang yang kau sayangi? Sepertinya aku tak perlu menjelaskan secara detail, tak perlu juga berbelit-belit mengungkapkan dengan kata-kata yang penuh kiasan dan puitis. Cukup kau bayangkan saja jika kau berada di posisiku."
"Aku memberikan semua untuknya, melakukan apapun yang dia mau. Bahkan aku selalu mengerjakan tugas-tugas kuliahnya yang menyita jam tidurku, padahal tugasku sendiri sangat menumpuk. Dengan bodohnya aku mau diperbudak olehnya.
Kau tahu, vin? Dia tidak mencintaiku, dia memanfaatkanku." sambungku lagi, aku tidak sadar ternyata air mataku telah menetes lagi."Bel, tenanglah. Hapus air matamu itu. Dia tak pantas kau tangisi." ucapnya lalu menghapus air mataku.
"Dengarkan aku, Air matamu terlalu berharga untuk menangisi orang murahan seperti dia. Kau perempuan baik, perempuan tulus sepertimu sangat langka. Kau tidak kehilangannya, lelaki bodoh itulah yang justru kehilangan dirimu." sambungnya.
Aku tidak membalas perkataannya, hanya membiarkan air mataku mengalir keluar. Aku tak mampu lagi untuk berkata-kata. Kevin menghapus air mataku. Lelaki itu tampak sangat peduli kepadaku, dia seperti tak ingin air mataku terbuang sia-sia.
Sorotan matanya membuatku nyaman, aku benar-benar merasa tenang."Inilah alasan kenapa aku tidak mau bermain cinta, aku belum siap untuk terluka. Menurutku cinta adalah perihal luka yang tertunda, hanya tinggal menunggu waktu sakitnya saja." ucapnya lagi.
"Sudah larut malam, gadis sepertimu seharusnya sudah berada di rumah. Bersiap-siaplah, aku akan mengantarmu pulang." sambungnya.
"Tidak usah, kau sudah terlalu banyak membantuku. Aku bisa pulang sendiri." bantahku.
"Sudahlah, apa kau tidak kasihan dengan dirimu sendiri, heh? Hatimu sudah cukup terluka secara psikis. Apakah secara fisik kau mau terluka juga? Aku tidak ingin ada apa-apa denganmu di jalan."
"Hmm, baiklah." ucapku pelan.
"Tunggu sebentar, aku akan menutup cafeku terlebih dahulu."
"Baiklah."
☕☕☕☕☕
A.N
Gimana? Suka ga sama part ini?
Kalo suka jangan lupa tinggalkan jejak vote ya, hehe.
Kritik dan sarannya di komentar juga boleh :)
Makasih yang udah baca. See u next part. 🍭🍭
KAMU SEDANG MEMBACA
Secangkir Espresso
Teen FictionTentang secangkir espresso yang membawanya kepadaku. Apakah menurut kalian espresso adalah secangkir kopi yang pahit? Jawabannya benar. Tetapi, sepahit-pahitnya espresso selalu punya caranya sendiri untuk membuat sebagian orang tetap ingin mencicip...