-4-

27 7 1
                                    


Setelah terbangun dari tidurnya, perempuan yang memakai kaos warna hitam kebesaran dengan celana bahan pendek serta rambut yang di ikat asal yang menambah kesan manis itu sedang mengaduk-ngaduk minumannya. Kia berjalan menuju teras rumahnya. Ya, ke saung itu. Setelah sampai di saung itu pun, kia menaruh kopi yang ia buat tadi. Ya, hanya secangkir kopi hitam ditambah susu yang sangat kia sukai. Kia pun duduk di saung itu, tangannya pun menyalakan radio. Hanya radio, butut.

Saat kia menyeruput kopinya

"Ki, ibu ke warung dulu ya. Jaga rumah." Ibu dengan tangan kiri menggenggam nharu dan tangan kanannya menggenggam tangan nhara itu pun berjalan keluar dari pintu

"Loh. Nhara sama nharu disini aja bu sama kia, Ribet kan nanti" ucap kia yang bangun dari duduk nya dan mendekat kearah ibunya

"Kalo mau juga udah ibu titipin dari tadi, ki. Orang ini mereka yang mau jajan." Ucap ibu dengan wajah masam

"Ehehe...kak kiki mau ikut jajan nggak?" Tanya nhara dengan cengengesan

Lantas, kia pun menundukan wajah nya untuk menatap anak kecil, itu.

"Jangan jajan deh kak, entar kak kiki tangan nya jadi pada gede kayak si popaye ya ehe" membayangkannyapun kia sama sekali tidak mau

Ibu pun tertawa

"iya iya kakak ngga jajan, ayo sana" ucap kia

"Eh bentar, bu. Kia nitip kopi hitam sama susu kental manis ya. Di dapur udah abis." Lanjut kia

"Iya, nek" jawab ibu dengan sedikit tertawa

"Yaallah, ibu doain anaknya udah nenek nenek ya?" Ucap kia kaget

"Iya. Kan yang suka ngopi itu, nenek nenek" ucap ibu yang makin menjauh

Itulah keluarganya. Selama ini, keluarganya selalu begitu. Hangat. Tidak dingin. Ya, tidak seperti hati kia. Eh, tuhkan malah nyambung ke hati.

Kembali.

Iya, begitulah suasana keluarga kia. Selama ini, hanya ada candaan, tawaan, perhatian dan banyak lagi dari keluarganya itu. Tak ada pertengkaran.

---

"Balon ku ada lima lupa lupa walnanya balon ku tinggal empat ku pegang erat erat" nyanyian nhara itu terus menggema hingga kini ibu, nhara, dan nharu yang hampir sampai ke warung itu

"Meletus balon hijau..." nharu melanjutkan nyanyian nhara dan tiba tiba

"DORRR" teriakan itu berhasil membuat nhara,nharu hingga ibu kia pun menoleh ke pada seorang laki laki yang sedang duduk di saung yang terdapat dekat warung itu

Sedangkan yang ditatap hanya memasang wajah malu malu masam. Siapa lagi kalau bukan eno.

Saat ini eno hanya sendiri di warung itu karena semua temannya sudah pulang kerumah. Sedangkan eno sangat malas pulang. Baginya, disini adalah tempat paling nyaman.

"Loh kok kakak itu ngelanjutin nyanyian kita ya la?" Wajah nharu pun menatap wajah eno dengan aneh

Eno yang sedang ditatap pun, beranjak dari saung dan mendekati mereka.

"Eh, maaf ya dek. Tadi kakak ngelanjutin nyanyian adek adek, kakak kaget sih" ucap eno yang sedang menjajarkan tubuhnya dengan nhara dan nharu

"Maaf ya, bu" eno pun mendongak menatap wajah ibu kia

"Eh, iya. Gapapa. Anak dua ini emang suka nyanyi dek. Jadi begini deh" uūiocap ibu dengan senyumannya

"Nhara nharu disini dulu ya, ibu mau ngambil kopi sama susu pesanan kak kia dulu" ucap ibu

"Nitip ya, dek" lanjut ibu kepada eno

Eno yang pun mengangguk sambil tersenyum

"Kakak namanya siapa?" Tanya nharu dengan mata selidik

"Nama kakak, eno." eno mengangkat tangannya

"Kalian ga mau salim?" Tanya eno yang melihat 2 anak kecil itu sedang menatap aneh kearahnya

"Eh iya kak" nhara pun mendahulukan untuk mencium punggung tangan eno dan selanjutnya di susul oleh nharu

"Nhara nharu, kalian mau jajan apa?" Ucapan ibu lantas membuat nhara dan nharu menoleh

"Nhala mau pelmen lasa coklat bu" tangan nhara menunjuk salah satu permen yang menggantung di warung itu

"Nhalu yang lasa stlobeli bu" nharu berucap

Ibu pun sudah siap dengan belanjaan yang di tenteng plastik hitam itu.


"

Ayok, kita pulang ya" ucap ibu dengan meraih tangan nhara dan nharu

"Duluan ya dek" lanjut ibu kepada eno

"Eh iya, bu hati hati. Dadaaah" eno mengangkat tangan nya dan menggoyang goyangkan diatas udara dengan maksud salam perjumpaan kepada nhara dan nharu

"Dadaahhh" nhara dan nharu pun serentak.
-

Langit jingga pun sudah terlihat, hari sudah menjelang petang. Kopi itu sudah mulai habis, sangat terlihat dari ampas yang sudah terlihat jelas pada cangkir itu. Tapi kia terus saja meneteskan airnya pada mulutnya.

Di sampingnya ada ponsel genggam yang jauh dari kata bagus. layar ponsel itu sudah terlihat retak retak, sekilas gambar retak itu terlihat seperti sarang laba-laba. Ponsel itu menyala, menandakan ada pemberitahuan. Kia pun membukanya.

Satyaarganda telah membuat grup "11mipa2"

Satyaarganda telah menambahkan anda

Tanpa membaca isi dari pesan grup itu pun, kia lekas menutupnya. Rasanya tidak penting.

Setelah di rasa kopinya sudah habis. Kia beranjak dari tempat duduknya. Ia pun memasuki rumah sederhana itu. Dan membersihkan diri.

---






maafkan saya yang sudah jarang update ya. Maaf kalau kalian udah nunggu (padahal mah boro2 ada yang nunggu wkwk). Terima kasih untuk yang sudah mantengin terus hehe. Dadaah

Bisakah kita bersama?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang