Saya ambil semua karakter di story ini dari Bleeding heart. Anggap saja prekuelnya ya, jadi Sasu belum nikah sama Naru.
Happy reading.
Braakk...
Sasuke menutup pintu mobil dengan kasar, tidak peduli jika benda tua itu kemungkinan akan rusak. Langkahnya cepat saat memasuki sebuah apartement mewah bertingkat entah berapa Sasuke malas menghitungnya. Mengeratkan jaket usang yang melapisi kemejanya yang lusuh, tidak memedulikan security yang menatapnya tidak yakin, mungkin mengira dirinya gelandangan atau preman dan hampir saja menghalanginya masuk kalau saja Sasuke tidak bergerak lebih cepat dengan menyodorkan lencana polisi yang dimilikinya tepat di depan wajah petugas keamanan yang kini meneguk ludah, mempersilahkannya masuk. Wajah security itu tampak pias saat Sasuke memberikan tatapan paling tajamnya. Kepala pria raven mengedik pelan pada anak buahnya yang berjalan di belakang, memberi isyarat untuk mengikutinya masuk.
"Jangan macam - macam dengannya. Dia sedang dalam mood yang buruk...'' seorang pria dengan rambut coklat mendekatkan wajahnya pada security yang reflek menjauhkan kepalanya. Mengangguk cepat, hanya agar pria itu segera menjauh dari hadapannya.
"Kiba... berhenti bergosip!''
Kali ini pria berambut coklat itu yang meneguk ludah saat suara Sasuke memasuki pendengarannya.
"Saya tidak bergosip Ketua''
Kiba berlari kecil memasuki gedung apartement mengejar Sasuke yang sudah lebih dulu masuk. Tidak ingin kena damprat atasannya.
Kiba melihat orang - orang dari bagian forensik membawa sebuah kantong mayat, dan sekarang sedang bicara dengan Sasuke. Salah satu memberikan laporan sementara, penyelidikan awal tentang kondisi mayat dan kemungkinan penyebab kematiannya.
Sasuke mengintrusikan agar petugas itu menurunkan mayat Hidate sebentar dan membukanya. Dahi pria raven itu mengerut begitu melihat luka di kepala korban. Mengamatinya sejenak setelah menyerap semua informasi yang didapatnya, Sasuke memberi isyarat pada petugas untuk melanjutkan pekerjaannya.
"Pastikan orang - orang forensik sudah memberikan laporannya padaku esok hari. Aku tidak ingin akhir pekanku diganggu dengan mayat atau hal - hal yang akan merusak selera makanku'' Perintahnya pada Kiba.
"Satu lagi, dapatkan rekaman kamera pengawas gedung ini '' lanjut Sasuke sembari menekan nomor 12b saat memasuki lift, berdecak kesal saat menyadari di dunia yang modern seperti ini orang - orang masih saja percaya hal - hal konyol semacam kutukan angka 13. Memangnya apa yang menakutkan dari angka 13, bukankah hidup justru lebih menakutkan dibanding percaya pada hal - hal diluar nalar.
"Anda bisa mengandalkanku Ketua'' cengiran lebar Kiba tidak membuat Sasuke merubah raut kesalnya. Beruntung Sasuke tidak berlama - lama melihat wajah Kiba karena pintu lift segera menutup.
Bagaimana tidak kesal, ini sudah tengah malam, tapi mendadak dia harus berurusan dengan kasus yang di duga bunuh diri, atau mungkin ini pembunuhan, Sasuke belum berani menyimpulkan hanya dari mendengar laporan petugas forensik yang sudah lebih dulu datang memeriksa kondisi mayat sekaligus membawa mayat dengan kepala berlubang tertembus peluru tadi.
Kotak lift yang membawanya naik, berhenti saat sudah sampai di lantai yang dia tuju. Bergegas Sasuke keluar, berjalan dengan langkah lebar pada salah satu unit yang tampak ramai dengan garis polisi membatasi pintu masuknya. Namun itu tidak menyurutkan para penghuni apartement lain yang penasaran dengan apa yang sudah terjadi.
"Ada siapa di dalam?''
Sasuke bertanya pada petugas yang berjaga di depan pintu, menghalangi beberapa orang yang tampak berkerumun ingin melihat apa yang terjadi di dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DARKNESS OF HEART
FanfictionSasuke harus berkejaran dengan waktu untuk menemukan pembunuh gila yang berkeliaran di kotanya. Belum lagi hidupnya yang mendadak harus direcoki seorang Uzumaki Naruto yang mendadak selalu ditemuinya. Sasuke yakin pria itu sebenarnya penguntit. A N...