Susana gelap menyambut kesadaran Sarada. Bukan, ruangan ini tak sepenuhnya gelap, ada cahaya remang-remang di sudut.
Sarada tercengang ketika menyadari tangan dan kakinya terikat, begitu dengan yang lain. Sarada melempar pandangan ke penjuru ruangan. Ternyata baru dia yang sadar.
Sarada berusaha menyenggol orang di sampingnya, ia tak tahu pasti itu siapa karena pencahayaan super minim.
Boruto.
Ia mengenalinya karena jaket Boruto itu halus, dibuat dari katun. Juga ukuran memadai dari tubuh Naruto kedua tersebut.
Sarada merambat meraba ke atas, benar saja ketika tangannya menyentuh rambut Boruto yang mekar. Sangat kusut, entah kenapa.
"Boruto! Boruto!" bisik Sarada, berupaya menyadarkannya.
Hening.
Sarada rasa Boruto pingsan. Ia berniat berteriak, tapi takut membuat penculik sadar dia sudah bangun.
Suara tapak kaki menggema membuat Sarada makin was-was. Memecah keheningan kala mata merah Sarada mencari si pelaku pembuat suara.
"Hai." Suara berat menyapanya, disertai suara langkah kaki yang terhenti.
Sarada mengeram. "Siapa kamu!"
Aneh saja ketika si suara berat tersebut tertawa renyah, tapi setelah ini diam seperti tak pernah tertawa.
"Siapa aku?" Dia balik bertanya.
Sarada membelak ketakutan ketika wajah suara berat menyembul di balik kegelapan, persis di hidung Sarada. Hanya berjarak beberapa senti.
"Ka ... kau mau apa?"
Cup.
Kecupan manis mendarat di bibirnya. Sangat lembut, tak ada pemaksaan. Sarada hanya bisa melotot kaget. Kalau memang harus jujur, kecupan ini sangat membuat tentram hatinya.
Sampai dia tersadar, Sarada menggeleng, membuat adegan itu terpotong. Setelah ini berbunyi gumaman kecewa.
Sarada mendongak, menatap wajah orang tadi. Orang itu bukanlah berbadan gempal dengan bulu-bulu halus di tubuhnya. Bukan juga berwajah menakutkan.
Sungguh sangatlah atletis, di luar kepala. Rahang kokoh, hidung mancung, dan mata yang bisa menghipnotis siapapun. Hanya saja Sarada ... agak lupa siapa dia.
"Aku ... seperti pernah melihatmu." Sarada memiringkan wajah, berusaha mengingat-ingat.
"Hm. Tidak usah diiingat." Orang tersebut membelai rambut Sarada.
"Karena aku mencintaimu."
Sedetik kemudian pandangan Sarada gelap, hampa.
**************
"Yosha! Kita akan berangkat-ttebayo!" girang Naruto sambil mengagkat tangannya tinggi-tinggi.
"Anakmu diculik, malah seneng," cibir Ino sembari mengecek kembali barang bawaannya.
"Apa nggak terlalu jauh kita ke Desa Kumogakure? Di sana kan, Desa terpencil?" tanya Tenten.
"Menurut bukti yang ada, pelakunya ada di Kumogakure." Sai berujar.
"Kita itu ninja!" sahut Naruto cepat.
"Semuanya udah siap, kan?" Shikamaru berkomando.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Machine
FanficBoruto dan kawan-kawan selalu saja bermusuhan satu sama lain. Setiap hari mereka selalu bertengkar. Entah itu masalah sepele atau besar. Tapi, Tuhan mungkin mengirimkan sebuah hikmah yang membuat mereka berubah. Boruto dan kawan-kawan terjebak di me...