Chapter 3 - Alias or Real?

6.4K 474 33
                                    

DOR DOR DOR

Tembakan itu terus terdengar. Kami masih berguling dengan tangannya yang masih memelukku dengan begitu erat juga kuat. Sebenarnya siapa yang menembakkan peluru itu? Berapa orang? Aku masih belum bisa melihatnya sekarang apalagi kami sudah bersembunyi di balik sofa.

"Stay here," ucapnya masih dengan ekspresi yang sama yang tidak kumengerti artinya dan hanya anggukan yang aku berikan tanpa mengucapkan apa pun. Satu pertanyaan besarku di sini: who is he?

Aku sudah duduk menyandar di balik sofa dan dia mulai tiarap dengan tangan mengarahkan pistolnya ke ruangan tengah, arah pintu masuk suite room ini lebih tepatnya. Entah dari kapan dia mengambil pistolnya itu, aku jelas tidak menyadarinya karena memang aku sudah terlalu melayang karena ciumannya yang memabukkan itu. Satu yang tidak kumengerti, bagaimana si penembak itu‒siapa pun dia‒dapat memasuki ruangan ini yang jelas terkunci dengan jarak yang tidak begitu lama dari kami memasuki suite room yang mengagumkan ini?

Jleb.

Itu tembakannya yang aku yakin pistol itu dilengkapi dengan peredam suara hingga tidak ada bunyi nyaring.

"BRENGS*K."

Oh my, apa itu artinya tembakannya tepat mengenai sasaran?

DOR DOR DOR

Oh, aku sudah tidak bisa membedakan tembakan dari siapa itu yang pasti dia masih pada posisi yang sama. Sesaat dia mengalihkan pandangannya padaku seperti memastikan aku baik-baik saja di tempatku berada. Itu menurutku!

DOR DOR DOR

Suara tembakan terus terdengar. Kini, dia tidak lagi tiarap, namun duduk dengan begitu cepat. Entah apa namanya dan yang aku tahu dia sudah membantuku berdiri begitu saja dengan sedikit mengangkat tubuhku hingga aku berdiri sempurna. Bukannya melepasku, dia semakin kuat memegang tanganku. Baru kusadari sudah tidak ada suara tembakan yang terdengar sekarang.

My goodness.

Beberapa orang terlihat tergeletak di lantai tidak jauh dari tengah ruangan dan pintu masuk. Ini berarti, dia, laki-laki yang sekarang masih menggenggam tanganku itu yang menghabisinya. Bisa dibayangkan jika dia hanya tiarap saat melakukan tembakannya itu dan semua musuhnya tidak bersisa satu pun? Kalimat apa yang harus aku gunakan untuk menyebut laki-laki sexy juga terlalu tampan ini. Good shooter? Itu sudah jelas. Bahkan dia tidak memerlukan banyak gerakan untuk melakukannya. Kini aku semakin yakin jika aku salah memilih targetku. Tetapi sepertinya bukan itu masalahku, aku bahkan semakin penasaran akan siapa dia sebenarnya.

"We should go," ucapnya cepat, tanpa melihatku.

Detik berikutnya, dia mengambil cepat jaketnya yang sempat aku buka sebelumnya. Bukannya memakainya, dia memegangnya dengan tangan kirinya dan tangan kanannya masih menggenggam tanganku dengan begitu erat juga kuat. Hei, aku tidak akan lari hanya karena ketakutan akan alunan pistol!

Belum sempat aku menjawabnya, dia sudah membuka pintu ruangan. Tetapi sepertinya bukan itu yang harus aku khawatirkan, namun....

DOR!

What?

Aku yakin gerakannya begitu cepat hingga peluru yang ditembakkan oleh siapa pun itu dapat kami hindari. Itu benar, dia sudah berguling begitu cepat dengan memelukku.

Jleb jleb

Itu tembakannya yang membuat mataku membulat saat menyadarinya.

Two down!

Dua penembak yang aku yakin memberikan sambutan dengan pistol mereka sebelumnya itu, sudah tergeletak begitu saja. Tanpa mengatakan apa pun dia kembali membantuku berdiri. Lagi dan lagi dengan mengangkat tubuh kecilku yang aku yakin terlalu ringan bagi tubuhnya yang aku bisa mengatakan begitu atletis dan terbentuk sempurna itu.

The Hot Rebel - #hackerseries 2.1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang