Sahabatku Tercinta

265 45 43
                                    

Di pagi yang cerah ini, Dinda sudah siap dengan jas almamater kedokterannya. Wajah cantiknya ia poles dengan riasan minimalis, dan Rambut indahnya diikat sebagian, membuatnya tampak begitu anggun.

Dinda menghampiri Kharisma, sang ibunda yang sedang duduk di ruang makan.
Penampilan Dinda itu membuat Kharisma tersenyum bahagia karena putri kecilnya telah menjelma menjadi bidadari cantik yang siap menyelamatkan banyak nyawa.

"Eehemmm ... mulai deh mamaku yang cantik mengkhayal tinggi," celetuk Dinda, melihat sang ibunda tersenyum seraya terpaku memandangnya.

Kharisma selalu berharap setelah Dinda selesai kuliah kedokteran, ia menjadi Dokter handal yang menyelamatkan banyak nyawa, tanpa mematok harga.

Kharisma tersenyum menanggapi celetukan putrinya, lantas ia menyodorkan sepasang roti tawar yang telah dilengkapi selembar keju dan telur ceplok.

"Masih 1 tahun lagi, Mah ... do'ain Dinda ya!" ucap Dinda.

"Pasti, Sayang," jawab Kharisma, dengan senyum penuh kasihnya.

"Do'ain Eza juga ya, Mah! hari ini Eza rapat hasil pemilihan pemimpin perusahaan cabang," sela Eza, kakak Dinda yang baru saja ikut bergabung di ruang makan.

"Pasti, Sayang ... Mama pasti do'ain anak-anak Mama sukses selalu," saut Kharisma.

Dinda dan Ezapun tersenyum bahagia, mereka sangat bahagia memiliki seorang ibu seperti Kharisma, yang dengan tegar merawat dan meyayangi mereka tanpa seorang ayah. Ayah mereka sudah meninggal karena kecelakaan saat Dinda baru dilahirkan. Shock berat tentu sempat dialami Kharisma kala itu, namun demi kedua buah hatinya ia harus tetap tegar.

"Mah ... Kak ... aku berangkat dulu ya. Aku harus bangunin Rizky, " pamit Dinda setelah menyelesaikan sarapannya.

"Lama-lama kamu udah kayak istrinya Rizky aja, Din," celetuk Eza.

"Hentikan ocehanmu, Kak!" Hardik Dinda, Dinda tahu Eza selalu menggodanya setiap melihat perhatiannya pada Rizky, sahabatnya yang tinggal di sebelah rumahnya.

Dinda segera meninggalkan rumahnya setelah mencium pipi kanan Kharisma, mengabaikan Eza yang masih bersuara menggodanya.

*****
Dinda tiba di rumah Rizky. Seorang wanita paruh baya yang bekerja sebagai ART di rumah Rizky, membukakan pintu untuknya.

"Terimakasih, Bi," ucap Dinda. Lalu tanpa dipersilahkan, Dinda sudah memasuki rumah Rizky, dan bergegas menuju kamar Rizky karena dia yakin Rizky masih tertidur pulas saat ini.

"Pagi, Din." Suara Rahul, ayah Rizky menghentikan langkah Dinda.

"Ehhh ... Om Rahul. Pagi, Om," jawab Dinda dengan cengirannya.

"Kebiasaan deh kamu, Din," oceh Rahul.

Dinda hanya menunjukkan barisan gigi putihnya untuk menanggapi ocehan Rahul.

"Ya udah, bangunin tuh suamimu!" Rahul sama saja dengan Eza, selalu senang menggodai Dinda seperti itu.

"Ih ... Om sama aja deh sama kak Eza," saut Dinda dengan wajah kesalnya.

Rahul terkekeh melihat wajah kesal Dinda, ia sangat berharap Dinda dan Rizky lebih dari sekedar sahabat karena Rahul tahu bagaimana perasaan putranya pada Dinda. Status sahabat membuat Rizky harus memendam perasaannya pada Dinda.

*******
Dinda sudah memasuki kamar Rizky, tanpa menghiraukan ocehan Rahul yang terus menggodanya.

"Ky ... bangun dong! Udah siang nih," Dinda menggoyang-goyangkan tubuh Rizky yang tengkurap, seraya memeluk gulingnya. Terlihat sangat nyaman posisi Rizky saat ini.

Love Inside FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang