-BAGIAN LIMA BELAS-
"Tidak ada jalan lain untukku, selain kembali kepadamu."
________________________Kepalan tangan Mylan semakin kuat saat matanya menatap tiga orang perempuan yang baru saja menampakkan diri sambil tertawa terpingkal-pingkal. Emosinya seakan meledak ingin segera menghampiri ketiga perempuan itu, jika saja Arka tidak menahan bahunya.
"Sabar dulu Lan. Dengerin penjelasannya Sari," ucap Arka menenangkan Mylan.
"Gue cuma dapat perintah. Lo tahu sendiri kalau mereka itu hoby nge-bully gue kan? Dan untuk kali ini, ancamannya bikin gue nggak punya pilihan Ga." Jelas Perempuan berkaca mata itu pada Yoga. "Mereka bakal keluarin gue dari sekolah Ga! Lo tau keadaan gue kan?" Sambungnya dengan suara serak. Dia masih belum menyadari jika ketiga perempuan itu, kini tengah memandang dirinya.
Ketiga perempuan itu menghentikan tawa ketika melihat Sari tengah dikerumuni beberapa orang. Seketika Belvi menatap Genna dan Nindi yang sama bingungnya. Apa mungkin dia mengadu pada teman-teman Kania? Harusnya mulut perempuan itu mereka bungkam dengan sepatu, sebelum membiarkannya pergi begitu saja.
"Lo bilang terkendali!" Seru Nindi pada Genna.
"G-gue udah lakuin apa yang Belvi suruh!" Sentaknya dengan suara gemetar.
"Stop!" Bentak Belvi kembali memperhatikan Sari yang membelakanginya.
Bukan lagi Sari, kini yang menjadi pusat pandangan Belvi adalah seorang lelaki yang berjalan menghampiri mereka dengan tatapan tajam. Dia tidak tahu jika rencananya ini akan terbongkar dengan sangat mudahnya.
Mylan langsung menyeret lengan Belvi dan mendorongnya hingga hampir kehilangan keseimbangan. "Maksud lo apa sih?" Protes Belvi.
"Kania mana?"
"Mana gue tau!" Belvi memalingkan wajahnya, menatap Genna dan Nindi. Mengisyaratkan kepada mereka untuk segera pergi.
Namun saat baru saja berbalik, langkah mereka sudah dihadang oleh Gio dan Arka. "Cakep! Jangan buru-buru," goda Gio pada Genna.
"Najis!!" Cibiran Genna membuat Arka memecah tawa dan mengelus pundak Gio dengan kasar.
"Nggak usah pura-pura nggak tau!" Bentak Mylan. "Gue juga bisa dengan mudah nendang lo keluar dari sekolah." Sambungnya, membuat Belvi kembali menatap Mylan yang termakan emosi.
Bukannya takut, mendengar kalimat itu justru membuat Belvi menyeringai. "Lo yakin masih bisa? Bukannya lo itu udah nggak berharga buat bokap lo?"
Ingat! Mylan bukanlah tipe cowok yang selalu menghargai perempuan. Masa bodoh dengan harga diri. Jika matanya melihat kesalahan, dia tidak akan mempertimbangkan kedudukan lawannya.
Mylan meremas kerah baju Belvi dan mendorong perempuan itu hingga terhimpit pada pohon di belakangnya. "Jangan mancing emosi gue! Lo cukup jawab pertanyaan pertama gue!" Tekan Mylan penuh intimidasi.
"Lan, dia masih di dalam hutan!" Teriak Yoga setelah berhasil mencari informasi dari Sari.
Cowok itu berjalan dengan langkah cepat bersama Sari yang berada di belakangnya. "Hutan sana." Jelas Yoga menujuk sebuah arah di mana Belvi dan dayangnya keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful✔️[Complete]
Teen FictionRE-WRITING (SOON)!!! Pertemuan kita bukanlah sebuah kebetulan, walaupun juga bukan sebuah takdir. Namun tetaplah, bersamamu adalah waktu-waktu yang sangat berharga. Aku tahu setiap pertemuan akan ada perpisahan, namun akan ada dimana sepasang insan...