Bagi Rubby cewe blasteran indo-canada itu, Teman adalah sesuatu yang sangat tidak penting baginya. Bahkan Dia hampir tidak memiliki teman satu orangpun dari kecil sampai sekarang.
Meskipun Raga papanya Rubby selalu meminta anaknya itu untuk berteman, namun Rubby tidak menurutinya. Entahlah karena apa dia tidak mau.
Sampai ketika, ada seorang laki laki yang entah dari mana mulai mendekatinya.
"Hai, kenalin gue Azka Mahardika, panggil aja Dika. Nama lo siapa?"
Ucap seorang cowok itu yang tidak sama sekali Rubby hiraukan. Dia hanya saja tetap fokus pada handphonenya.
Padahal cowok yang mengajaknya ngobrol itu lumayan ganteng.
Bukan suara Rubby yang terdengar, melainkan suara anak kelasnya yang bersuara.
"Dih, mau maunya ya itu si ganteng ngomong sama si Rubby, mending sama gue"
"Haduh mas, tembok ko diajak ngomong? Ya gabakal nyautlah"
"Gila itu si Rubby so kalem banget. Ada yang ngajak ngomong juga bukannya ditanggepin eh malah didiemin."
Ya, kira kira begitulah tanggapan teman sekelasnya, oh tidak, bagi Rubby mereka bukan temannya.
Sedangkan cowok yang sedang mengajak Rubby ngobrol itu yang bernama Azka Mahardika dan biasa disebut Dika itu kebingungan.
Ya, dia memang murid baru disini. Jadi dia tidak mengerti apa yang dikatakan teman sekelasnya itu.
"Em... Nama lo Rubby ya? Gue tadi gak sengaja denger dari mereka hehe. Gue boleh duduk disebelah lo gak?" Ucap cowok itu lagi, yang pastinya tidak mendapatkan respon apapun dari orang diajak bicaranya itu.
Namun, tak berapa lama Rubby melirik cowok yang ada disampingnya itu. Lantas Rubby mengangguk. Wait, dia mengangguk? Dia memberikan respon? Gak salah?
Semua temen sekelasnyapun berfikiran seperti itu, mungkin.
Tanpa pikir panjang, cowok itu langsung duduk disampingnya. Dia tidak mau kalau cewek ini tiba tiba berubah pikiran.
Sebenernya, Dika si cowok itu sangat penasaran sekali. Mengapa temen sekelasnya itu saling membisikan seperti itu. Dan dia juga sangat penasaran mengapa Rubby secuek itu kepada orang baru seperti dia.
Mungkin, Dika hanya menyangka bahwa Rubby cuek seperti itu hanya kepadanya saja. Tapi, itu sangat tidak benar. Faktanya, Rubby memang sangat cuek kepada semua orang. Terkecuali kepada orang tuanya dan guru guru disekolahnya.
"Jadi penasaran." Bantin Dika.
•••
Setelah bel berbunyi yang menandakan istirahat. Rubby berdiri dengan sigap dan siap untuk berjalan keluar kelas. Namun, tangannya ditahan oleh seseorang yang membuat Dia berbalik dan bertanya melalui tatapan mata.
"Lo mau kemana?" Tanya seseorang menahannya itu, dan ternyata orangnya tak lain adalah Dika.
Rubby diam, dia menghela nafas panjang dan berusaha melepaskan tangannya yang dipegang oleh Dika. Dan tentunya Dikapun tak melepaskannya.
"Lo mau kemana? Gue ikut. Gue gak tau tempat tempat disekolah ini. Lo tega ninggalin gue sendirian disini?" Ucapnya sambil menatap Rubby dengan tatapan memohon.
Rubby yang ditatap seperti itu pun mengalihkan pandangannya. Jujur, Rubby tidak kuat kalo ada orang menatapnya dengan tatapan yang memohon seperti yang dilakukan oleh Dika sekarang.
Tanpa bicara panjang lebar, tangan Rubby yang kini dipegang oleh Dika berhasil dilepasnya dan justru sekarang gantian, Rubby yang memegangnya dan menariknya keluar dari kelas.
Dika tidak menyangka Rubby akan melakukan ini. Sungguh, dia tidak menyangka sekali.
Dan sampailah mereka di rooftop sekolahnya.
"Ko kesini? Gue tuh laper. Gue mau kekantin." Protes Dika
Dika menunggu respon dari temennya itu. Hanya terdengar helaan nafas panjang saja. Rubby tidak mendengarkan kah?
"Rubby, gue mau tanya. Kenapa sih lo itu jarang banget ngomong? Sampe sampe temen sekelas lo itu pada ngomongin lo. Dan lo hanya diam saja. Gak mau memprotes gitu? Atau ngelakuin perlawanan kek?"
Dika bicara panjang lebar. Dan sudah pasti hanya ditanggapin dengan tatapan mata saja oleh Rubby.
"Nih ya dengerin gue. Lo itu udah diajarin ngomong kan sama bokap, nyokap lo?"
Dika menghela nafas panjang, lalu melanjutkan lagi omongannya.
"Pasti udah lah ya. Nah, buat apa ortu lo ngajarin ngomong? Buat lo bisa ngomongkan? Terus kalo lo bisa ngomong kenapa lo diem aja sih? Greget gue."
Omel Dika panjang lebar. Entah karena apa dia mau bicara seperti itu. Mungkin karna dia peduli? Atau karena hal lain? Entahlah, hanya dia dan tuhan yang tahu.
"Brisik!" Satu kata yang akhirnya keluar dari mulut Rubby.
Dika senang. Ya, dia sangat senang. Akhirnya temannya itu berbicara juga kepadanya. Ya walaupun hanya satu kata doang.
"Woahh.. Akhirnya lo ngomong juga. Gak sia sia gue ngomong panjang lebar haha. Gitu dong. Lain kali kalo---"
Dika tidak melanjutkan ucapannya. Karena Rubby malah meninggalkannya.
Ya, Rubby pergi tanpa izin kepada Dika. Padahal, dia yang membawa Dika kesini, dan seharusnyapun dia juga yang membawa Dika pergi dari sini.
"WOY RUBBY! ANJIRLAH. GUE TUH LAGI NGOMONG. NAPA LO PERGI SIH? AH KAMBING."
Amuk Dika yang sudah tidak bisa ditahan sama sekali.
Rubby memang bener bener keterlaluan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDSHIP
Teen FictionIni merupakan sebuah kisah tentang seseorang yang anti sekali dengan yang namanya pertemanan. Namun, tiba tiba seseorang tersebut mempunyai seorang sahabat dan justru dia malah bergantung kepada sahabatnya itu. Penasaran? Yu tinggal dibaca aja:) si...