if (bila)

111 18 4
                                    

Nakajima Yuto and Inoo Kei
.
.

Bila saja hari itu tidak sedang panas, mungkin saat ini aku tidak sedang berjalan terburu-buru memasuki minimarket hanya untuk membeli sebotol air dingin. Musim panas memang selalu menyebalkan, aku tak terlalu suka udara sepanas ini.

"Yuto... Kita duluan ya!" kata teman-temanku meminta izin untuk pulang lebih dulu. Aku pun hanya mengangguk sambil tersenyum memberi izin pada mereka.

Yaah.. Bila saja udara tidak terlalu panas, mungkin lebih baik aku berjalan pulang kerumah dan menyalakan AC. Tapi baru saja setengah perjalanan, aku sudah merasa dehidrasi. Maka dari itu, kini aku sampai pada minimarket yang sebelumnya tak pernah aku kunjungi.

"Selamat datang, selamat berbelanja." ucap pelayan minimarket penuh senyum basa-basi.

Aku tak mempedulikannya. Aku hanya berjalan dengan tenang menuju lemari dingin tempat terpajangnya berbagai jenis merk minuman.

Baru saja kuingin mengambil sebotol air putih dingin setelah kusadar, ada seseorang yang menghalangi jalanku.

"Ahh permisi" ucapku sopan.

"Ma... Maaf" dia menoleh padaku sebentar lalu memepetkan badannya hingga hampir menyentuh lemari dingin dihadapannya. Dia memberiku jalan untuk lewat.

Aku jalan melewatinya dan beralih pada lemari dingin disebelahnya. Tempat air mineral dijual. Aku memilih asal air mineralnya. Mataku tertarik pada orang disebelahku.

Dia sangat cantik, itulah hal pertama yang terbesit dalam benakku. Poni ratanya begitu pas dengan wajahnya. Menciptakan sebuah kesempurnaan, setidaknya bagiku. Seragam sekolah yang ia gunakan berbeda dengan seragamku. Cukup menjelaskan mengapa baru pertama kali aku melihatnya.

Dia memilih salah satu yoghurt rasa mix berry dan berjalan kekasir. Aku mengikuti langkahnya. Pandanganku tak bisa begitu saja melepaskannya. Seolah dia telah menarikku masuk dalam dunianya, dan dia tak membiarkanku pergi. Aku tak keberatan.

Aku baru sadar bahwa jemarinya begitu lentik saat dia yang berada dihadapanku ini membayar tagihan Yoghurtnya. Sungguh indah. Aku semakin tertarik padanya.

Setelah itu dia pergi meninggalkanku yang sudah terlanjur memasukan dia dalam daftar hal yang harus kukejar ini. Dia tak menghiraukan aku. Ahh tentu saja... Siapa aku?

Aku terkekeh pelan dan membayar tagihanku sendiri. Bila saja hari ini aku tidak sedang kehausan. Mungkin aku sudah melewatkan makhluk paling indah yang pernah aku temui ini.

Sebuah kebetulan yang indah.

Hari-hari berikutnya pikiranku tidak fokus pada segala sesuatu yang aku kerjakan. Tidak... Aku tidak memiliki masalah apapun. Pikiranku hanya tidak sedang berada disini. Ia pergi jauh melayang pada moment ketika kubertemu orang itu diminimarket. Kecantikan, suaranya yang lembut, bahkan jari lentiknya berhasil mengambil alih segala fokusku. Apa kini aku sudah bisa dibilang mesum?

Tiba-tiba saja hujan turun. Hujan dimusim panas? Yang benar saja!!! Aku berlari menuju minimarket, rumahku masih setengah perjalanan lagi. Dan aku tidak berani menembus hujan yang mendadak turun ini.

Minimarket ini... Bukankah ini tempatku bertemu dengan malaikat itu? Ahh sebut saja dia malaikat atas kesempurnaan yang dia miliki. Aku tidak masuk kedalam minimarket tersebut. Hanya berdiri didepannya menumpang untuk berteduh. Mencari sedikit perlindungan diri.

"Ahh hujan?! Bagaimana ini... Aku tidak membawa payung"

Seseorang mengeluh tepat saat dia baru saja keluar dari minimarket. Aku menoleh kearahnya. Dia orang yang waktu itu!!! Aku tersenyum senang. Sesaat aku lupa kalau tubuhku sedang bergetar kedinginan.

IfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang