Sebuah istana megah namun suram merupakan gambaran sekilas istana kerajaan Azuriale yang sekarang ini dikuasai oleh Jenderal Rajick yang kejam selama hampir 8 tahun. Dulu istana itu tidak seperti itu. Kata Reno, istana itu sangat mansyur dan indah, berdinding berlian, berlantai bening seperti kaca. Kemudian terdapat halaman padang bunga yang luas mengelilingi istana, beserta kolam yang berisi mata air yang sangat jernih hingga dapat diminum. Tetapi bagiku hal itu hanyalah khayalan yang tidak mungkin ada, karena pada kenyataannya istana itu suram, menyedihkan dan dipenuhi aura Yamiou.
Aku bisa mengatakan seperti itu karena aku terbangun dari 'tidur'ku disaat istana sudah dikuasai oleh Jenderal Rajick dan aku tidak pernah melihat seperti yang dikatakan Reno. Tetapi aku tidak peduli dengan keadaan istana yang ada di kejauhan. Aku hanya mempedulikan bagaimana bisa mencuri, mengambil harta agar bisa kubagi untuk saudara-saudaraku yang berada dibawah garis kemiskinan akibat 'kebijaksanaan' Jenderal Rajick. Tidak hanya itu, aku akan mengambil benda berharga, yang paling berharga diantara harta yang lain..
"Bagaimana?" tanya Kira, sahabatku yang juga merupakan saudara tertua dari Hood Ring, sebuah perkumpulan pencuri, perampok dan perompak yang hanya memiliki tujuan kebaikan untuk menolong saudara-saudara yang menjadi korban Rajick.
"Hmm... belum... belum ada kesempatan..." jawabku lebih terdengar bergumam seraya melihat istana itu dengan menggunakan teropong. Saat ini kami berdua berada sekitar 700 meter dari istana, kami berdiri disebuah dahan pohon tua yang besar dan sangat berimbun. Kabar burung tentang pohon tua ini sangat angker membuat tempat ini tempat paling aman untuk bersembunyi dan paling strategis untuk memata-matai istana.
"Kau yakin?" tanya Kira, aku langsung menoleh kearahnya dan segera langsung memotong rasa keraguannya.
"Tentu saja! Kali ini aku akan berhasil mengambil benda itu!!" sahutku yakin dan aku tidak ingin Kira mengulangi lagi keluhannya terhadap rencanaku.
"Tapi Al! Tempat penyimpanan benda itu sangat berbahaya! Berbeda dengan tempat harta-harta yang biasa mereka simpan dan dengan mudahnya kita ambil. Kau tahu kan tempat itu dilindungi semacam kekuatan yang sangat hit—hei kamu mau kemana Al?!!" seru Kira, dengan cepat ia berhasil meraih lengan kiriku dan menahanku ketika aku hendak turun dari pohon.
"Lepaskan..." kataku pelan dan tenang. "Sudah waktunya..."
"Al! Dengarkan aku!! Aku tidak akan membiarkanmu mati konyol karena benda itu!! Aku tidak mau kau hampir mati seperti 3 bulan yang lalu! Tidak, kali aku tidak akan membiarkanmu!" seru Kira seraya mencengkeram lenganku erat-erat. Sakit, tapi aku bisa mengabaikannya. Aku tidak ingin melukai Kira hanya untuk terlepas dari cengkeramannya. Aku hanya ingin dia melepaskan dengan sendirinya.
Sebenarnya aku tahu aku mungkin tidak selamat kali ini, aku juga tahu Kira akan sangat sedih kehilangan aku. Tidak, tidak hanya Kira, Reno dan yang lainnya akan sedih. Tapi aku juga tidak bisa mengabaikan kesempatanku untuk menggulingkan 'Kebijaksanaan Rajick'. Benda yang dianggap konyol oleh Kira dan semuanya adalah satu-satunya senjata untuk melawan Rajick dan mengusir Yamiou dari kehidupan kerajaan Azuriale walau nyawaku yang tidak berharga ini taruhannya. Satu-satunya yang mendukungku hanya Reno. Reno merupakan seseorang yang sudah kuanggap seperti ayahku sendiri walau wajahnya terlihat muda seperti pria umur awal 30-an, dan sangat menyayangiku. Aku tahu dia akan sedih, tapi aku juga tahu dia selalu mengerti diriku dan mendukung keputusanku.
"Al... kumohon... mengertilah..." kata Kira lirih. Aku menoleh ke arah Kira, dan melihat kedua mata coklatnya berkaca-kaca. Baru kali ini aku melihatnya seperti itu. Dulu, saat kami masih berumur 11 tahun, dialah yang paling kuat diantara anak lelaki sebaya yang lain dan tidak sedikitpun ia terlihat berkaca-kaca ataupun menangis seperti sekarang ini. Walau kami tidak ada hubungan darah, ia selalu melindungiku dari anak-anak Ring yang sangat nakal dan selalu menjadi kakak lelakiku. Sejenak aku terdiam, kemudian aku tersenyum kepadanya. Menatapnya lembut seraya memegang tangannya yang sedang mencengkeramku.