Fadilah PO'V
Rumah Adri. Bandung
Aku hanya terus memikirkan karirku ditambah lagi dengan Anasya yang harus segera ku temukan untuk membersihkan nama baikku. Tapi, bagaimana caraku untuk menemukan Anasya kalau kak Adri mengurungku di rumah.
Memang sejak 1 minggu yang lalu, kak Adri sudah mengizinkanku keluar dari kamar, namun tidak untuk keluar rumah. Setiap kali aku bertanya, mengapa kak Adri tidak mengizinkanku keluar rumah? Jawabannya hanya satu, yaitu 'aku melakukan itu, hanya demi keselamatanmu'. Apa? Keselamatan apa coba? Apa maksud dari kak Adri coba. Aku masih mengingat percakapanku dengan Ina, sahabatku yang ada di Makassar dan kebetulan 3 kampus dan rumah sakit tempatku bekerja di Makassar sama dengannya
Flasback on
"Fadilah, apa kau masih mau menjadi dosen di kampus ini?" Tanya Ina di sebrang sana yang berada di Makassar tepatnya di salah satu kampus tempatku mengajar sebagai dosen tetap melalui handphone
"Apa maksudmu Ina?" Tanyaku bingung
"Fadilah, tidak mungkin mereka akan memberimu keringan terus, apa surat itu sampai kepadamu?" Tanya Ina yang sama sakali tidak ku pahami
"Surat, surat apa yang kau maksud?" Tanyaku bingung
"Surat pemecatanmu dari kampus lain, ingat Fadilah, walaupun kau dosen tetap di sana, tapi kampus tempatmu mengajar adalah kampus negri, berbeda dengan kampus ini yang masih memberimu keringanan" Jawab Ina menerangkan
Aku hanya diam tidak bisa berkata apa-apa
"Sedangkan kampus tempat kau mengajar sebagai dosen sementara, sudah memecatmu juga di tambah lagi dengan denda yang harus kau bayar" Tambah Ina
"Apa!? Denda?" Tanyaku kaget
"Iya, sekarang pilihanmu adalah tetap melanjutkan mengajar di kampus ini atau kau pindah?. Dan sama halnya dengan rumah sakit tempatmu bekerja" Tanya Ina menjelaskan
"Akan ku pikirkan, makasih atas informasinya" Ucapku kemudian memutuskan sambungan setelah memberi salam
Flasback off
"Ha..., kak Adri, aku mau kembali melanjutkan karirku, jangan kakak mengalangi karirku" Ucapku setengah berteriak walaupun kak Adri tidak mendengarnya, karena dia berada di kantornya.
"Ha..." Desahku berat kemudian memainkan remot tv dengan malasku yang berada di ruang keluarga sambil duduk di sofa.
"Bagaimanapun caranya, karirku tidak boleh hancur dan bagaimanapun caranya, aku harus tetap menemukan Anasya untuk membersihkan nama baikku" Gumanku sendiri yang kini menatap balkon ruang keluarga
"Iya, aku harus meyakinkan kak Adri, supaya aku bisa kembali berkarir" Ucapku berpikir
Author PO'V
Setelah Fadilah mendengar akan kabar tentang karirnya yang akan hancur, dia sangat pusing dan ditambah lagi dengan nama baiknya yang belum juga bersih.
Fadilah yang memiliki penyakit, namun dia tetap mengejar pendidikannya. Tidak peduli dengan jarak yang terbentang antara dia dengan keluarganya dan tidak memperdulikan penyakitnya yang bisa kapan saja datang.
Gelar S1 Farmasi yang dia kerja di kota metripolitan, tepatnya di Makassar. Fadilah anak dari desa, pergi ke kota Makassar demi gelar S. Farm. Setelah dia lulus dari Sarjana, dia melanjutkan gelar Masternya di Manado, Fadilah memang sengaja mengambil jurusan Psikologi, karena dia mau membaca pikiran orang. Setelah Fadilah menyelesaikan gelar Masternya, dia menjadi dosen di tiga kampus di Makassar. Sambil menjadi dosen, Fadilah melanjutkan gelar Apotekernya di Surabaya.
Jadi, tidak mudah Fadilah mendapatkan gelar itu semua, di tambah lagi dengan karir yang dia rajut dari awal. Dan sekarang, Fadilah harus melepaskan karir itu semua gara-gara Adri yang mengurungnya di rumah.
Tidak mudah untuk mendapatkan ini semua, maka tidak mudah juga aku melepaskannya
-Fadilah Yulianda
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Farmasi dan CEO
Lãng mạnPROLOG "Aku pastikan, kau pasti menjadi milikku selamanya" -Adrian Yudriyansa Colabs "Aku menyesal, karena telah bertemu denganmu, tapi aku bahagia, karena telah mencintaimu" -Fadilah Yulianda