-FIVE-

12 9 5
                                    


" Woi! Anjirr!!! " ucap Vano terkejut karena ditabrak seseorang berpakaian serba hitam.

Orang berpakaian serba hitam itu pergi begitu saja tanpa melihat Vano sedikit pun.

Vano segera kembali ke villa " untung kakinya Napak" batin Vano

Sesampainya di villa , ternyata teman -temannya sudah makan terlebih dahulu tanpa Vano

" Dih! Jahat Lo pada,"Vano memasang mimik kesal, ia menaruh kantung kresek berisi minuman itu sembarangan

"Siapa suruh situ lama banget," Cheysa malah menyalahkan Vano .Vano menatap tajam kearah Cheysa begitu pula Vano

"Udahlah Van, mendingan lo makan," Lavia berusaha mencegah terjadinya perang dunia ke tiga ,antara Cheysa dan Vano

" Bener juga lo lav," Vano segera duduk disampingnya Lavia dan mengambil beberapa potong daging menaruhnya di piringnya

Semuanya kembali makan, hanya terdengar dentingan suara alat makan, hingga ada yang memecahkan keheningan itu... Kayaknya kalaian udah pada tahu! Seperti biasa, Vano keselek tiba-tiba

" Lo tu Van, kalo makan dikunyah dulu jangan langsung ditelen " oceh Cheysa sembari memberi minum kepada Vano

" Udah gue kunyah kok, tapi..." Vano sengaja menggantungkan perkataannya

" Tapi apa?" Tanya Ezra

" Tapi emang udah takdir Allah," ucap Vano dengan cengengesan, yang lain hanya bisa ikut tertawa mendengar perkataan Vano

" Vano...Vano...itu mah emang Lo aja yang nggak hati -hati," ucap Lavia sambil tertawa, Vano hanya tersenyum malu

Makan malam telah berakhir, mereka kembali ke kamar masing-masing bersiap untuk tidur

Kamar Lavia dan Cheysa ada di lantai atas, sedangkan Vano dan Ezra di lantai bawah

Keadaan villa mereka sekarang sepi, tampaknya mereka semua sudah terlelap, terkecuali Lavia, ia tidak bisa tidur, seperti nya Lavia masih memikirkan keadaan mamanya di rumah. Tanpa ia sadari butiran air mata mulai berjatuhan membasahi pipinya. ia takut mengganggu Cheysa, ia memilih pergi keluar kamar, tepatnya keluar villa

Ia duduk di sebuah kursi kayu di bawah pohon rindang yang menghadap ke laut, angin malam membuat badanya sedikit dingin, hanya diterangi lampu dari dalam villa dan sebuah lampu jalan ia kembali menangis. suasananya
Membuat dada Lavia semakin sesak

" Duarrr!! " Vano mengagetkan Lavia dengan melempar sebuah bola basket ke arah Lavia

" Vano!" Lavia segera menghapus air matanya saat Vano mengambil bola basketnya yang menggelinding

" Ngagetin tau !" Protes Lavia

" Lagian ngapain Lo sendirian disini malem malem?" Tanya Vano yang langsung duduk disampingnya Lavia

" Gue nggak ngapa ngapain kok,"ucap Lavia dusta

" Tunggu lu nangis lav?" Tanya Vano memastikan

" Nggak kok," Lavia berbohong

" Serius! Apa bola gue tadi kena Lo?" Ujar Vano khawatir

" Serius Van, gue nggak kena bola kok," ucap Lavia dengan nada risih

" Boong! Buktinya mata lo basah,"

" Bukan mata gue aja Van, mata lo Juga basah, aneh Lo"

" Masa?"

" Terserah Lo aja Van, " Lavia makin kesal dengan Vano, lagian banyak tanya, di jawab nggak percaya

Vano hanya terkekeh melihat Lavia ngambek, menurutnya muka Lavia saat ia lagi ngambek lucu sekali

" Dih, ngambek,"

" Bodo amat!" Jawab Lavia jutek, Vano malah tambah terkekeh melihat Lavia

" Dari pada Lo ngambek, mending lo ikut gue," ajak Vano

" Nggak "

" Udah ikut gue aja, pokoknya nggak ada penolakan," ujar Vano yang langsung menarik lengan Lavia

Entah pada saat itu hati dan otak Lavia di sependapat,otaknya menyuruh Lavia menolak ,tapi hatinya tidak

" Mau kemana sih Van?" Tanya Lavia bingung, karena dari tadi mereka nggak nyampe-nyampe

" Main basket" jawab Vano dengan senyum mengembangnya

" Malem- malem gini?"tanya Lavia tambah bingun, Vano meresponnya dengan anggukan

" Emang disini ada lapangan basket?" Tanya Lavia lagi.buaknnya menjawab Vano malah berhenti berjalan, Lavia melihat ke depan dan nyatanya ada lapangan basket yang luas di hadapan mereka berdua

" Ayok!" Ajak Vano. Vano melempar basketnya kelapangan dan dia mulai bermain

Lavia memilih duduk di bangku pinggir lapangan dari pada ikut bermain

" Lav ayokk!" Ajak Vano yang sedang men drible bola basket

Karena dipaksa terus menerus, akhiranya Lavia ikut bermain bola basket bersama Vano

Entah mengapa perasaan sedih Lavia berkurang, hanya dengan bermain bola basket bersama  Vano

" Makasih ya Van" batin lavia, walau niat Vano bukan untuk menghiburnya tapi Lavia sudah merasa senang dengan keberadaan Vano di sampingnya

" Ngapain ngeliatin gue terus, nanti naksir lo,"ucap Vano dengan ke pedeannya

" Idihh! Siapa juga yang ngeliatin Lo,Geer banget sih Lo," ujar Lavia membela diri

" Biasa aja kali,"

" Udah biasa ini" ucap Lavia santai

" Capek nih! Balik yok" ajak Vano yang sepertinya udah kecapekan, Lavia hanya mengangguk menurut

Perjalanan menuju villa memang agak jauh dan seram

Sepi sekali, pantes ajalah ini udah hampir jam 10 malam, pasti penduduk sekitar udah pada  istirahat   apalagi turisnya

Udara makin malam makin dingin membuat badan Lavia sedikit menggigil. Vano melirik kearah Lavia,ia sedang sibuk memeluk dirinya sendiri agar tidak kedinginan

" Ehh, Van,"

***

Hi!!
Author updet lagi nih!

Semoga kalian pada suka ceritanya!

Jangan lupa vote dan comment !

Terus baca 4JSVR,,

See you🤗😘





4JSVRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang