CHAPTER 7

248 39 0
                                    

Pagi apa hari ini? Air sisa semalam menggenang dimana-mana. Dedaunan bahkan bunga-bunga basah kuyup dihari yang berkabut dengan gerimis ringan. Hujan dimusim panas menjadi pendingin otomatis untuk hari yang panas. Tak terkecuali bagi muslim yang mendiami kota Seoul karena mereka semua sedang berpuasa dibulan yang suci dan penuh berkah.

Nuna, aku berangkat! As salamu ‘alaikum”

Seorang remaja laki-laki muncul dari balik pintu rumah mengenakan mantel tipis dan payung untuk melindungi seragam juga ranselnya dari butiran gerimis.

“Wa ‘alaikumussalam. Hati-hati dijalan!” sahut seorang gadis dari dalam rumah.

Sepeninggal sang adik, Sena menyelesaikan kegiatan rumahnya dari mencuci piring hingga menyapu rumah diakhiri dengan membersihkan diri.
Tepat pukul 10 pagi, ia keluar dari rumah mengenakan celana jeans panjang dan jaket panjang mencapai lutut. Satu per satu kakinya bergerak menurun setiap anak tangga secara bergantian dengan bibir yang sibuk bergumam ayat-ayat Qur’an.

Langkahnya terhenti saat mendapati seorang mengenakan setelan jas hitam berdiri diujung anak tangga dengan wajah yang tampak kebingungan. Tanpa kesengajaan orang itu melihat kearahnya dan berubah ekspresi menjadi terkejut.

Pria itu mendekat dan menatap wajah Sena dengan teliti, sesekali ia melirik kertas foto yang berada ditangan. Kepalanya mengangguk saat yakin pada keputusannya.

Ajhussi, apa yang kau lakukan?”

“Permisi, apa benar namamu Hwang Sena?”

Gadis itu mengangguk ragu. pria itu tersenyum dan menyodorkan telapak tangannya untuk mendapat salam.

“Perkenalkan, saya adalah pengacara dari mendiang tuan Hwang Jae Hoon dan nyonya Park Soora”

Sena terkejut saat mendengar dia menyebut nama kedua orang tuanya yang sudah tiada setelah sekian lama. Selama ini tidak ada yang mendatanginya untuk membahas mendiang orang tuanya. Pengacara? Untuk apa pengacara ini datang? Kasus kematian orang tuanya sudah jelas dan selama ini tidak ada yang peduli tentang kehidupannya. Lalu apa maksud orang ini?

Sementara itu, sebuah sedan silver baru saja terparkir didepan masjid Itaewon. Muncullah seorang pria mengenakan jaket dan topi yang serba hitam, tak lupa pula dengan masker kain yang menutup wajahnya.

Matanya sejenak meneliti sekitar sebelum bergerak dengan penuh keyakinan memasuki masjid Itaewon. Ia bertemu dengan seorang pria paruh baya yang tampak tenang dan berseri, mengenakan jubah putih panjang dan menyapa dengan penuh senyum.

“Bisakah kita mulai sekarang?”

Pria serba hitam itu mengangguk kemudian mengikuti arah perginya pria paruh baya itu. Keduanya berhenti disebuah ruangan yang tidak terlalu luas berisi rak-rak buku dengan karakter Arab.

“Kau serius ingin mengenal lebih tentang islam?” tanyanya seraya memilih buku pada salah satu rak.

“Ne... Saya sangat yakin” tegas pria bermasker itu.

“Sungguh?”

“Ne, saya memiliki seseorang yang harus dilindungi dan saya menginginkan sebuah ketenangan”

To Be Continue...

THE TIME: When I Love You ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang