S
etelah menjalani beberapa tahapan dan sidang yang menegangkan, akhirnya Sahira dinyatakan tidak bersalah dan terbebas dari hukuman. Betapa senangnya ia dan rasa syukur yang sangat besar kepada Allah swt. Akhirnya keadilan berpihak padanya, dan ini semua berkat bantuan dari Alfando.
Nama itu seakan tertanam di dalam hati Sahira. Pria yang pertama kali telah menyentuh relung hatinya. Setiap mengingat nama itu, sudut bibirnya selalu berkedut dan hatinya berbunga-bunga. Kini juga di nama itu selalu terucap dalam doa nya.
"Umi, Sahira akan ke kantornya pak Alfando dan mengatarkan kue ini," ucap Sahira diiringi senyuman lebarnya.
"Sepertinya ada makna dari senyuman lebarmu itu, Nak." sindir sang Umi.
Sahira hanya tersipu malu. "Sahira berangkat dulu, Umi. Assalamu'alaikun."
"Wa'alaikumsalam, hati-hati Sahira,"
Ω
Sahira sampai di kantor Alfa, ia melepaskan mantelnya dan ia berikan pada reseptionist sebelum akhirnya ia merapihkan gamisnya dan juga kerudungnya. Ia di arahkan security menuju ruangan Alfa.
"Permisi," ucapnya saat sudah di persilahkan masuk. Dan tatapannya langsung tertuju pada Alfa yang fokus dengan laptopnya.
"Astagfirulloh," gumam Sahira memalingkan wajahnya saat ia tidak sadar sudah mengagumi wajah tampan Alfando. Ketampanan Alfando seperti di ibaratkan nabi Yusuf as.
"Sahira?" panggilan itu membuat Sahira kembali menatap ke arah Alfa yang kini menatap ke arah Sahira.
"Eh? em iya, Sir." Sahira tersenyum kecil.
"Masuklah," ucap Alfa masih dengan nada dingin. Sahira berjalan mendekati Alfa yang masih duduk di kursi kebesarannya. "Ada apa?" tanya Alfa saat Sahira sudah berdiri di hadapannya.
"Emm ini," Sahira menyimpan keranjang berisi kue coklat di atas meja kerja Alfa. "Saya sengaja membuatnya untuk anda, dan sebagai ucapan terima kasih saya pada anda," ucap Sahira membuat Alfa masih terdiam menatap keranjang itu.
"Terima kasih," jawab Alfa dan kembali fokus ke laptopnya membuat Sahira kikuk harus berkata apa dan harus bagaimana lagi.
"Ada hal yang ingin kamu sampaikan?" tanya Alfa kembali menatap Sahira yang masih berdiri di tempatnya.
"Emm, sebenarnya Umi mengundang anda untuk makan malam bersama, apa anda berkenan hadir?" tanya Sahira menggigit bibir bawahnya karena rasa takut dan merasa sudah lancang.
"Oke."
"Apa?" Sahira memekik dan menatap Alfa dengan dongkol.
"What?" tanya Alfa dengan kernyitan di dahinya.
"Ah maafkan saya, tadi anda berkata apa," gumamnya.
"Saya akan datang ke rumah mu malam nanti, kamu tulis saja di sini alamatnya," ucap Alfa menyerahkan kertas juga balpoin ke arah Sahira.
Dengan senyuman terukir di bibirnya, Sahira menuliskan alamat rumahnya. Ia sungguh tidak menyangka kalau Alfa akan menerima undangan makan malamnya.
Ω
"Ali!"
Seorang pria tampan itu menoleh saat namanya di panggil.
"Meyza?" gumamnya.
"Ali!" pekik Meyza itu berlari mendekatinya dan hendak memeluk Ali tetapi Ali dengan cepat menghindar membuat Meyza mengernyit bingung.
"Kamu ini kebiasaan Mey, kita bukan muhrimnya," jawab Ali.
Jaffar Ali Raifaldi adalah teman dari Alfando, dan ia mengenal seluruh keluarga Abraham, tak terkecuali Zara walaupun ia mengetahuinya setelah Zara menghilang dan itu dari cerita Alfa.
"Apa kabar?" tanya Meyza dengan nada manja.
"Alhamdulillah aku baik, kamu sendiri bagaimana? Kapan datang dari Belanda?" tanya Ali.
"Aku juga baik dan aku sudah hampir 2 minggu berada di sini. Kemana saja tidak pernah mampir ke rumah," ucap Meyza.
"Aku cukup sibuk dengan pekerjaanku sebagai polisi," ucap Ali membuat Meyza tersenyum penuh kekaguman.
"Masih senang aja mengejar para penjahat," kekeh Meyza membuat Ali tersenyum.
"Sudah makan siang? kebetulan aku akan makan siang. Mau makan siang bersama?" tanya Ali yang langsung di angguki Meyza dengan penuh semangat.
Ali dan Meyza memasuki sebuah restaurant yang bertuliskan halal dan memilih salah satu meja di dekat jendela. Meyza tampak begitu aktif terus saja menanyai Ali.
"Emm Ali, apa kamu sudah bertemu kembali dengan kak Alfa? Aku sudah 2 minggu pulang, tetapi kak Alfa sama sekali tidak pulang untuk menemuiku," ucap Meyza dengan nada sedih.
"Aku sudah lama belum bertemu dengannya, kami sama-sama sibuk dengan pekerjaan kami," ucap Ali menyantap makanannya.
"Begitu yah," gumam Meyza hanya mengaduk spagetinya. "Bagaimana keadaannya yah," gumam Meyza.
"Aku yakin dia sangat baik," ucap Ali membuat Meyza mengangguk setuju.
Ω
"You?" seru Lamia saat bertemu Rival di toko miliknya.
"Hy," sapa Rival dengan senyumannya. "Kamu masih mengingatku, bukan?" tanya Rival dengan senyumannya.
"Iya," jawab Lamia di balik cadarnya. "Ngomong-ngomong apa ada yang mau di beli?"
"Tidak, aku hanya ingin mengajakmu makan siang, apa boleh?" tanya Rival to the point.
"Maafkan saya, tetapi saya sedang sibuk," ucapnya hendak berlalu pergi.
"Tunggu!"
"Ah!" Lamia memukul telapak tangan Rival yang berani menyentuh pundaknya.
"Sorry!" ucap Rival merasa sangat bersalah.
"A-apa yang kamu inginkan?" tanya Lamia terlihat ketakutan.
"Maaf Lamia, aku tidak bermaksud menyakitimu, sungguh. Aku hanya ingin mengenalmu lebih dekat, aku ingin mengajakmu untuk makan siang bersama."
"Aku sudah katakan kalau aku sibuk, assalamu'alaikum." Tanpa menunggu jawaban dari Rival, Lamia langsung berlalu pergi meninggalnya begitu saja.
Ω
"Assalamu'alaikum," seru Ali memasuki toko.
"Wa'alaikumsalam," jawaban 2 orang di dalam sana dengan serempak.
"Dimana dia?" tanya Ali saat Lamia tidak ada di antara mereka berdua.
"Ada di balkon atas," seru salah satu dari mereka.
Ali berjalan menuju balkon sesuai arahan itu. Suara hentakan kaki terdengar begitu ringan dan teratur, seulas senyumpun terukir di bibir Ali saat ia menatap punggung seseorang yang tengah menatap ke hamparan bangunan di kota ini dan juga lampu lampu indah setiap bangunan.
"Zara!"
***
TBC....
21-12-2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Hati #zara 2 (Complete)
SpiritualIni lanjutan dari Novel Azahra. Baca full di aplikasi dreame. Follow akunnya iin sonaris dan jangan lupa pencet tombol love.