"Mm.. papa? Sampai kapan papa berada dirumah?"
Setelah Sarada berhasil membangunkan Sasuke, sekarang mereka sedang sarapan bersama. Hal pertama yang selalu Sarada damba-dambakan sejak dulu. Hal kecil tapi memiliki kesan yang sangat mendalam bagi keluarga yang jarang berkumpul seperti keluarga Uchiha ini. Sambil sarapan mereka juga saling berbagi informasi, tak jarang juga mereka bercanda gurau. Hati Sarada menghangat melihat adanya Papa dan Mamanya bisa satu meja dengannya untuk hanya sekedar makan bersama. Ini masih pertama, dan masih banyak yang ingin Sarada lakukan dengan ayahnya.
Mendengar pertanyaan yang dilontarkan anaknya, Sasuke menahan sendoknya yang akan masuk kedalam mulutnya lalu meletakannya kembali keatas piring.
"Sampai kau selesai ujian chunin."
"Benarkah?"
"Hn."Sarada kembali menunduk, menatap pada makanannya. Memainkan sendoknya diatas piring yang masih penuh makanan. Sarada kembali mendongak, menatap seorang lelaki yang berstatus sebagai ayahnya dengan tatapan berharap.
"Kalau begitu, bisakah papa mengajariku jurus andalan papa?"
Sasuke mengerutkan keningnya, bingung.
"Jurus andalan?"
"Iya.. jurus yang pernah papa pakai saat bertarung dengan Uchiha Shin dulu."
"Ah.. katon?"
"Iya.. tolong ajari aku ya, pa?"Sasuke menatap putri semata wayangnya dengan lembut. Pikirannya mulai melambung tinggi pada ingatan masa lalu. Saat ia masih kanak-kanak. Ia sangat ingin bisa menggunakan jurus katon seperti kakaknya, Uchiha Itachi. Dan meminta kakaknya untuk mengajarinya. Karena ia takut akan dimarahi sang ayah kalau ia meminta pada ayahnya. Sasuke menarik ujung mulutnya membentuk lengkungan senyum.
"Baiklah. Aku akan mengajarimu."
"YOSHAAA~"
Sarada melompat dari tempatnya karena terlalu bahagia. Ia lupa kalau saat ini ia sedang berada dimeja makan. Bahkan lupa kalau ia sendiri sedang makan.
"Habiskan dulu makananmu baru boleh latihan!"
Suara wanita berteriak dari arah dapur menyadarkan Sarada dari kebahagiaannya. Tangan yang ia kepal dan ia lambungkan kearah langit, perlahan turun bersamaan dengan menghilangnya senyuman diwajah ayu-nya. Sasuke tersenyum melihat kejadian yang menurutnya sangat memorandum.
"Iya, Ma."
...
"Katon : Gokakyo no jutsu!"
Fyuuhhh~
"Kau harus lebih konsentrasi, Sarada. Santai saja jangan terlalu tegang. Ulangi sekali lagi!"
"Katon : Gokakyo no jutsu!"
Kali ini sedikit lebih besar dari sebelumnya. Nafas Sarada tersenggal-senggal akibat pelatihan jurus.
"Bagaimana papa? Apakah sudah lebih baik?"
"Bagus. Lebih baik baik dari sebelumnya."Sasuke berjalan menepi dari jembatan kayu yang berdiri kokoh diatas danau lalu duduk bersila direrumputan tepi danau. Angin bersemilir menerpa wajahnya hingga membuat helaian rambut Sasuke yang menutupi sebagian wajahnya sedikit terbuka menampakkan wajah rupawannya pada dunia. Sasuke menutup matanya. Sambil ia rasakan hempasan angin, pikirannya mengambil alih pada saat ia masih kecil dulu. Tempat ini adalah tempat berlatihnya Sasuke jurus katon bersama ayahnya walau sebagian besar, hanya ia sendiri yang berlatih disana, tapi momen saat sang ayah menemaninya berlatih adalah momen yang selalu diingat oleh Sasuke. Hari berjalan begitu cepat. Kini giliran ia yang melatih putrinya jurus andalan klan Uchiha. Di tempat yang sama namun Sasuke berharap, suasana sekarang harus berbeda dengan dulu yang terasa sangat canggung.
Sasuke kemudian membuka matanya. Sosok pertama yang ia lihat adalah lambang Uchiha di punggung putrinya. Entah mengapa, hati Sasuke terasa menghangat melihatnya. Hati yang dulunya dingin sedingin es mungkin melebihi itu kini telah mencair. Klan-nya kembali bangkit. Kini dirinya bukanlah Uchiha terakhir karena ada putrinya sekarang. Uchiha Sarada.
Sasuke tersenyum melihat Sarada terus menerus melatih jurus katon. Namun yang keluar dari mulutnya hanyalah api kecil dan lama-kelamaan membesar tapi masih belum bisa untuk membakar pohon. Merasa kasihan, Sasuke memanggil Sarada dan menyuruhnya untuk berhenti sejenak.
"Sarada?"
"Iya, papa ada apa?"
"Kemarilah sebentar."Sarada berlari kecil menuju tempat dimana Sasuke duduk lalu duduk manis tepat disamping kanan Sasuke. Dari tempat mereka berdua duduk terlihat pemandangan yang indah dari danau penuh kenangan bagi Sasuke. Hari sudah semakin sore dan langit tampak sedikit oranye menambah keindahan pemandangan danau. Mata Sarada tak bisa lepas dari pemandangan didepan matanya hingga ia sadar dari lamunannya saat Sasuke mulai bicara.
"Dulu juga pernah ada seorang anak laki-laki yang berlatih disini. Dia berlatih sangat keras hingga akhirnya ia bisa menyemburkan api kecil dari mulutnya. Ia sangat bahagia sampai akhirnya ia tunjukkan pada ayahnya. Tapi ekspresi yang ditunjukan ayahnya sangatlah tidak sesuai dengan ekspektasi bocah tersebut.. sehingga membuat semangat bocah tersebut menciut dan bahkan ia sempat berpikir bahwa ia hanyalah anak bodoh yang tak bisa apa-apa..."
Sasuke tersenyum tipis mengingat kejadian yang telah terjadi beberapa tahun silam. Sarada menoleh pada Sasuke, berharap ayahnya itu melanjutkan ceritanya.
"Tapi suatu saat kakak dari anak laki-laki tersebut datang dan ingin membantu adik kesayangannya. Yang pada akhirnya sang adik tersebut bisa melakukan jutsu katon. Dan karena tak sabar ingin tahu apa jawaban sang ayah, anak tersebut terburu-buru memanggil ayahnya hanya untuk melihat hasil latihannya. Sayangnya jawaban sang ayah hanyalah senyum miring. Tapi walaupun begitu ia tetap senang karena jawaban ayahnya yang telah berbeda dari sebelumnya. Walaupun kulit wajah dan tangannya terluka karena terlalu sering berlatih, tetap tidak bisa menghilangkan senyum di wajahnya hanya karena masih terbayang-bayang jawaban ayahnya"
Selesai bercerita Sasuke menghela nafasnya berat. Matanya mulai sedikit berkaca-kaca teringat kejadian dimasa lalu dikeluarga kecil bahagia sebelum insiden mengerikan terjadi.
Ia rindu.
Rindu ibunya.
Rindu ayahnya.
Dan yang paling ia rindukan...Kakaknya.
Seseorang yang paling menyayangi Sasuke hingga akhir hayatnya.
Ingin sekali ia menggunakan jutsu terlarang untuk menghidupkan mereka kembali. Namun apa daya Sasuke, ia takut. Takut apabila nanti malah membuat tak nyaman roh-roh keluarganya yang sudah tenang disana.
Sekali lagi Sasuke menghela nafas berat lalu menutup kedua matanya sejenak. Namun tak lama Sasuke menutup matanya, Sarada menggoyangkan lengan kanan Sasuke. Membuat Sasuke terpaksa membuka matanya dan melihat putri semata wayangnya.
"Papa, ayo kita pulang hari sudah semakin malam nanti Mama khawatir."
Sarada menarik tangan kanan Sasuke agar bangkit dari duduknya. Melihat perlakuan Sarada membuat hati Sasuke menghangat lalu ia tersenyum karenanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Longing And Desire✔
Fanfiction[Canon] Kerinduan si Uchiha Sarada kepada sang ayah yang jauh dari desa karena harus menjalankan misi khusus. dan keinginannya agar keluarganya bisa utuh kembali dan bahagia seperti keluarga teman-temannya. Rank #1- uchihafamily (13072018)